Chapter 6 : When Jimin Got Married

whenjimingotmarried

Author Ririn My a.k.a rinaizawa || Cast Park Jimin & OC || Genre Marriage Life, Romance || Length Chaptered

Poster by andinarima © HSG^^

Previous : Teaser | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4 | Chapter 5

Preview Chapter 5 ; So Scared, But I’m Okay

“A – Aku tidak melakukan hal lebih.”

“Kau bohong.”

“Tidak. Aku serius.”

“Ya!”

“Paboya. Bagaimana aku bisa menyentuhmu, bahkan pakaianmu masih utuh sekarang.”

“Perv—“

“Hei nona Choi. Aku tidak menyentuhmu tadi malam. Lalu mengapa aku memelukmu? Semalam kau tidur seperti orang ketakutan. Aku berpikir kau mimpi buruk. Lantas aku memelukmu. Ya agar kau tidur dengan nyenyak.”

“Benarkah?”

——

“Hyung, Hanna mencarimu di dorm.”

“Lalu?”

“Sepertinya ia tidak percaya jika aku mengatakanmu sedang tidur ketika ia datang.”

“Kau berbohong?”

“Ya! Tidak mungkin aku mengatakan padanya kalau kau sedang menikmati hari pernikahanmu di sebuah apartemen.”

——

“Agassi, apa kau akan membayarnya? Antrian sudah mulai penuh.”

“Sebentar—bisakah aku kembali ke mobil dan membawa barangnya? Dompetku tertinggal disana. Aku janji akan segera kembali.”

“Maaf. Tapi tidak bisa.”

“Biar aku yang bayar.”

——

“Terima kasih banyak sudah menolongku.” Ujar Ji Eun sembari menunduk.

“Tidak masalah. Lagi pula jika menunggumu kembali ke mobil akan memakan waktu yang lama.” Balas gadis itu tersenyum. “Oh iya. Namaku Jung Hanna.”

“Choi Ji Eun.” Kedua gadis itu tersenyum satu sama lain. “Hanna-ssi, tunggu sebentar aku akan kembali ke mobil.”

Ji Eun berjalan cepat menuju mobil dan mengisyaratkan Jimin yang tengah memadanginya dengan tatapan bingung untuk membuka pintu belakang. Begitu pintu terbuka ia meletakan barang dan bergegas mengambil dompetnya yang ternyata tertinggal.

“Ji Eun –a, kau mengenal gadis itu?”

“Akan ku jelaskan nanti.” Ji Eun tidak sempat menjawab pertanyaan Jimin. Ia buru – buru membayar uang Hanna sebelum gadis itu pulang. Jimin masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini. Ji Eun bertemu dengan Hanna? Apa yang terjadi?

##

Chapter 6 : Converse High

 

Jimin menundukan kepalanya ketika Ji Eun kembali bertemu dengan Hanna. Ia berharap Hanna tidak akan melihatnya saat ini. Namun berbagai pertanyaan masih terus berputar di kepalanya. Mengapa Ji Eun bertemu Hanna? Apa Hanna sengaja mendekatinya? Atau ini semua hanya kebetulan. Oh ayolah, aku tidak ingin Ji Eun ikut dalam permasalahan ini, batin Jimin.

Sementara di luar, Ji Eun berjalan dengan cepat bahkan terburu – buru menghampiri Hanna. Bahkan ia hampir terjatuh.

“Hanna – ssi, ini uang yang kau pinjamkan tadi. Sekali lagi, terima kasih banyak.” Ji Eun tersenyum. Ia menyerahkan beberapa lembar uang kepada gadis itu.

“Kau tidak perlu terburu – buru.” Balas Hanna. “Ngomong – ngomong, apa kau datang sendiri?”

Ji Eun menggeleng. “Aku datang bersama – suami ku.” Ji Eun merasa ada yang aneh ketika ia menyebut kata ‘suami’ untuk Jimin.

“Ah ternyata kau sudah menikah ya.”

“Aku baru saja menikah.”

“Kalau begitu chukae. Ku harap kalian akan bahagia selalu.” Hanna menjabat tangan Ji Eun.

“Trims.”

##

Ji Eun membuka pintu mobil dan sedikit kaget ketika melihat Jimin yang menundukan kepalanya. Aneh sekali sikap pria ini, pikir Ji Eun. Lantas ia duduk dan menutup pintu dengan keras agar membuat Jimin sadar. Mungkin saja pria ini tertidur.

Mendengar suara pintu yang cukup keras membuat Jimin sadar kalau Ji Eun telah kembali. Ia langsung menatap Ji Eun dengan penuh tanda tanya. Gadis itu merasa risih dengan tatapan Jimin. Tatapan mata yang seolah mengisyaratkan bahwa ia adalah seorang perampok.

“Ya! Ada yang aneh?” tanya Ji Eun kesal.

“Kau mengenalnya?”

“Aku baru saja mengenalnya. Namanya Jung Hanna.”

“Untuk apa kau mengenalnya?”

“Apa? Untuk apa? Mengapa kau bertanya seperti itu? Ia sudah menolong ku tadi.”

“Menolongmu?”

“Ya. Aku lupa dompetku dan ia bersedia meminjamkan uang padaku saat di kasir. Memangnya kenapa?”

Jimin menggelengkan kepalanya dan mulai fokus menyetir. Ia sadar, bahwa ia harusnya tidak bertanya seperti itu. Ini akan membuat Ji Eun curiga. Bodoh, rutuknya. Ia berharap Ji Eun tidak terlalu dekat dengan Hanna. Atau Hanna tidak tahu jika Ji Eun adalah istrinya.

“Apa kau mengenalnya?”

“Tidak.”

“Tapi kau seperti tidak suka jika aku berhubungan dengan Hanna.”

“Sudahlah lupakan saja.”

##

Sudah seminggu sejak pernikahan mereka berlangsung, Jimin dan Ji Eun masih seperti biasa. Kadang mereka berbicara kadang juga mereka terdiam satu sama lain. Meskipun mereka tidur seranjang, mereka masih seperti orang asing.

Jimin pun kembali pada aktivitasnya untuk mempersiapkan album baru. Sementara Ji Eun kembali belajar untuk ujian masuk perguruan tinggi. Mereka semakin jarang menghabiskan waktu berdua. Ketika Jimin pulang ia sering mendapati Ji Eun yang tertidur. Ataupun jika Ji Eun belajar sampai larut malam, Jimin sudah lebih dulu tertidur.

Bahkan saat sarapan pun mereka terdiam satu sama lain.

Jimin mendengus pelan. Ia mengintip Ji Eun yang tengah menyiapkan sarapan. Gadis itu tampak cekatan mengurusi itu semua. Meskipun Ji Eun baru saja tamat SMA tapi ia terlihat seperti gadis dewasa.

Ji Eun menoleh. Sejak tadi ia menyadari seseorang memperhatikannya. Siapa lagi kalau bukan Jimin. Pria itu masih saja bersembunyi di balik tembok walaupun ia sudah terlihat. Ji Eun menggelengkan kepalanya melihat sikap Jimin. Setelah selesai, ia segera menata sarapan di meja. Sesekali ia masih melirik Jimin yang terus bersembunyi.

“Sampai kapan kau terus disana?”

Oh tidak, pikir Jimin. Sepertinya ia ketahuan. Memang dalam bersembunyi Jimin bukan ahlinya. Dengan ragu, Jimin berjalan menuju ruang makan. Aroma roti panggang, nasi goreng dan segelas susu membuat ia semakin merasa lapar. Tanpa menunggu aba – aba dari Ji Eun ia segera mengambil sepotong roti dan memasukan ke dalam mulut.

“Ya!”

Jimin menatap Ji Eun dengan tanya. Ia merasa tidak melakukan kesalahan kenapa gadis itu berteriak padanya? Pria itu mengunyah sebagian roti yang sudah ia makan membuat Ji Eun menatapnya aneh.

“Oh Choi Ji Eun, apa aku melakukan kesalahan?” tanya Jimin. Ia benar – benar tidak tahan melihat Ji Eun memperlakukannya seperti ini.

“Apa kau sudah mencuci wajahmu?”

Raut wajah Jimin berubah menjadi datar. Benar kata Ji Eun. Ia belum mencuci muka bahkan tidak menggosok gigi. Wajar saja jika Ji Eun seperti ini. Dengan rasa malu Jimin meletakan roti di atas piring dan beranjak dari kursinya.

Ji Eun tertawa pelan.

“Lain kali bersihkan wajahmu sebelum sarapan.”

“Walaupun aku tidak mencuci wajah, tetapi aku tetap terlihat tampan.” Jimin berkata dengan percaya diri membuat Ji Eun merasa bosan melihatnya.

“Ah benarkah? Aku bahkan mengira kau seorang paman aneh yang tersesat di apartemen kita.” Gadis itu menyindir Jimin.

“Ya! Aku tidak setua itu.”

“Eoh? Aku tidak mengatakan kau tua.”

“Tapi kau baru saja mengatakannya.”

“Apa aku berkata seperti itu?”

“Gadis aneh.”

“Pria aneh.”

“Kau yang aneh.”

“Kau lebih aneh.”

Jimin mengacak rambutnya kasar. “Astaga Choi Ji Eun kau membuat ku gila.”

“Aku tidak mengizinkanmu sarapan sebelum kau mencuci wajahmu.” Ancam Ji Eun.

“Baiklah ahjumma.”

“Apa katamu?!”

Tanpa memperdulikan Ji Eun lagi Jimin segera berlari menuju kamar mandi. Diam – diam ia tersenyum mengingat perdebatannya tadi. Sudah lama ia tidak berbicara dengan Ji Eun seperti tadi. Mungkinkah, ia merindukan gadis itu? Oh ayolah, bahkan pernikahan mereka belum lebih dari satu bulan.

Pria itu membasuh wajahnya lalu menatap pantulan bayangan di cermin. Ia sedikit membasahkan rambutnya agar ia merasa lebih segar.

‘Ji Eun – a, bisakah aku mencintaimu?’

##

Neon naege neomu nappa

Neon naege neomu nappa

Neon naege neomu nappa

Hetgallige haji ma ~

Jimin melangkahkan kakinya menuju sudut ruangan latihan. Ia merebahkan tubuhnya sembari menyandarkan diri di dinding. Bahkan ia tidak menghapus keringat yang membasahi pelipis hingga tubuhnya.

Sedangkan anggota yang lain juga melakukan hal yang sama. Hanya saja mereka membersihkan keringat mereka sebelum mengambil posisi duduk. Suga mengambil posisi disebelah Jimin. Namun pria itu tidak telalu memperdulikannya. Biasanya, Jimin akan banyak berbicara atau pun menganggu hyungnya. Tapi tidak untuk hari ini.

Berbeda dengan J–Hope, sejak latihan selesai ia tak berhenti menganggu Jungkook dan Taehyung. Ia melirik Jimin dan hendak menganggunya. Dan ia mengurungkan niatnya ketika ia melihat ekspresi wajah pria itu, mengisyaratkan seolah Jimin tidak bisa diganggu.

“Astaga hyung berhentilah.” Jerit Taehyung pasrah karena J – Hope terus saja memeluknya seperti anak kecil. Di belakangnya, Jungkook melakukan hal yang sama karena mereka sedang mengerjai Taehyung.

“Appa belikan aku ice cream.” J – Hope berkata dengan manja seperti anak kecil membuat Jin terus tertawa melihat tingkah mereka.

“Aku juga appa.” Kini Jungkook mengikutinya namun tidak se imut J – Hope.

“Ya! Siapa yang sebenarnya maknae, eo? Mengapa J- Hope terdengar lebih imut dibandingkan Jungkook.” Sindir Yoongi yang membuat semua orang tertawa, kecuali Jimin.

“Kurasa kalian bisa bertukar posisi.” Ledek  Namjoon.

“Appa.” Rengek J – Hope dan Jungkook. Mereka tidak peduli dengan sindiran dari hyungnya.

“Lepaskan aku.” Suara Taehyung terdengar seperti pembantu yang disiksa majikannya. Sementara itu Yoongi menyikut lengan Jimin membuat pria itu tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum tipis lalu mengedarkan pandangannya ke arah Taehyung yang masih saja di jahili oleh J – Hope dan Jungkook.

“Sepertinya wajahmu belum disetrika.” Ledek Yoongi.

“Apa wajahku seperti kain?” sungut Jimin. Ia menghela nafas kasar. Saat ini pikirannya seperti pohon yang bercabang dan tentu saja membuat moodnya sangat turun hari ini. Meskipun ia tertawa karena tingkah Ji Eun tadi pagi.

Ya, karena Ji Eun.

 

##

Ji Eun meletakan pulpennya tatkala ia telah menyelesaikan sebuah soal. Ia merenggangkan tubuhnya pelan, lalu kembali memeriksa jawaban yang ia selesaikan. Ji Eun berharap soal yang ia kerjakan kali ini benar, namun begitu ia mengecek kunci jawaban ternyata salah.

Ia mendengus kesal. Mengerjakan soal – soal tersebut selama 2 jam membuat kepalanya mendidih seperti rebusan ramyun. Oh tidak, berbicara tentang ramyun membuat perutnya mendadak lapar. Lantas ia menuju ke dapur untuk mengambil sebungkus ramyun. Setidaknya ia harus mengistirahatkan otaknya dan memberikan makan untuk perutnya.

Sembari menunggu, Ji Eun memeriksa ponselnya. Tidak pemberitahuan apapun. Lalu ia membuka Youtube dan mengetikan sebuah keyword.

Apalagi kalau bukan Bangtan Sonyeodan atau Bangtan Boys. Bahkan ia menambahkan kata Jimin disana.

Ji Eun tersenyum tipis. Sudah lama sekali rasanya ia tidak fangirlin-an. Apalagi sejak ia menikah.

Harusnya gadis itu tidak perlu repot – repot melihat video ataupun foto pria tersebut. Jika sebelum tidur dan bangun tidur ia akan melihat wajah Jimin tepat di sebelahnya dengan rambut yang acak – acakan. Dan tentu saja itu tidak membuat ketampanannya menghilang, justru Ji Eun semakin menyukainya. Hanya saja, Jimin mengetahui jika Ji Eun menyukai Jungkook bukan dirinya. Suatu kebohongan yang dilakukan Ji Eun agar Jimin tidak mengetahuinya. Ji Eun merasa malu jika Jimin mengetahui kalau ia sesungguhnya menyukai pria yang selalu memamerkan absnya.

Di saat ia tengah asyik melihat foto – foto Jimin, ponselnya tiba – tiba bergetar menandakan ada yang menelfonnya.

Ternyata itu Yunju.

“Halo?”

Ji Eunie~ Aku merindukanmu~ Hiks.”

Ji Eun tertawa pelan mendengar jawaban Yunju. Ia bersikap jutek untuk mengerjai gadis itu.

“Lalu?”

Kau jahat! Ya! Beruntung sekali dirimu. Apa kalian sudah ‘berbuat’? Apakah dia sangat sexy jika tidak mengenakan baju?”

“Ya! Kau berbicara apa eo?”

Ji Eun menggerutu kesal karena Yunju menanyakan hal tersebut.

Kekeke~ Bukankah pembicaraan ku sangat jelas Nona Choi Ji Eun?”

“Terserah kau saja. Ngomong – ngomong apa kau sudah belajar?”

Sudah. Tapi hanya sebentar. Mengerjakan soal- soal itu benar – benar membuatku mual.”

“Yunju – ya, bagaimana jika kau ke apartment ku?”

Jinjja? Apakah Jimin ada disana?”

“Tidak. Dia sedang ada urusan. Mungkin dia sedang latihan?”

Benarkah? Aku boleh main kesana?”

“Tentu saja. Aku sangat bosan disini. Aku akan mengirimkan alamatnya nanti. Apa kau mau ramyun?”

Tidak – tidak. Aku sedang dalam proses pendietan. Siapa tahu Kwangsoo oppa akan menyukai ku.”

“Kau terlalu bermimpi!”

Baiklah. Sampai jumpa.

 

##

Halo gaess!

Masih ada yang inget sama When Jimin Got Married? :”)

Btw, udah lama banget ya gak ngelanjutin cerita ini, hiks.

Actually, aku gak bisa ngelanjutin cerita ini karena gak ada ide sama sekali dan aku benar – benar ngestuck berat di chapter ini! huhu u,u

So, kemarin aku coba lanjutin lagi ceritanya. Semoga kalian sukaa dan maaf kalau ceritanya sedikit tidak nyambung u,u

Dan jangan lupa give ur comment berupa kritik dan saran yaa! Karena itu bisa jadi bahan masukan buat aku kedepannya^^

Anyway, thanks a lot for read it!

Good night, xoxo!

 

-Ririn My a.k.a rinaizawa

 

 

 

20 pemikiran pada “Chapter 6 : When Jimin Got Married

  1. Aku baru nemu ni ff keren banget dan baru ninggalin jejak di chapter ini maaf ya thor, semoga ceritanya tambah keren. Ditunggu yaa~~
    Keep writting!! Fighting!!~~

    Suka

  2. gw udh bca semua chapter nya kece kece ini wkwk maaf sebelumnyq klo gk ninggalin jejeak, author bikin konflik yg panas yg bikin geregetan aje wkwk suka bgt ini ceritaaa ヽ(´▽`)/

    Suka

  3. Aku udah baca semua chapternya. Keren, thor!
    Ditunggu next chapternya ya~
    Semoga aja mereka bisa jujur-jujuran nantinya hhehe..
    Keep writing! Fighting!

    Suka

  4. ceritanya sangatlah bagus. tpi sayang aku belom baca chapter 3 & 4, soalnya gak ada linknya..
    dan klo bisa banyakin chapternya .. aku tunggu chapter selanjutnya.

    Suka

Leave a Review