[BTS FF Freelance] THE RED BULLET (JILID II, Bulletproof Boy Scout- Chaptered)

Poster The Red Bullet Jilid I

2016, by Dewiathena

RED BULLET, Jilid II

WARNING !!!

LOVE HURT, IT CAUSES ANGER, JEALOUSY, OBSESSION, WHY DON’T YOU LOVE ME BACK.

Tittle :: Red Bullet

By :: Dewiathena

Main Cast :: Jeon Jungkook (BTS), Im Kinan (OC)

Support Cast :: BTS member, etc.

Genre :: AU, Action, Sad Romance, etc.

Rate :: +17

Genre :: Chaptered

Beautifull poster by ::

Note :: NIS disini memang badan itelejensi milik Korea Selatan, namun hal seperti (Latar, alokasi waktu, dll) itu hanya karangan saya. Saya hanya meminjam nama, jadi bila ada kesalahan tentang seperti apa NIS sebenarnya, saya minta maaf. Jangan menghakimi saya, karena ini hanya Fanfiction. Hanya untuk kesenangan, right?

Inspired by Album DARK&WILD (BTS)

.

Prev : Chapter 1

You’re the Red Bullet, and I’am is a Bulletproof. We’re the ENEMY, right?

“Kau memiliki aku sepenuhnya, tapi aku tidak sedikitpun. Ini membuatku gila!”

Is it like a bussines relationship for you?

Or do you hate me?

Or what?

JILID II (Bulletproof Boy Scout)

This is emotion between a man and a woman, don’t wanna calculate it, don’t wanna regulate it.

If knew the true love was like this, I can’t sure if I’d have tried it.

All I feel is anger. And the Danger.

.

.

‘Berhenti—‘

‘Sampai jumpa lain watu, NIS.’

 

Beberapa menit gadis itu masih diam membeku, membiarkan darah yang mengaliri pipinya mengering dengan sendirinya, membiarkan luka gores di pipinya tersapu oleh angin, menyebabkan gadis itu sedikit meringis karena rasa perih yang menjalari pipinya. Satu detik yang lalu gadis itu masih tidak bisa mencerna apa yang dia lihat. Sosok yang menampakkan diri itu begitu mengejutkan, sangat sangat mengejutkannya, bahkan sampai bisa membuat jantungnya berhenti berdetak dalam beberapa detik.

 

Bulletproof Boy Scout adalah Jeon Jungkook kecilnya?

 

Buruannya adalah orang yang memang dia cari?  Rintik hujan mulai berjatuhan, namun gadis itu belum bergeming.

 

Kinan bersyukur bisa bertemu lagi dengan pria itu, tapi bukan dengan keadaan seperti ini. Ini bukan keadaan normal yang bisa dia netralisir dengan mudah. Ini bukan sesuatu yang mudah untuk dia hadapi, Kinan tahu itu. Bagaimana bisa, dia si baik dan Junggook si jahat akan (…) Kinan tidak mau menjawab pertanyaan itu.

 

Gadis itu memutuskan untuk kembali, suasana di tempat ini makin mencekam , pencahayaan minim lengkap dengan hujan yang makin lama semakin mengguyur tubuhnnya. Suasana hatinya memburuk seketika. Untuk pertama kalinya, Kinan menahan bunyi pelatuk dari senjata api kebanggaannya. Untuk pertama kalinya dia menurunkan kembali tangan lurusnya dari si mangsa. Untuk pertama kalinya, Kinan merasa titik bidiknya membuat pandangannya membuyar.

 

Perasaan merindu, apa semenyedihkan ini?

 

Setiap langkahnya terasa amat sangat lambat, tubuhnya masih bergetar dan juga lemas di waktu yang bersamaan. Gadis itu tersenyum saat melihat motor sport-hitamnya masih setia disana. Dia sedikit mempercepat langkah, dia ingin menyudahi hari ini secepatnya. Baju seragam yang dia kenakan sudah basah seluruhnya, hujan memang tidak terlalu lebat, tapi tetap saja riuknya terdengar kasar. Titik-titiknya bahkan terasa seperti jarum yang dengan sengaja menusuk seluruh tubuhnya. Menjalari tubuh rapuh itu dengan perasaan dingin yang amat sangat, iya untuk tubuhnya, tentu iya juga untuk hatinya.

 

Gadis itu sudah sampai tepat di sisi motor sport hitamnya, berniat untuk segera mengendarainya, pulang, dan melupakan adegan yang dia harap itu hanya lelucon. Namun sepertinya tidak, tepat setelah helaan nafasnya,  gadis itu malah terduduk membelakangi motornya. Duduk sambil memeluk kaki, dan menenggelamkan wajahnya ke lutut, dia butuh untuk menenangkan diri. Gadis itu tidak menangis, tidak juga tersenyum. Gadis itu hanya menyangga kepalanya di atas lutut, menikmati setiap rintik hujan yang membuat tubuhnya makin menggigil. Menikmati sensasi aneh yang memang selalu dia rasakan  jika itu menyangkut Jungkook, hanya saja ini lebih menggila dari biasanya.

 

Pernahkah kalian merasa terjebak dalam satu pilihan yang menyebalkan? Seperti ‘Membunuhnya kau akan mati, tidak membunuhnya kaulah yang akan mati’ misalnya? Kinan fikir, tak ada yang lebih menggelikan dari ini. Ternyata buah simalakama itu benar-benar ada, benar-benar pepatah yang mengerikan. Kinan tersenyum miris, lambat laun dia merasa titik rangsangnya kembali.

 

“Dingin..” Gadis itu berucap lirih, sambil makin menekan lututnya ke dada. Berharap tubuhnya bisa lebih menghangat lagi. Hujan makin mengeras riuknya, namun itu tidak bisa membuatnya mau untuk beranjak. Seakan lupa jika dia mempunyai apartemen yang mewah lengkap dengan penghangat dan juga kasur empuk yang lengkap dengan selimut tebalnya. Gadis itu masih mau menyamankan diri disini, menikmati detik-detiknya dengan Jungkook. Bernostalgia pada kejadian yang bahkan baru beberapa menit terjadi.

 

“Wah wah, tak ku sangka jika akan ada mangsa di sekitar sini.” Suara berat dengan nada yang terdengar sangat tidak ramah itu terdengar, tapi   Kinan masih tidak mau menggubris apapun yang dia dengar, dia hanya butuh kesunyian.

 

“Motornya boleh juga.” Hingga lama-kelamaan dia mengangkat kepalanya. Bahkan tatapan matanya masih saja datar, meski di depannya berjajar sekitar 6 orang pria yang Kinan sendiripun pasti tahu siapa mereka.

 

Tempat-tempat seperti ini memang kerap dijadiakn markas oleh segerombolan genster atau preman jalanan. Jarang dikunjungi juga kurangnya hilir mudik penduduk membuat tempat ini memang pas untuk dijadikan rumah.

 

“Waw.. Wanita cantik..” Suara menjijikan itu kembali terdengar, mereka memandang ke arah gadis itu dengan tatapan lapar.

 

“Apa yang kau lakukan di tengah hujan seperti ini, cantik? Tidakkah kau kedinginan? Atau kau sengaja menunggu kami untuk menghangatkanmu?” Gelak tawa dari segerombolan orang itu terdengar.

 

Kinan masih diam,

 

“Sepertinya hujan mampu membuatmu tidak bersuara, cantik. Tapi itu bagus bukan? Kami tidak butuh suaramu, kami butuh desahanmu..” Mereka tertawa makin keras, dan Kinan mulai jengah mendengarnya. Jangan kira gadis berusia 23 tahun sepertinya, tidak mengerti dengan kata-kata menjijikan yang keluar dari mulut mereka yang juga menjijikan itu.

 

“Jangan ganggu aku, pergi dari hadapanku sebelum kalian menyesal.” Nada dingin itu keluar dari mulutnya.

 

“Wah, ancaman yang menarik. Kami tidak mungkin menyesal jika menemani wanita cantik seperti dirimu, nona.” Lagi-lagi suara tawa itu terdengar, malah semakin menajadi. Kinan bisa merasakan getaran yang disebabkan oleh langkah kaki mereka. Gadis itu menengadahkan kepalanya kala mereka hanya berjarak satu meter dari tempatnya duduk.

 

“Apa mau kalian?”

 

“Tentu saja kau, nona.”

 

“Brengsek, sudah aku bilang jangan ganggu aku.” Gadis itu berteriak dan  bangkit sambil mengangkat pistolnya. Membuat segerombolan itu terkejut dan memundurkan langkah mereka. Kinan menyeringai melihat ekspresi terkejut mereka.

 

Suara mobil kepolisian terdengar,  nyaris saja Kinan melepaskan tembakannya jika Min Gyu tidak memanggilnya. Pria itu dengan cepat membuka pintu mobil dan berlari ke tempat dimana gadis itu berdiri.

 

“Kei, tunggu—“ Gadis itu menoleh mendengar suara Min Gyu, dan dia menurunkan pistolnya.

 

Melihat Kinan basah kuyup, polisi Seoul itu menyampirkan jasnya pada tubuh gadis itu.  “Apa yang kau lakukan disini? Kau mengejar mereka huh? Mereka buruanku? Dan, hey- kenapa wajahmu berdarah? Mereka melukaimu? Sial—“

 

Min Gyu hampir saja melaju jika Kinan tidak menahannya. “Tidak, Min Gyu. Bukan mereka, mereka hanya menggangguku. Aku bahkan hampir saja menembak mereka, jika saja kau tidak datang. Maaf Min Gyu, aku hilang kendali.” Gadis itu menunduk, hampir saja dia menjadi pembunuh jika saja pria ini tidak datang. Ini suatu kesalahan, dia tidak professional, membiarkan emosi menguasai hatinya. Itu bukan gaya NIS.

 

Para anggota yang lain sudah siap dengan pistol mereka, mengelilingi preman-preman itu untuk melarikan diri.

 

“Ringkus mereka semua.” Perintah Min Gyu pada bawahannya. Pria itu memang datang bersama dengan team nya. “Ayo, aku akan mengantarmu pulang.” Min Gyu menuntun Kinan, pria tampan itu bisa merasakan tubuh gadis itu bergetar hebat.

 

Namun, langkahnya terhenti. “Tapi, motorku?”

 

“Aku akan memerintahkan anggotaku untuk membawanya ke kantor, kau bisa mengambilnya besok.”

 

“Emm.. Baiklah.” Kinan mengangguk, dia masuk ke dalam mobil saat Min Gyu sudah membukakan pintu mobil untuknya.

 

Sepanjang perjalanan tidak ada yang mereka bicarakan, Kinan masih sibuk dengan fikirannya, memandang lampu-lampu jalan yang kerlap kerlip. Dia tidak punya mood bahkan untuk bicara. Gadis itu memejamkan matanya,

 

“Aku baru tahu..” Kinan menoleh,

 

“Apa?”

 

“Ternyata tubuhmu sangat kurus, Kei. Jasku seperti menenggelamkan tubuhmu.”

 

“Entahlah, padahal kau tahu bagaimana jika aku makan. Kau saja bisa aku telan bulat-bulat jika aku masih merasa lapar..”

 

“Errr~~ wanita mengerikan..” Hening, “Tapi, apa yang kau lakukan sampai kau bisa bertemu dengan preman-preman itu?”

 

‘Aku mengejar Bulletproof Boy Scout, dan dia adalah Jeon Jungkook.’

 

“Aku hanya berpatroli, itu saja.”

 

“Tanpa team? Jangan coba berbohong padaku, aku tahu tugasmu saat ini adalah mencari Bulletproof Boy Scout, benar?”

 

“Ya—“

 

“La—“

 

“Min Gyu, aku mohon jangan bertanya lebih. Kepalaku sakit, aku ingin tidur.”

 

Min Gyu mendesah pelan. “Baiklah, aku minta maaf. Kau bisa tidur, aku akan membangunkanmu saat kita sampai.”

 

“Hmmm..” Kinan hanya menjawabnya dengan gumaman kecil, membuat Min Gyu tersenyum. Baru kali ini dia menemukan gadis yang menggemaskan tapi menyeramkan sekaligus.

 

Mereka sampai di sebuah apartemen mewah, Min Gyu belum mengusik tidur lelap gadis yang duduk di sampingnya itu. Min Gyu masih sibuk mengamati objek cantik itu, jarang sekali melihat Kinan dalam keadaan seperti ini. Selama 3 tahun mereka berteman, Min Gyu baru tahu jika gadis ini bisa memperlihatkan sisi lemahnya.

 

Kinan adalah gadis yang keras, dia tidak akan senang jika ada orang lain yang tahu akan kelemahannya. Min Gyu tersenyum kecil saat Kinan sedikit terusik karena sentuhan kecilnya.

Min Gyu merapikan poni gadis itu,

 

“Eunghh~”

 

“Kau sudah bangun? Baru saja aku ingin membangunkanmu.”

 

“Siapa yang tidak akan terbangun jika disentuh? Aku peka terhadap rangsangan.”

 

‘Tapi kau tidak peka pada perasaanku.’

 

“Ah, baiklah..”

 

“Terimakasih sudah mengantarku, Min Gyu.”

 

“Boleh aku masuk?”

 

“Eh?”

 

“Jangan berfikir yang tidak-tidak, aku hanya mau membantumu mengobati luka  gores di wajahmu itu.”

 

“Bodoh, siapa yang berfikir macam-macam? Luka.. ini?” Gadis itu menyentuh pipinya. “Aww—“ dan benar saja, pipi mulusnya itu masih mengeluarkan darah.

 

“Sebaiknya, kita cepat masuk. Tubuh basahmu tidak nyaman dilihat.”

 

“Baiklah—“

 

Mereka akhirnya keluar dan berjalan masuk, menuju lift, karena memang Kinan tinggal di lantai 16, tepatnya apartemen no 161. Mereka berjalan hingga sampai di depan pintu apartement Kinan.

 

Gadis itu menekan nomor sandi kamarnya, “Ayo masuk—“

 

Min Gyu mengangguk, dan melangkah mengikuti gadis itu. “Duduklah, aku mandi dulu. Tak apa ‘kan? Jika kau haus kau bisa pergi ke dapur, belok kanan dari lorong ini. Ya?”

 

“Baiklah—“

 

Min Gyu mendudukan dirinya di sofa mewah berwarna hitam, matanya melirik setiap sudut ruangan. Ruangan ini bisa dibilang terlalu mewah untuk ditinggali seorang diri, siapa yang tidak tahu Kim Jae Jong? Ayah dari gadis itu adalah orang yang cukup berpengaruh pada ekonomi Korea. Perusahan utama yang sudah lebih dari kata besar itu menghasilkan banyak cabang, bahkan sampai ke negara Amerika. Jadi tidak heran jika anak gadisnya tinggal di tempat seperti ini, meski Kinan tidak pernah memberi tahu bagaimana keluarganya, tapi semua anggota NIS tahu. Gadis itu tipikal gadis yang cuek, dia sangat tidak menyukai gaya glamour seperti yang banyak digandrungi banyak wanita. Namun, siapapun bisa melihat brand di setiap barang atau pakaian yang gadis itu pakai. Sederhana, tapi sangat berkelas, itulah Im Kinan.

 

“Apa wanita memang seperti ini? Menghabiskan banyak waktu di kamar mandi?” Min Gyu mulai jenuh, pria itu beranjak dari duduknya karena kerongkongannya terasa kering, dia butuh minum, dan karena sudah mendapat izin dari sang pemilik rumah, pria tampan itu berani berjalan menuju dapur.

 

Di setiap dinding terdapat foto-foto, entah itu Kinan sendiri dan ada juga yang bersama orang tuanya.

 

“Pantas saja anaknya sangat cantik, ibunya juga secantik ini.” Min Gyu tersenyum dan melanjutkan langkahnya.

 

“Min Gyu? Kau dimana? Min Gyu—“ Kinan keluar dari kamarnya sambil mengeringkan rambut dengan handuk, lihat penampilan gadis itu. Celana trening berwarna hitam dan kaos oblong kebesaran berwarna merah. Gadi itu celingak-celinguk karena tidak mendapati Min Gyu di ruang tamunya.

 

“Min Gyu—“

 

“Aku di dapur, Kei.” Gadis itu segera menyusul ke arah suara. “Maaf, aku kehausan.”

 

“Tak masalah..”

 

“Hey, pipimu berdarah lagi—“

 

“Ah- ini mungkin karena aku mencuci wajahku terlalu kasar.”

 

“Dimana kotak obatnya? Ayo kita obati lukamu—“

 

Aku yang terluka, kenapa dia yang panik sih?’ “Ada di sana—“ Gadis itu menunjuk kotak yang menempel di dinding dapurnya.

 

Tangan kirinya memegang kotak khusus luka, dan tangan kanannya menarik tangan Kinan. Min Gyu tidak menggubris rengekan gadis di belakangnya, malah menariknya lebih cepat.

 

“Duduk.”

 

“Cih, sepertinya kau lupa siapa tuan rumah disini.”

 

“Diam, Kei. Kenapa kau jadi seberisik ini?” Min Gyu masih sibuk mengobati luka Kinan dengan obat anti septik. Pria itu sedikit tersenyum saat Kinan meringis kecil karena dia sengaja menekan luka gores di pipi gadis itu.

 

“Yakk.. Kau sengaja memperparah lukaku.”

 

“Ahaha, maaf—“ Min Gyu kembali serius, dia menempelkan plester dan ini selesai. “Kei?”

 

“Um?”

 

“Lain kali, jika terjadi sesuatu atau kau butuh bantuan, jangan ragu untuk menghubungiku.”

 

Kinan hanya menatap heran ke arah pria itu, “Kenapa aku harus?”

 

“Karena..” Min Gyu menahan kata-katanya. ‘Karena aku khawatir padamu.’ “Karena kita teman, mana mungkin aku membiarkan temanku terluka lagi seperti ini.” Pria itu tersenyum,

 

Mau tidak mau, Kinan ikut tersenyum. “Ya, aku akan menghubungimu nanti. Tapi hanya jika aku benar-benar terdesak.”

 

Jungkook sampai di markas Bulletproof Boy Scout, pria itu menengadahkan wajahnya ke langit. Hujan sudah reda, tapi perasaannya masih berkecamuk. Pria itu menunduk, dan menatap tangan kanannya. Tangan yang sudah melemparkan belati hingga melukai gadis itu.

 

“Ki-nan. Apa itu benar kau?” Jungkook memejamkan matanya, sepintas dia memang tidak peduli. Namun lama-kelamaan dia ingat, poni pagar khas gadis itu tidak berubah, matanya lebih tajam, dan wajahnya semakin cantik. Tubuhnya bertambah tinggi, dan suara itu. Suara saat gadis itu menatap ke arahnya yang membuka masker. Kinan masih mengenalinya juga?

 

“Oh, astaga. Aku pasti hanya bermimpi. Rindu membuatku melihat sosoknya, Kinan-ku pasti lebih cantik dari gadis itu ‘kan?” Jungkook tersenyum, “Aku begitu merindukanmu, Hime-sama.”

 

Jungkook melangkah masuk, dia menghampiri ke enam anggota lainnya yang sedang duduk menunggunya.

 

“Apa Blue House sangat ketat penjagaan, Kookie? Sampai kau terlambat hampir satu jam.” Nam Joon tersenyum ke arah adik bungsunya yang melangkah mendekat. “Duduklah..”

 

“Maaf, hyung. Tadi ada tikus kecil yang menyadari kehadiranku, jadi kami sedikit bermain-main.”

 

“Kau menghabisinya?”

 

“Tidak, dia seorang wanita. Terpantang untukku membunuh seorang wanita.”

 

“A-, kau memang pria sejati. Namun, aku punya kabar buruk.”

 

Jungkook makin serius mendengarkan ketuanya, entah kenapa perasaannya menjadi tidak enak. Apa ini kabar yang sangat buruk?

 

“NIS sudah mulai bergerak, maka dari itu kita harus memperketat penjagaan markas dan lebih berhati-hati. Dari informasi yang aku dengar, ada anggota khusus yang ditugaskan untuk ini. Aku belum begitu mengetahui tentang siapa dan bagaimana rupa anggota khusus itu, yang jelas dia memiliki julukan Red Bullet. Yoongi, aku minta kau melacak semua situs resmi NIS. Dan cari tahu siapa Red Bullet itu. Dan saat kita tahu siapa dia, aku juga akan mengirim anggota khusus untuk melawannya. 1 lawan 1, bukan kan itu fear?

 

Semua anggota mengangguk, begitupun Jungkook. “Baiklah, sekarang mari bersenang-senang. Aku sudah memesan banyak minuman dan juga wanita cantik. Nikmati hidup ini, kawan—“ lanjutnya. Pria dengan rambut jambul itu adalah ketua kelompok, Kim Nan Joon namanya. Pintar, ahli strategi, dan kekejamannya tidak perlu diragukan.

 

Semua orang bersorak kegirangan, ya, mereka akan pesta mala mini. Tapi tidak dengan Jungkook, pria itu hanya duduk sambil meminun satu botol minuman beralkohol.

 

Beginilah kehidupannya sejak beberapa tahun lalu, Jungkook bukanlah anak yang terlahir dari keluarga berada. Hidup yang keras membuatnya mau tidak mau bergabung dalam bisnis hitam bersama Bulletproof Boy Scout. Penyeleksian anggota yang ketat membuatnya sampai menjadi anggota inti, bahkan menjadi kepercayaan sanga Ketua. Karena dia hebat dalam tugas, belum ada satupun yang bisa menangkap pria ini. Meski usianya paling muda, itu bukan alasan untuk Jungkook.

 

Bulletproof Boy Scout adalah mafia high-class, anggota inti mereka hanya 7 orang. Mereka adalah pusat dari semua masalah yang dilakukan oleh preman-preman jalanan. Pemilik bisnis dunia malam dan juga bisnis haram lainnya.

 

“Kau memikirkan sesuatau, Maknae?” Kim Taehyung duduk di sampingnya, sambil menyodorkan minuman. Jungkook menggeleng.

 

“Tidak, Hyung. Terimakasih, milikku masih penuh..” Jungkook memperlihatkan botol minumannya yang memang masih berisi itu.

 

“Baiklah.. Kau bisa memakai kamar atas jika ingin tidur, wajahmu terlihat sangat lelah.”

 

Jungkook mengangguk, “Ya, sepertinya aku memang butuh tidur.”

 

Taehyung menepuk pundak adik bungsunya, “Ya- istirahatlah. Sepertinya tikus yang kau ajak main  itu cukup tangguh, dia pasti gadis yang menarik ‘kan?”

 

“Emm.. Mungkin.” Jungkook melanjutkan langkahnya, dia menyusuri tangga dengan gontai seperti orang yang kehilangan semangat. Dia kembali melihat tangan kanannya.

 

“Bagaimana jika tangan ini benar-benar melukaimu?” Jungkook membuka pintu kamar dan masuk. Pria itu langsung menjatuhkan diri di ranjang king-size yang tersedia. Matanya menatap langit-langit kamar.

 

“Sensasi ini tidak asing, siapa sebenarnya gadis itu?” Jungkook memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya yang terasa tidak normal. Frekuensi sistol dan diastolnya terasa lebih cepat dari biasanya. “Sedang apa kau sekarang, Kinan?”

 

“Jungkook, maaf. Ini adalah hari terakhirku di sekolah. Besok, aku harus pindah.” Gadis kecil dengan rambut sebahu itu memandang sosok di depannya dengan tatapan khawatir, khawatir jika sosok itu lari karena terlalu marah padanya, khawatir jika dirinya dianggap terlalu kejam karena memberitahukan hal ini terlalu mendadak. Khawatir karena harus meninggalkan kisah indah-sekaligus anak laki-laki di depannya ini.

 

Namun, anak lelaki itu tersenyum.. “Tak apa. Masih banyak waktu, kita pasti bisa bertemu lagi nanti.” Ucapan anak lelaki itu membuat mata sang gadis mengeluarkan air. Meski kekhawatirannya musnah, tetap saja dia sedih. Kadang rasa penerimaan yang begitu ringan itu selalu meninggalkan perasaan sesak. “Hei, jangan menangis. Im Kinan-ku bukan gadis yang cengeng.”

 

Cepat-cepat gadis itu mengusap kasar wajahnya, menghapus air mata yang membasahi pipi chubby-nya. “Aku tidak menangis—“ sangkal gadis itu, suaranya parau, matanya memerah, sungguh bukan hal yang bagus jika dia masih bisa berbohong saat ini.

 

“Ayo berjanji, suatu saat nanti, jika kau kembali kita akan bertemu.” Anak lelaki itu menyodorkan kelingkingnya sambil  tersenyum.

 

“Pertemuan terakhir yang menyedihkan.” Jungkook terkekeh kecil. “Bisakah kita bertemu kembali?”

 

Kinan dan Jungkook adalah teman semasa Elementary school sampai Junior high school, Jungkook banyak dijauhi karena anak itu bukan anak dari keluarga berada, sedangkan Kinan dijauhi karena dia terlalu kaya. Banyak yang tidak menyukai mereka karena status kehidupan sosial keluarganya. Alasan kenapa Kinan lebih memilih berteman dengan Jungkook adalah karena hanya dia anak yang tulus berteman dengannya. Kinan bisa membeli teman jika dia mau, namun gadis itu bukan tipikal chaebol yang suka menghabiskan uang. Gadis itu sederhana, dan membuatnya juga terbuang dari sosial sekolah yang memang elit bersama Jungkook.

 

Sedangkan alasan kenapa Jungkook bisa ada di sekolah elit ini adalah, dia seorang yatim piatu yang terlahir jenius. Memiliki kecerdasan di atas rata-rata membuatnya bisa duduk di sekolah itu. Jungkook tinggal di sebuah yayasan perlindungan anak atau biasa disebut panti asuhan, jika kesepian Kinan sering berkunjung kesana. Orang tua gadisc kecil itu lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah, maka dari itu Kinan lebih memilih berkunjung ke tempat Jungkook dan bermain dengan anak panti yang lain.

 

Di dunia ini mungkin hanya ada satu dari sepuluh ribu orang kaya yang seperti Kinan, dan itu mampu mebuatnya menjadi salah satu yang terspesial di hati Jungkook selain suster kepala di pantinya.

 

Lagi-lagi Jungkook tersenyum mengingat masa lalunya. Masa-masa indahnya sebelum dia memutuskan untuk ikut bergabung dengan dunia hitam milik Bulletproof.

 

‘Jeon Jungkook, berdo’a yang khusyu.’ Gadis kecil itu melotot ke arah anak laki-laki yang hanya cengengesan memperlihatkan gigi kelincinya.

 

‘Baik-baik, nona cerewet.’

 

‘Ikuti aku.’ Gadis itu berdo’a sambil menautkan tangannya dan memejamkan mata, mereka sedang berada di Gereja saat ini. Gereja kecil yang letaknya tidak jauh dari panti tempat Jungkook tinggal.

 

Jungkook membuka sebelah matanya dan melirik ke arah gadis di sampingnya. Lalu tersenyum, gadis itu khusyu sekali jika sedang berdo’a, entah apa yang dia minta sampai-sampai tidak menyadari jika Jungkook sedang memperhatikannya.

 

Tiba-tiba Kinan membuka matanya, dan Jungkook langsung kembali memejamkan mata.

 

‘Sudah selesai?’ Tanya gadis itu.

 

Jungkook menoleh, ‘Ya..’

 

‘Apa yang kau minta, Jungkook?’

 

‘Apa?’

 

‘Apa yang kau minta sat kau berdo’a tadi?’

 

‘Aku minta supaya kita semua diberi kesehatan.’

 

‘Do’a yang bagus.’

 

‘Lalu kau? Apa do’amu?’

 

‘Aku meminta agar Tuhan memberi kita lebih banyak waktu untuk bersama, dan juga supaya Dia tidak memisahkan kita.’

 

‘Meski kita berpisah, aku yakin kita akan bertemu lagi.’

 

‘Benarkah? Dari mana kau tahu?’

 

‘Tuhan berbisik padaku tadi.’

 

‘Kau bohong.’

 

‘Percayalah padaku, aku tidak pernah berbohong. Jika kita memang benar-benar akan berpisah, kita pasti akan bertemu kembali. Kau tahu ‘kan, betapa baiknya Tuhan pada kita?’

 

‘Ya, aku tahu.’

 

“Apa Tuhan akan tetap berbaik hati padaku, setelah semua kejahatan yang aku lakukan selama ini, Kinan? Aku takut, aku takut jika kita benar-benar tidak bisa bertemu lagi. Aku takut tidak bisa menepati janjiku padamu.”

 

TBC~~~

 

Awal-awal udah membosankan yah? Aku sengaja memperlambat alurnya, biar chapterdnya lebih panjang. 10 Jilid kayaknya gak puas deh, haha padahal ini baru Jilid kedua.

Maaf kalo ini agak terlalu alay, jujur aku melankolis sekali di RED BULLET.. jiwa mellow, jiwa baper aku tumpahin semua disini. Keke~~

 

Semoga masih ada yang suka, dan masih ada yang mau nunggu Jilid-jilid selanjutanya.

Terimakasih banyak.^^

 

Regards,

 

Dewiathena.

8 pemikiran pada “[BTS FF Freelance] THE RED BULLET (JILID II, Bulletproof Boy Scout- Chaptered)

  1. Akhirnya baca chapter dua dari ff ini><
    Aaaaaa
    The feels pas Jungkook ternyata ingat sama Kinan (meskipun nyangkal sih)
    Terus itu Mingyu sabar ya Kinan-nya ngga peka, dia udah nunggu seseorang tuh:3

    Kutunggu ya chapter selanjutnya
    Semangat^^

    Suka

  2. Akhirnya update jg. Walau aku agak telat bacanya….mian.huhuhu

    Kok, aku kesian sama Min Gyu yaa. Kinan gak peka *PukpukinMinGyu*
    Tp lbh kesian Kookie sama Kinan sih… kisah cinta yg memilukan.huhuhu

    Jilid 3 nya ditunggu Authornim.

    Btw, yg jd visual di posternya itu Oh Seunghee ya?
    Klw iya…aku suka bgt.kekekek

    Suka

  3. dah satu bulan kah?? cepet banget gk kerasa haha :’D
    baru ingat kalo ff ni satu bulan sekali post nya..
    but well.. aku emang nungguin ni ff kak 😀

    keep writing kaka..
    fighting!! 😀

    Suka

  4. Kirain jungkook lupa sama kinan nya ternyata masih inget huhu
    Nice fic ya tapi belo kerasa greget mungkin karna masih awal awal 😅
    Ditunggu kelanjutannya~

    Btw aku bingung sama kata kata ini
    ‘Membunuhnya kau akan mati, tidak membunuhnya kaulah yang akan mati’ mksdnya membunuh ga membunuh bakal tetep mati gitu? 😅

    Suka

  5. HAIIII dewiathena-nim, aku sudah nunggu-nunggu fic ini! Jadi, ini sudah sebulan, ‘kah?
    Sebelumnya aku mau koreksi nih, aku nemuin beberapa typo, tp yang paling ketara sih di ‘genre:chaptered’ sama nulis namanya jungkook jd junggook, but gapapa buat yg lain msh tertutupi.
    Dannnn, wah aku gatau ternyata jungkook juga kangen sama kinan/kei? Jungkook juga inget masa kecilnya dia sama kinan/kei?:v aku kira dia sudah lupa makin greget euy ceritanyaaa :3
    Nice fic!! Di tunggu jilid 3nya yaa! Jangan lama-lama updatenya dan jangan hilang di tengah jalan ceritanya bagus soalnya ㅠ_ㅠ
    Ah dan iya, POSTERNYA I LAV KEREN BANGET❤️❤️❤️❤️❤️

    Suka

    • Haiiii…

      sebenernya belum sih, aku suka lupa mau ngirim.. maafkaaann~~…

      aaa,, typo yang itu kayaknya gak keedit deh.. maaf yaaaa~~

      makasiiih udah mampir..^^
      insyaAlloh ini aku kerjain sampe selesai.

      Disukai oleh 1 orang

Leave a Review