[BTS FF Freelance] Paper Hearts – (Vignette)

Paper Hearts by Kissforxx at Cafe Poster

Paper Hearts

A fanfict originally written by BabyChim

BTS’ Jungkook

Teen || Sad, Hurt, Angst || Vignette

“I hate this part, paper hearts. And I’ll hold a piece of yours. Don’t think I would just forget about it…”

Amazing Poster by Kissforxx (at Cafe Poster)

Backsound

BTS’ Jungkook – Paper Hearts or CNBLUE’s Jung Yonghwa – One Fine Day

.

.

.

.

.

^o^

.

.

Hujan turun dengan derasnya, sehingga membuat orang-orang enggan keluar. Hujan di hari ini, tidak seperti hujan biasanya. Begitu deras. Sangat deras. Saking derasnya, tak ada satupun aktifitas orang-orang terlihat. Kilat menyambar, sehingga membuat orang-orang takut untuk keluar. Kilat menyambar, bagaikan amarah juga emosi yang selama ini sudah terpendam. Banyak orang yang mengatakan bahwa jika hujan turun dengan derasnya, ada seseorang yang begitu merindukan seseorang yang sangat meluap-luap..dan benar saja, seseorang sedang merindukan orang yang ia cintai, walaupun itu sudah menjadi masa lalu yang sangat pahit juga kelam.

.

.

Seorang pria tampak sedang memindahkan kardus-kardus dari depan pintunya. Tampaknya, dia penghuni baru di Apartment tersebut. Dia memindahkan kardus tersebut ke Ruang Keluarga, lalu membuka satu persatu isi kardus tersebut.

“Lelah sekali,” gumamnya pelan seraya mengelap pelan peluh yang bercucuran di keningnya.

Mengangkut berbagai barang, seorang diri. Sudah menjadi resiko bagi Jungkook, tinggal jauh dari kedua orangtuanya. Seoul merupakan kota yang asing bagi Jungkook juga keluarganya, namun karena kejeniusannya, menuntut Jungkook harus pergi ke Seoul demi membanggakan orangtuanya juga membuat cita-citanya sebagai seorang Arsitek tercapai.

Jungkook membuka sebuah kardus yang terakhir. Ia membawa kardus yang cukup ringan tersebut ke dalam ruang keluarga. Di sisi kardusnya tertulis Memories in Past. Sayangnya, dia tidak melihatnya. Jungkook membukanya. Tapi, sebelum membukanya, Jungkook sedikit merasakan sesuatu yang tidak enak. Ia mendengar berbagai bisikan kecil dan halus. Menandakan agar jangan membuka kardus itu, tetapi Jungkook menghiraukannya. Itu hanya perasaannya saja― menurut Jungkook.

Perlahan, Jungkook menyobek solasi. Lalu membuka kardus tersebut.

Satu detik…dua detik…tiga detik…

Matanya yang awalnya bulat besar-besar menjadi sayu seketika. Jantungnya..seakan berhenti berdetak. Tangannya bergetar. Perlahan, Jungkook meraih sebuah bingkai foto. Foto tersebut menampakkan dirinya dan seorang wanita tersenyum bahagia. Dengan berlatarkan sebuah jalanan di musim dingin, Jungkook dan sang gadis memakai jaket wol, scarf dan sedang tertawa bahagia.

Jungkook terpaku sesaat. Bisikan itu…menyuruhnya agar jangan membukanya, tetapi Jungkook menghiraukannya, dan…inilah hasilnya. Kecewa, rasa sakit, semua ini akhirnya ‘datang kembali’ padanya. Jungkook terdiam. Wajahnya…datar. Raut wajah sedih tidak terukir, tetapi tak lama, sebuah cairan bening nan hangat turun bebas dari kelopak mata kanannya. Disusul setetes lagi. Raut wajah Jungkook menjadi sedih seketika.

“Perasaan yang kurasakan sekarang…” Jungkook memegang baju wol-nya. “Masih sama, seperti apa yang kurasakan ketika aku pertama kali melihatmu. Hangat. Tetapi, perasaan kecewa ‘itu’, takkan pernah bisa kulupakan…”.

Sebahagia apapun Jungkook di masa lalu, tetap saja, rasa kecewa ‘saat itu’ akan tetap meninggalkan bekas dan luka. Mereka sudah menjalin hubungan, tetapi bagaimana jika salah satu dari mereka berbohong dan meninggalkan luka mendalam bagi yang dibohongi dan si pembohong tersebut sudah meninggalkan orang yang dibohonginya. Kecewa? Marah? Sedih? Semua itu sudah Jungkook rasakan. Rasa sakit yang ia rasakan berlipat ganda, belum lagi mengetahui sebuah kebohongan yang sangat menyakitkan. Dan itu membuat Jungkook pernah merasa ‘mati’ sesaat.

Jungkook menatap sendu bingkai foto tersebut, “Kau..pergi..meninggalkanku sendirian. Rasanya tidak adil! Kenapa kau harus meninggalkanku sendirian? Kita hidup bersama. Maka, matipun, kita harus bersama-sama, tahu?”.

Jihyo, wanita yang Jungkook cintai itu menghidap penyakit Leukimia. Dan Jungkook mengetahui rahasia besar itu, disaat…Jihyo mengembuskan nafas terakhirnya. Jungkook begitu dikuasai oleh amarah, kecewa, sedih, emosi sehingga membuatnya hampir membunuh dirinya sendiri. Tetapi ia ingat sebuah pesan Jihyo.

“Aku menyukai kisah cinta Romeo dan Juliet. Mengharukan, dan aku ingin kisah cinta kita seperti itu, tetapi tentu saja dengan ending yang berbeda. Aku tidak ingin kita berdua mati bersama. Biarkanlah aku saja yang pergi, dan kau menetap di Dunia ini. Aku tidak ingin kau menyusulku. Masih ada kehidupan yang lebih indah juga kebahagiaan di luar sana yang menunggumu…”.

Jungkook memeluk erat bingkai tersebut. Ia menangis. Ia mengeluarkan air matanya yang sudah tertahan selama hampir 3 tahun. Ia sangat rapuh untuk saat ini. Sudah ribuan kali ia mengeluarkan fake smile-nya dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Akan tetapi, hati Jungkook begitu terluka juga perih. Seakan sebuah belati tajam tertancap sempurna di jantungnya. Sakit, tetapi tidak berdarah―batin Jungkook.

Jungkook melirih, “Sampai kapan aku harus menahan rasa sakit ini bila kau sering menghantui fikiranku terus?”.

Jihyo begitu istimewa bagi Jungkook. Selama jauh dari orangtuanya, hanya Jihyo yang mengembalikan senyum juga tawa bahagia Jungkook. Berkali-kali Jungkook mencoba bangkit, tetapi berkali-kali juga ia terjatuh. Ada saja tembok besar yang menghalanginya untuk melupakan Jihyo.

“Aku sangat mencintaimu…aku merindukanmu..” lirih Jungkook diiringi tangisannya.

Hujan turun dengan deras. Seolah ikut berkabung dengan apa yang dialami Jungkook. Semua orang tahu Jungkook adalah pria yang baik, tetapi takdirnya tidak begitu baik.

.

.

“Jungkook-ie, maukah kau menyanyikan sebuah lagu untukku?”.

“Eo? Tentu saja. Tetapi, lagu apa?”.

“Paper Hearts,”.

“Bukankah itu lagu sedih?”.

“Ya, itu lagu favoritku.”.

“Memangnya kau sedang bersedih?”.

“Terkadang. Jika aku berharap ini, Tuhan mewujudkan itu.”.

“Kalau kau ingin menangis dan membutuhkan sandaran, tidurlah di pundakku. Aku akan menyeka airmatamu.”.

“Tapi, bagaimana kalau aku ingin menangis, tetapi aku sudah tiada?”.

“Eo? Apa maksudmu mengatakan itu?”.

“Aniyo. Aku hanya asal bicara saja,”.

“Sekarang, jadi ingin menangis?”.

“Kapan-kapan saja. Ayo, cepat nyanyikan lagu Paper Hearts…!!”.

“Ngg…kapan-kapan saja ya?”.

“Wae?”.

“Aku tidak ingin menyanyi lagu sedih sekarang,”.

“Hufhh~ kau ini!”.

“Tapi aku berjanji, Jihyo! Pasti nanti aku akan menyanyikan lagu itu untukmu!”.

“Baiklah, tetapi kapan?”.

“Sudah kubilang, tadi ‘kan? Nanti atau kapan-kapan saja!”.

“Dasar~”.

.

.

Jungkook mendongakkan wajahnya. Ia menghentikan tangisannya. Ia meletakkan bingkai foto tersebut dan berjalan menuju kamarnya. Ia mengambil gitarnya. Ia terduduk di sofa. Ia telah berjanji pada Jihyo akan menyanyikan lagu kesukaannya, maka ia harus menepatinya.

Jungkook mengetes gitarnya. Setelah dirasa baik-baik saja, ia mulai memetik senar gitar. Nada dari lagu yang begitu merdu, membuat Jungkook hanyut dalam permainannya sendiri. Ia menyanyi. Berlinang air matanya, tetapi ia berusaha agar tetap tegar. Ia mengetahui betul arti dari lagu tersebut, sehingga membuatnya bernyanyi dengan sedikit tersendat-sendat.

” Goodbye love, you flew right by love
Remember the way you made me feel
Such young love but
Something in me knew that it was real
Frozen in my head

Pictures I’m living through for now
Trying to remember all the good times
Our life was cutting through so loud
Memories are playing in my dull mind
I hate this part paper hearts
And I’ll hold a piece of yours
Don’t think I would just forget about it
Hoping that you won’t forget about it

Everything is gray under these skies
Wet mascara
Hiding every cloud under a smile
When there’s cameras

And I just can’t reach out to tell you

That I always wonder what you’re up to

Pictures i’m living through for now

Trying to remember all the good times

Our life was cutting through so loud

Memories are playing in my dull mind

I hate this part, paper hearts

And i’ll hold a piece of yours

Don’t think i would just forget about it

Hoping that you won’t forget

 

I live through pictures

As if i was right there by your side

But you’ll be good without me

And if i could just give it sometimes

I’ll be alright

Goodbye love you flew right by love

 

Pictures i’m living through for now

Trying to remember all the good times

Our life was cutting through so loud

Memories are playing in my dull mind

I hate this part, paper hearts

And i’ll hold a piece of yours

Don’t think i would just forget about it

Hoping that you won’t forget…”

[Paper Hearts – Tori Kelly]

Jungkook mengakhiri permainan gitarnya. Dan kembali, Jungkook menjatuhkan linangan air mata. Janjinya sudah terbayar. Berharap dengan terbayarnya janjinya, ia bisa melupakan Jihyo―setidaknya.

“Terimakasih, atas segala yang pernah kau lakukan padaku. Aku menghargai itu. Maaf, atas segala yang pernah kulakukan padamu dan membuatmu kesal padaku,” isak Jungkook.

“Aku hanya berharap, aku tidak akan jatuh kembali ketika aku bangkit. Tolong, aku mohon. Jangan membuatku mengingatmu lagi, setidaknya sampai aku merelakanmu pergi dan tak menangisimu lagi..”.

Dan mulai sekarang, Jungkook harus merelakan Jihyo pergi. Sulit memang, tetapi apapun yang terjadi, ia harus menjalani ini. Ia mungkin bisa pulih kembali dari rasa sedih ini, tetapi rasa sakit yang membekas di hatinya takkan pernah pulih, selamanya. Suatu saat nanti, pasti ia akan bahagia bersama wanita lain, tetapi rasa sakit itu tidak akan pernah hilang sampai kapanpun. Dan yang harus Jungkook lakukan adalah, memulai lembaran baru dengan sebuah senyuman.

“Selamat tinggal, Jihyo…” Jungkook menaruh gitarnya di meja, lalu memiringkan badannya, untuk tidur di sofa.

Dan ketika Jungkook memiringkan badannya, seseorang dengan memakai gaun putih dan cahaya di sekitarnya berdiri jauh di belakangnya. Ia tersenyum.

“Selamat tinggal juga, Jeon Jungkook…”.

~ FIN ~

 

3 pemikiran pada “[BTS FF Freelance] Paper Hearts – (Vignette)

  1. Halo kak BabyChim!^^

    Review-an untuk fanfiksi ‘Paper Hearts’ baru saja aku kirim email karena hasilnya panjang dan aku rasa lebih baik aku kirim email ketimbang aku komen di sini. Silakan dicek emailnya! Terima kasih<3

    xx,
    jojujinjin.

    Suka

Leave a Review