[BTS FF Freelance] Beautiful Tragic – (ficlet)

a

Beautiful Tragic

.

A simple ficlet By. Gina Jeon (@kyeonqs)

BTS’s Jeon Jungkook and a girl.

Contain; Angst, tragedy, sad-romance | Pg-15

Just own the plot and the poster.

Rule! : No-plagiarism.

Thanks, and sorry for this ff existence. /?

Don’t be a silent reader, please.

.

.

.

Tetes-tetes hujan berintik menghujam pipi pucat yang membeku biru. Dan itu tak membuat gerak tungkainya jengah untuk berhenti berlari menerjang lebatnya hantaman hujan.

Sekuat tenaga, tanpa memedulikan orang-orang disekelilingnya, gadis itu bersikeras untuk melawan arus deras hujan yang menghantam jiwa rapuhnya, terus, dan terus menerus.


Hatinya remuk.

Seolah-olah itu berdarah, dan rasa sakit itu tega mengakibatkan airmatanya berderas bersama dengan hujan.

Lari, dan terus berlari.
Apabila Jung Eunbi berlari layaknya gila, itu tidak akan menjadi suatu dosa.
Ia tidak mau hari ini menjadi waktu terakhirnya untuk bertemu Jungkook, kekasihnya, walau ingatan bayarannya.

Lari.
Ia tidak bisa berhenti

Ia tidak punya pilihan.

Karena ia tidak bisa melakukan apapun selain ini. Ia yakin, ia rela berlari di tengah hujaman ribuan bilah pisau, hanya demi melihat namja yang sangat ia cintai.
Jeon Jungkook.

Kendati netranya menyampaikan informasi bahwa ia sudah sampai di Rumah Sakit dimana Jungkook berada, ketir hatinya makin membadai.

Perasaan tak menentu, dan langkah demi langkah yang menyakitkan, menuntun jejak rapuhnya ke ruang Unit Gawat Darurat, yang ia lihat, dipenuhi banyak orang yang berdiri di depan dua daun pintunya. Air mata pun tak terbendung lagi.
Ia tahu keluarga Jungkook juga berada disana, menangis bersama bersedu-sedan. Namun, ia tetap mengabaikan, pula mengidahkan orang-orang berbaju putih yang keluar-masuk ruangan tanpa arti yang jelas.

Butuh keberanian yang besar untuk memasuki

dingin, itu yang ia pikirkan saat ia berhasil menembus ruangan.
Tetapi,

Jiwanya seakan hancur berkeping-keping, kala iris mendapati kekasihnya itu, terbaring tak berdaya dipenuhi goretan darah, disetiap sisi ranjangnya ia dapati mesin-mesin, selang, kabel, dan sebuah monitor yang menunjukkan detak jantung Jungkook, yang… melemah.
Orang-orang berbaju putih yang mengelilinginya seketika panik, memengambil entah barang-barang apa hilir-mudik; dan ia tak bisa menahan diri untuk tak berlari mendekati  tubuh Jungkook yang nampak mengerikan, dan menangis.

“Korban kecelakaan ini terlalu banyak mengeluarkan darah! Ia kekurangan darah! Cepat bawakan dua kantong golongan A- !”
Ia mencoba untuk tetap bertahan, dengan tak menggubris teriakan-teriakan di ruangan itu. Ia tahu Jungkook kuat. dia pastilah tangguh, dan tak akan mendengarkan keluhan orang-orang itu, didalam sana. Jungkook kuat.

Sejatinya, airmata masih berderas tak kenal henti dengan isakan yng tertahan, saat pasang matanya menatapi wajah Jungkook yang damai -dan selama ini hangat, mendapati banyak luka, pula sepasang selang dipasang dihidung dan dimulutnya. Matanya tertutup rapat, diantara sobekan-sobekan yang sebenarnya tidak pernah Eunbi bayangkan untuk ia lihat.

Aku memang tak terlihat, tapi aku berdiri tepat disampingmu, duka Eunbi.
“jungkook….” Namja itu masih saja menutup mata, tak bergerak. Seolah tidur, orang terkasihnya itu tampak tenang sekali. Tangannya mulai bergetar.

“aku tahu kau disana, sayang. Kau akan kembali kesini… ‘kan ?” ia mengamati wajah Jungkook, berharap melihat sedikit reaksi. Tapi tidak ada sama sekali.
Ia menundukkan wajah sesaat, meremas-remas tangannya sendiri menahan isakan terkutuk yang mendesak dijeritkan.

“kau tahu, aku disini. Tetap… dan selalu… disampingmu….” Suaranya mulai bergetar. Rasa perih di matanya bahkan tidak bisa membandingi jantungnya yang mungkin sudah tak berbentuk, remuk.

“aku mohon… bertahanlah…..” Hanya lirihan yang bergetar itu yang bisa Eunbi katakan, ketika ia menyadari ia tak bisa menyentuh Jungkook yang sedang bersimbah darah.

Perih. begitu menyakitkan.
Tangis pilunya beriring dengan sebuah ingatan diantara kelabu dukanya.

ia mengingat, di malam kemarin, Jungkook mendekapnya. tepat di depan kedua orang tuanya, dan berkata. “Berjanjilah. Kau tidak akan lagi menangis… karena… lusa, kita akan segera diikat oleh tali sakral, dan aku harap, dihari itu adalah yang terakhir untukku melihat airmatamu jatuh bersedih.”

Saat itu, Jungkook mengatakannya dengan begitu lembut dan kuat, sebagaimana juga dengan genggaman tangan tegasnya yang Eunbi rindukan. Membuat jiwanya hangat, dan berdesir setiap kedua mata itu menatapnya dalam.

Sentuhan lembutnya… Senyum manisnya… rambut tebalnya yang halus… panggilan ‘sayang’ yang selalu ia lirihkan dengan begitu lembut di atas kecupan didahiku… dan Malam-malam dimana Jungkook setia menemaninya melewati jauhnya cakrawala mimpi, yang hanya bisa ia dan Jungkook yang melihat.

Kenangan itu semakin buram oleh airmatanya yang mengaburkan. Betapa dirindukannya belaian-belaian hangat Jungkook, dan senyum.. tulus.. yang selalu ia lukiskan untuk Eunbi.

Air matanya semakin menumpah ruah, membasahi wajah, saat ia angkat jari-jarinya yang berusaha membelai wajah Jungkook.

Diantara isakan yang mati-matian ditahannya, Eunbi berjanji dalam relung hati, ini adalah serangkaian kata yang akan ia sampaikan pada Jungkook, dari sudut hatinya yang paling dalam. Dan ia harap, kata-kata itu tersampaikan, sebelum waktunya tiba.
“terima kasih.” Bisiknya, getar. “terima kasih atas semua yang sudah kaulakukan untukku. Aku selalu bahagia setiap bersamamu. Kau membuat segalanya berubah, hanya dengan kasih saying tulusmu, juga serau segala perilaku lembutmu. Saat-saat bersamamu adalah saat-saat yang paling membahagiakan dalam hidupku, aku bersumpah.” Matanya melebar diantara sirat perih.

“jangan pergi… maafkan aku-” Namun derasnya airmata semakin menghujam ulu hatinya, menyakiti. Ia kembali terguncang sedu dan memaksa, “Aku mohon… untuk kali ini saja… maafkan aku karena aku menangis…”
Para dokter dan perawat tiba-tiba mulai mengelilingi tubuh hancur Jungkook, kembali. Menempelkan alat-alat  asing pada dada Namjanya, namun ia tetap kukuh berbicara. “karena tidak lama lagi, aku akan kembali tersenyum seperti biasa. Seperti yang kau inginkan.”

Pertahanannya hancur, kala Para dokter mulai melakukan hal itu. Eunbi terisak. Mulai menangis keras, hampir menjerit. Ia mengangkat kedua tangan, dan memautkan jari-jarinya, “Tapi aku mohon, Jungkook..” ia sadar eksistensinya semakin memudar, dengan jiwa yang bergetar, ia memejam erat. “Aku mohon, Tetaplah hidup, Jungkook… Tetaplah tersenyum. Walau di masa datang, hal-hal berat itu akan mendatangimu.”
Tangisannya pecah diluar kendali. Untuk terakhir kalinya, ia memandang wajah Jungkook diantara bayang-bayang mengubur dari orang-orang yang sedang berusaha.
Pemandangan yang begitu mengerikan. Beberapa dari orang itu memasukkan alat mengilat  ke beberapa bagian tubuh Jungkook yang berlubang. Dan itu membuat hatinya bagai teriris, ia menjerit tertahan.

“a-aku mohon… tetaplah hidup…” isaknya. “d-dengarkan aku. a-aku akan baik-baik saja…. Kau dengar aku, sayang ? pernikahan bisa kau lakukan nanti, J-jadi, jangan mengkhawatirkanku, dan…. Bertahanlah” Ia menggigit bibirnya erat, menahan tangisannya yang  berlalu semakin hebat. Hatinya bagaikan tercabik, menyadari ia sudah menghancurkan janjinya sendiri, dan mungkin akan membuat Jungkook semakin sengsara, nanti.

Hatinya dilimpahkan oleh duka yang memdalam saat ia menatap satu tetes air mata mengalir dari sudut mata itu. Setetes air murni itu bergulir turun dari wajah pucat, yang ia tahu sedang menahan rasa sakit yang tak bisa ia bayangkan. Tapi, kenyataan jungkook sama sekali tidak bergerak diantara guncangan demi guncangan yang dibuat oleh orang-orang itu.

Jungkook.… mendengarnya.
Air mata Eunbi semakin menderas. Ia membekap mulutnya sendiri ketika ia mulai kembali menangis menjerit. Tangannya terkepal, dimana seluruh airmata jatuh tetes demi setetes di atas temaram yang selalu di sentuh lembut oleh jungkook itu.
“aku akan baik-baik saja.” Hanya getar itu yang dapat terselip. “aku akan selalu menyayangimu.”

aku mencintaimu.… aku mencintaimu.… aku…. sangat… mencintaimu….

Dan ketika satu kejutan terakhir diberikan di dada Jungkook, kedua mata kelam itu, terbuka begitu lebar.

Indah, namun tragis untuk disebut pemandangan terakhir.
Setidaknya, ia senang didalam kesedihannya. Ia hanya berharap sepenuh hati, Jungkook tidak akan menghapusnya, segala memori mereka, dan tetap berusaha untuk tersenyum, walau ia tahu lelaki itu, sepanjang hidupnya, mungkin akan selalu menyiksa dirinya sendiri, dalam penyesalan.
Dan itulah… hal yang paling ia… takutkan.

.
.

Berita Malam ini. Dilaporkan, di Seoul, 27 Maret 20XX, sebuah kecelakaan tragis telah terjadi di persimpangan Hyonggido pada pukul sebelas malam, antara satu mini-bus tak berpenumpang ber-plat XXXXXX dan sebuah kendaraan pribadi, ber-plat XXXXXX. 2 orang pria yang terluka ringan, dan 1 pria yang terluka berat kini sedang dirawat intensif di Rumah Sakit terdekat, dan Kepolisian mengkonfirmasi, satu korban wanita yang berada di kendaraan pribadi bersama satu orang pria selamat yang saat ini krisis, ditemukan meninggal dunia di tempat. Motif diduga akibat kelalaian p———-“
Fin-

Adakah yang masih ingat sama saya ? /apasih/
baiklah, gina jeon aka. Jena garis98, here.

Sebelumnya, maaf kalo ff ini gaje, abstrak, too much typos, atau tidak sempurna dan rapih dalam tutur bahasanya ;-;
Aku mohon tinggalkan jejakmu, karena review para readers sangat-super-duper berarti bagiku yang masih belajar nulis.
Adakah yang mengerti apa maksud dari ff ini ? nope ? ok.

Well, sekian dan maaf jika ff ini GAJE ABIS plus mengecewakan :v

Mohon dukungannya!
xoxo, jk’s wife, gina jeon.

 

6 pemikiran pada “[BTS FF Freelance] Beautiful Tragic – (ficlet)

  1. Nyesek banget bacanya :’) sesuatu yang aku juga ngga pernah berharap bakal betulan terjadi, sangat menyesakkan!
    Tapi pas baca beritanya…
    Lah ‘-‘
    Jadi Eunbi yang udah meninggal? /speechless
    Plot twistnya keren :’D
    Sesuai judulnya:’) beautiful tragic~

    Suka

Leave a Review