[Chapter 1] The Silver Age of Virgo: Obscured

virgo-series2

the Silver Age of Virgo

written by tsukiyamarisa

.

BTS’ Jin as Killian, Jimin as Alven, Suga as Fyre, iKON’s Jinhwan as Axel

and

OC’s Aleta, Rhea, Icy

Chaptered | Fantasy, Wizard!AU, Life, Friendship, Family | 15

.

previousIntro

.

.

.

#1: Obscured

.

“Fyre, awas!”

Satu panah perak membelah malam, sebelum berhamburan menjadi serpih-serpih sinar dan lenyap. Diikuti gerutuan dari sang gadis yang masih membawa busur, sementara saudara lelakinya bergegas menghampiri. Tatap sama-sama tertuju pada satu perkelahian yang tengah terjadi, kekhawatiran amat kentara kala si musuh melepaskan bola kegelapan yang langsung membungkus tubuh Fyre.

“Urusan apa yang kaupunya dengan para Virgo, hah?” bentak Alven langsung, melangkah ke depan saudarinya dengan bola cahaya keemasan di tangan. “Jadi itu kau, yang selalu membuat keonaran di kota kami?!”

Tak ada jawaban, tetapi tarikan Aleta pada jubah Alven cukup untuk membuatnya berhenti berbasa-basi. Tanpa ragu melontar cahaya miliknya, berharap agar ia bisa menembus bola kegelapan. Pun dengan Aleta yang kembali menghimpun kekuatannya, kali ini memunculkan kristal-kristal putih nan tajam sebelum menghantamkannya pada selubung yang ada. Namun, tak peduli berapa kali pun mereka menyerang, hasilnya tetap nihil.

Fyre tetap terjebak di dalam sana.

“Sial!”

“Kalian memang tak seharusnya berlagak bisa, bukan?” balas lawan mereka, akhirnya buka suara seraya membuat gerakan mengepal dengan telapak tangan kanannya. Suatu gestur yang berfungsi sebagai isyarat, lantaran selubung bola kelam di sekeliling Fyre mulai mengecil dan merapatkan jarak. Meredupkan sinar si pemilik lambang Auva, juga menghilangkan semua kesadaran serta dayanya.

“Fyre!!”

Bukan tanpa alasan jika sepasang saudara itu panik bukan main. Mereka sama-sama tahu betapa tangguh dan berbahayanya sihir milik Fyre, sesuatu yang kini mampu dinetralkan dalam hitungan sekon semata. Sebuah bukti bahwa lawan mereka saat ini bukanlah pemilik kekuatan sihir biasa, melainkan seseorang yang berbahaya dan tidak bisa dikalahkan dengan gegabah.

Namun….

“Kau tidak berhak—”

“Aleta!”

.

.

BRAAAK!!

.

.

“ALETA!!”

Semuanya terjadi sebelum Alven sempat mengeluarkan sihir perisainya. Bertindak tanpa rencana mungkin memang tidak ada di dalam kamus sang gadis, tetapi rasa takut dan kalut selalu cukup untuk mengacaukan segalanya. Dan itulah yang Aleta lakukan—menciptakan bilah pedang dari kekosongan, lantas menghambur maju tanpa memedulikan keadaan. Tanpa menyadari bahwa si lawan baru saja menjentikkan jemari, menciptakan medan penghalang yang mampu melontarkan siapa pun.

Termasuk Aleta, sang gadis dari bintang Spica.

Menduduki posisi sebagai bintang paling terang agaknya tak membantu, lantaran gadis berambut pendek itu kini tengah menggertakkan gigi menahan sakit. Sukses membuat Alven lekas berlutut dan melingkarkan lengan di bahu saudarinya, memasang sikap melindungi sekaligus siap untuk menyerang.

“Kamu baik—”

“Dia akan baik-baik saja,” potong musuh mereka, terkekeh puas sebelum mengimbuhkan, “dan tolong, izinkan aku segera menyudahi perdebatan tak penting ini.”

“Apa—”

“Sampai jumpa—” Satu jentikan, dan baik Aleta maupun Alven kompak mengeluarkan jerit tertahan kala bola kegelapan yang membungkus Fyre lenyap begitu saja. Menyisakan si lawan yang tengah mengibaskan jubah hitamnya dengan angkuh, membalikkan badan kemudian lenyap dalam pusaran asap kelabu.

“—para Virgo yang tak lagi bisa menegakkan keadilan.”

.

-o-

.

“Rhea! Ke sebelah kanan!”

Mengangguk paham, Rhea lekas membelokkan langkah kakinya dan kembali berlari. Manik dipicingkan, memburu satu sosok berjubah kelam yang melesat di depan sana. Oh sungguh, Rhea bahkan bisa merasakan sihirnya mulai berkumpul di kedua telapak tangan. Ia marah, sangat marah lantaran keasyikannya berwisata bersama Axel diganggu.

“Santai sedikit, Rhea. Kita akan menyelesaikan ini dengan cepat.”

Alih-alih tenang, gadis bersurai panjang itu malah mengumpati usaha telepati Axel. Membuat si lelaki yang bernaung di bawah lambang Heze itu terkekeh sejenak, sebelum kembali mengumpulkan fokus untuk mengejar lawan. Bagaimanapun juga, bukan hanya Rhea yang kesal saat ini. Axel pun merasakan hal yang sama, mengingat keduanya sedang asyik berjalan-jalan di tengah keramaian kota Hong Kong ketika kerusuhan itu terjadi.

Astaga, orang gila macam mana lagi yang tahu-tahu menghadirkan angin topan dan membuat kaca di gedung-gedung pecah berhamburan? Ini jelas bukan perbuatan usil biasa, terlebih dilakukan di tengah semaraknya jalanan malam. Aura sihir si pengacau bahkan dapat terdeteksi dengan mudah, suatu pemicu yang akhirnya membuat Rhea dan Axel terpaksa melakukan pengejaran.

“Kita kepung dari dua sisi! Persiapkan dirimu!”

Mendengar perintah itu, Rhea pun lekas mengiakan dan menghimpun kekuatan. Memunculkan bola keperakan di tangan kanan, siap melontarkannya untuk melumpuhkan musuh. Jaraknya dari sosok berjubah itu kini makin merapat—tak lebih dari lima meter jauhnya. Pengejaran ini tampaknya akan segera berakhir, dan Rhea bisa merasakan sudut-sudut bibirnya terangkat seraya ia membidik sang lawan—

.

.

AAAAKH!!”

.

.

“Axel?”

Melesat tanpa penghalang, kekuatan sihir Rhea menabrak satu bangunan kios hingga hancur berantakan. Timbulkan suara berdebam keras, sementara angin meniup debu dan partikel-partikel kecil reruntuhan. Namun, gadis itu memilih tak acuh. Tidak karena target penyerangannya mendadak lenyap begitu saja, sementara gema teriakan Axel masih samar di telinganya. Sesuatu pasti sudah terjadi, sehingga bohong jika dirinya sama sekali tidak merasa panik.

“Axel?! Axel, apa kamu—”

“R-Rhea, hati-hati, lawan kita—“

“Axel??”

Kembali berlari, Rhea kini mengarahkan dirinya pada sebuah persimpangan jalan. Tempat di mana ia dan Axel seharusnya bertemu, menyergap si pembuat onar dan menuntut penjelasan atas kekacauan yang ada. Tetapi, nihil. Tak peduli walau Rhea sudah meneriakkan nama Axel berulang kali, tak peduli kendati gadis itu kini beralih memaki, ia tetap tak mampu menemukan apa-apa.

Sang musuh telah pergi.

Dan ia membawa Axel bersamanya.

.

-o-

.

Killian hanya bisa bergeming, berdiri tegap di tengah lingkaran sihirnya yang berpendar.

Ia seakan mengambang di tengah ketiadaan, dikelilingi oleh kegelapan yang tak berujung. Suasana teramat sunyi, tanpa petunjuk maupun penjelasan yang hadir. Namun, alih-alih takut, Killian memutuskan untuk menunggu. Sang pemimpin konstelasi Virgo itu hanya menatap simbol Alaraph yang ada di lingkaran sihirnya, memandang bagaimana cahaya keemasan menyala di sana. Masih terang seperti biasanya, dan….

Berputarlah, Killian.

Menurut, Killian pun membalikkan badannya perlahan. Manik bergulir pada simbol-simbol yang lain, kemudian lekas terkesiap tatkala menyadari bahwa Auva, Heze, dan Porrima tidak lagi bercahaya. Ketiga bintang itu redup, tidak bersemangat maupun memercikkan tanda-tanda eksistensinya. Seolah memberi Killian pertanda bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi, bahwa—

.

.

PRAANG!!

 .

.

Detik itu juga, kegelapan dan lingkaran sihir Killian hilang dari pandangan.

Terengah-engah, sang pemimpin pun bergegas mendudukkan diri. Tangan mengusap peluh yang ada di pelipis, kelopak dikerjapkan berulang kali seraya ia menarik napas panjang. Satu pandang sekilas memberitahu Killian bahwa ia masih berada di kamar tidurnya, aman dan tidak terluka. Namun, kendati demikian, perasaan lega itu hanya bertahan selama sepersekian menit saja.

Bergegas turun dari tempat tidur, Killian menarik pintu kamarnya hingga terbuka lebar. Bola mata bergerak cepat memindai keadaan, hanya untuk mendapati bahwa apartemennya sama sekali tak terusik. Tidak ada kerusakan, kekacauan, pun tamu tak diundang. Semua kaca jendelanya juga masih utuh, sehingga besar kemungkinan jika suara pecahan tadi datang dari kamar apartemen yang lain.

Well, bisa saja itu maling atau—

.

.

—tunggu sebentar!

Menghentikan niatannya untuk kembali ke kamar, Killian memejamkan matanya sejenak dan berkonsentrasi. Berusaha mengingat segala hal yang telah ia lihat tadi, semua pertanda yang muncul di dalam mimpinya. Sebagai seseorang yang memiliki kekuatan sihir, mendapatkan mimpi berupa ramalan itu bukan lagi hal yang aneh.

Dan di mimpinya tadi, ia melihat bagaimana cahaya Auva, Heze, dan Porrima menjadi redup.

Itu berarti Fyre, Axel, dan….

“Sialan!”

Membuka kedua matanya, sang lelaki kini melesat ke pintu depan apartemennya. Tanpa ragu berlari keluar, lantas menggedor pintu apartemen sebelah keras-keras. Masa bodoh dengan protes para tetangga yang mungkin akan ia hadapi, ia punya firasat buruk yang harus lebih dulu diurus saat ini. Ia harus memastikan bahwa gadis itu masih ada di dalam sana; bahwa ia akan membukakan pintu dengan rupa cemberut sembari mengomeli Killian.

Namun, detak waktu berlalu dan hal itu tak terjadi.

Tiada sahutan, tiada pula suara langkah kaki mendekat atau kunci dibuka. Yang ada hanya keheningan mencekam, sampai-sampai Killian pun terpaksa mengulurkan sebelah tangan dan menggumamkan mantra. Membuka pintu apartemen tanpa izin, kemudian bergegas melangkah masuk dan menggerakkan tungkai menuju kamar sang gadis.

Firasatnya benar.

Suara pecahan kaca itu datang dari kamar apartemen ini, sebuah peninggalan atas perkelahian singkat yang baru saja terjadi. Karena, menemani kaca yang pecah tersebut, Killian dapat melihat tirai kamar yang robek serta meja nakas yang terguling. Tanda-tanda kekacauan amat jelas di sini, dan absennya sang gadis yang berada di bawah naungan Porrima makin menguatkan dugaan itu.

Mimpi buruk Killian baru saja menjadi nyata.

Sesuatu pasti telah terjadi paca Icy.

Atau lebih tepatnya….

.

.

.

sesuatu telah mengacaukan konstelasi mereka.

.

tbc.

19 pemikiran pada “[Chapter 1] The Silver Age of Virgo: Obscured

  1. Yaampun, ff ini udah lama tapi aku baru baca sekarang 😱
    Aku suka banget ffnya, awalnya aja udah seru gimana lagi kesananya 😘

    Suka

  2. Kerennnnnnnnnn…
    Walau masih ngapal nama pemainnya. Yg aku inget cuma Jin = Killian. Tp jalan ceritanya aku paham.heheh..

    Next ditunggu thor… Fighting!!!

    Suka

  3. Kya~~
    Nemu ff fantasy seru lagi… /lagi suka sama genre satu ini ></
    Namanya masih menghapal :v Axel, Fyre(?), Aleta, Icy, Killian, …
    Ga inget lagi :v
    So siapa musuhnya kak? Kok serem amat sih -,- Suka menghilang lagi.. Para Virgo harus bisa nemuin tu musuh.. Kalahin jg sekalian.. /waks
    I'm waiting for the next chapter!
    Keep writing kak amer!

    Suka

  4. Gak afal nama pemerannya yang aku hafal cuma jin a.k.a killian tp gapapa gapapa aku tetep bs ngrti jalan ceritanya XD
    NAH YOOO ICY KEMANA NAH YOOOOO /? Gak ada mantranya ya thor tp gapapa gapapa aku ttp suka sama ceritanya karena nama-namanya unik terus nama-nama bintangnya unik! Keep writing thor! Di tunggu kelanjutan chapternya XD yang semangat nulisnya thor XD jihyeon/98line 😀

    Suka

    • gapapa gapapa, pemainnya banyak sih emang xD doakan chapter depan bisa nyertain foto sama profil ya biar gampang dibayangin ^^

      sebenernya ini sihir2an based on cardcaptor sakura sih, jadi emang tidak bermantra /??
      oke siaaap! makasih yaa! ❤

      Disukai oleh 1 orang

Leave a Review