[BTS FF FREELANCE] Jungkook Series ; It’s Beginning of Life – Chapter 2

26676095013_6a6e6868d3_b

Jungkook Series : (It’s Beginning of Life)  Chapter 2

A fanfiction by : coolbebh_

Starring by; Jeon Jungkook [BTS], Nam Heewon [OC]

Rate : PG-17

Genre : Married Life, Slice of Life.

Length : Chaptered

[About 1,316 words]

.

.

Disclaimer : WARNING!!! TYPO AND VERY UGLY ABOUT PLOT!! DON’T BE A SIDERS AND IT’S FANFICION PURE MINE OF MIND!

.

.

coolbebh™Present**

 

Suara burung telah terdengar, menyanyikan dengan riang tanpa ada kata lelah. Mereka mengiringi dengan menikmati keindahan alam bersama pasangan masing-masing. Berdiri di tempat yang tinggi, tanpa memperdulikan jatuh ke tanah jika ada sesuatu insiden nantinya.

Kehangatan yang menjalar ke seluruh ruangan putih kebiru-biruan dengan beberapa foto pernikahan membuatnya bangun dari bunga tidurnya. Nam Heewon, wanita muda yang masih menginjak umur dua puluh tiga tahun meraba samping kasurnya tempat suami tercintanya bermadu kasih. Ia terlonjak kaget, melihat seseorang yang menjaganya tanpa ada kata lelah itu menghilang. Meninggalkan dirinya sendirian dalam balutan selimut tebal.

Rambutnya ia usak sesaat, merapikan beberapa anak rambut yang menghalangi pandangannya kini. Tungkai putihnya kini ia pijak pada lantai marmer putihnya yang masih dingin akibat musim semi yang datang kembali, dan menghilang beberapa saat.

Pandangannya kini tertuju pada sepasang kupu-kupu berwarna biru tua dengan corak totol-totol, seperti gambaran hidupnya kini. Entah naluri darimana, Heewon menghampiri balkon yang terdapat beberapa bunga melati dan azalea disana. Menghirup sesaat yang membuat dirinya merasa tenang. Pegangannya beralih pada bunga yang di sampingnya, azalea. Bunga yang menjadi saksi bisu cintanya. Jungkook dan Heewon.

Lucu sekali jika mengingat kejadian dulu, satu setengah tahun lebih yang lalu. Jeon Jungkook. Seorang pengusaha muda melamarnya dengan malu-malu dihadapan orang lain. Hei, dia imut sekali kala itu.

Garis kurvanya muncul, menggambarkan bahwa dirinya tengah bahagia mengingat hal-hal yang manis.

Untuk saat ini, dan selamanya. Waktu yang berharga baginya tak ingin ia buang sia-sia. Semua yang dilaluinya bersama suami tercintanya tak boleh ia lewati sedetik pun, walau berbagai angin  musuhpun yang menerpanya dengan kuat.

Toh sekarang ia mempunyai senjata yang paling ampuh saat ini. Seseorang yang tumbuh di rahimnya kini.

Perlahan namun pasti, jari-jarinya mengusap permukaan perutnya yang semakin menyembul hari demi hari. Sekali lagi, ia memandang sepasang kupu-kupu yang menarik perhatiannya yang sedang mengisap sari-sari makanannya.

“Anakku, jaga baik-baik disana. Ibu dan ayahmu sedang menanti kehadiranmu, sayang..” ucapnya bermonolog. Telapak kakinya kembali menapak lantai kamarnya dan membukakan pintu berwarna coklat tua itu, keluar dari kamarnya mencari suaminya yang mungkin belum berangkat kerja.

Oh, hei! Bukankah ini hari minggu, huh? Jungkook bebas dari pekerjaannya. Jika adapun ia akan menyerahkan semua pekerjaannya pada sekretaris cantik nan seksi. Oopss.. Soal ini Heewon tak ingin membicarakan hal-hal yang bisa merubah mood-nya.

Cemburu? Ya.

Istri mana yang ingin suaminya berduaan dalam satu ruangan, berbicara dengan lebih sering meskipun itu tentang pekerjaan sekalipun. Awas saja, Jungkook! Jika kau mengkhianati hatinya lagi. Kekhawatiran yang menjalar disetiap degupan jantungnya membuat dirinya terkadang over protective pada Jungkook-nya itu. Walau sang suami selalu memberikan penjelasan yang sangat spesifik.

“Jangan seperti itu, Heewon sayang. Kami hanya sebatas pekerjaan saja, tidak lebih. Cintaku hanya untukmu seorang. Ah.. tidak, untuk ibuku dan dirimu.”

“Dasar, menyebalkan!”

“Tapi kau sukakan?”

Kala mengingat percakapan itu membuat dirinya tersenyum, sekaligus ketakutan. Takut Jeon Jungkook meninggalkannya, tergoda pada wanita-wanita diluar sana. Tidak, jangan pernah lagi. Cukup sekali ia merasakan dikecewakan oleh frasa indahnya yang memabukkan jiwa.

Beberapa kali ia memanggil namanya yang sepertinya tak terdengar oleh salah satu panca indranya. Kemana sang suami?

Aroma bumbu masakan tercium sudah, tekad bulatnya membuat tungkainya mengejar sebuah keharuman yang membuat dirinya membangkitkan selera. Disana.. Jeon Jungkook berdiri tegap, mengiris beberapa bawang bombay untuk mecampurkan ke dalam panci berisikan rumput laut.

Biasanya, sup rumput laut tak pernah tercampur oleh rempah-rempah yang telah diiris tipis. Entah hormon menyebalkannya, yang selalu tak ingin merasakan makanan yang hambar, tak menggoyang lidahnya. Apalagi akhir-akhir ini ia menyukai rasa pedas yang tak tertahankan. Merah padamnya membuat air liurnya keluar begitu saja.

“Jungkook.” Panggilnya. Tangannya melingkar pada pinggangnya. Memeluknya erat disertai balasan kecil dari sang suami, mengusap punggungnya yang menghangat. Rona wajahnya menguar, memberikan efek panas yang tak karuan. Padahal, Jungkook sering melakukan ini, mengecup bibirnya.

“Selamat pagi, permaisuriku.”

“Hmm..”

“Kenapa?”

Bibir kecilnya ia kerucutkan beberapa inci, menampilkan aksen lucunya itu. Hei, kau berniat menggoda suamimu, huh?

“Mengapa tak menyahuti panggilanku, hm? Aku memanggil namamu beberapa kali, membuat tenggorokanku sakit..” Protesnya. Jungkook terkekeh pelan, ia mengusap poninya yang berantakan. Diikuti senyuman manisnya yang membuat semua orang terikuti oleh naluri yang dibuatnya. Namun, wanita ini berbeda. Menyunggingkan senyumannya pada Heewon tak bisa mengalahkan ego istrinya begitu saja ternyata.

Punggung yang cukup lebar itu membalikkan arah. Mengabaikannya yang terpaku berdiri menunggu jawabannya. Hei, ada apa?

“Jungkook.. mengapa tak menjawab pertanyaanku? Menyebalkan!”

Jungkook masih saja bergeming, hanya melakukan beberapa aktifitasnya. Membawa piring bersegi empat dan menyajikan beberapa potong dada ayam kesukaan istrinya. Terlihat menggugah selera, kecap manis yang kental ditambah ulakan sambal khas ibu-ibu pada umumnya.

Heewon menatap tajam makanan yang telah tersedia di meja makan, irisnya keluar kala Jungkook mencolek sambal pedasnya disertai suara tabrakan antara bibir dan ibu jarinya. Salivanya ia telan dengan susah, berusaha menahan selera makannya yang memang terganggu oleh pertanyaannya yang belum dijawab. Jungkook memang suka mempermainkan hatinya.

“Jung—“

“Panggil aku ‘suami tercinta’ jika ingin aku jawab.” Balasnya. Heewon mendengus kesal, bisa-bisanya ia memerintahkan panggilan yang terdengar menjijikan ditelinganya itu. Tapi, jika dicoba bolehkan?

“Tapi—“

“Yasudah.. Jatah sarapan pagimu akan aku potong dan aku takkan lagi menuruti alasan ngidammu itu. Begitu saja susah.”

Heewon menunduk, menatap lantai dapurnya. Ia merutuki egonya itu yang tak kunjung menghilang. Sebenarnya Heewon ingin, ingin melakukannya sungguh. Nama panggilan manis pada orang terkasih bukankah itu adalah resep umur panjang sebuah rumah tangga?

“Su-su.. suami—ter..cin..taku.. Maafkan aku, ya?”

“Kurang lancar!”

‘Dasar dia itu menggodaku atau bagaimana sih? Merumitkan saja! Aku malu, Jungkook!’ umpatnya dalam hati. Tatapan sebalnya ia layangkan pada suaminya yang tengah berbenah mengambil secukil nasi putih ditambah sup rumput laut yang berasa dan jangan lupakan bakar ayam. Uuu…

“Hmmm… Ini terasa enak, sayang.. Kau mau?” Tawarnya. Bagaimanapun juga Jungkook masih menyanyanginya, hal sepele jangan dibesar-besarkan bukan.

“Tapi, ada syaratnya!” Larat, Jungkook hanya acting rupanya.

“Apa?”

“Panggil aku ‘suami tercinta’. Oh, satu lagi kecupan disini, ya?” Telunjuknya menunjukkan bibirnya yang kini telah ia basahi dengan salivanya sendiri. Menggoda sang istri dipagi hari menjadi rutinitas baru bagi Jungkook ya? Lengkungan senyuman sebelah  Jungkook yang terpatri disana menggambarkan sedang merencanakan aksi jahilnya nanti. Siap-siap, Heewon!

“Jungkook…” lirihnya. Heewon tak kuat lagi menahan rasa laparnya, gradasi masakan yang dibuatnya itu benar-benar membuat dirinya mabuk kepayang. Ingin melahap semuanya tanpa menyisakan sedikitpun.

“Huh. Karena aku adalah suami terbaik di dunia, jadi aku memperbolehkan dirimu untuk memakan masakananku ini.” Ia meraih pergelangan tangannya, menarik kursi untuk mempersilakan si permaisuri. Hidangan kali ini memang sangat sederhana. Walaupun begitu, tetap saja enak. Karena memang.. Jungkook menggunakan beberapa resep bumbu yang sangat rahasia dan tak bisa ditemukan oleh chef profesional sekalipun. Bumbu cintalah yang Jungkook gunakan. Ditambah desert kasih sayang yang akan ia hidangkan setelah aksi memenuhi isi perut sang istri.

“Bagaimana rasanya?”

“Enak. Sangat enak, Jungkook.”

Tak henti-hentinya ia lengkungkan senyuman yang menujukkan rasa kebanggaannya pada dirinya sendiri. Tatapan teduhnya membuat Heewon terpaku, dadanya berdegup kencang tak karuan. Teduh namun serius yang Jungkook layangkan. Entah, Heewon merasa tak kuat. Ia ingin menatapnya balik namun rasa malunya mendominasi semuanya. Dasar!

“Sayang…” Panggilnya. Jari besarnya menyentuh dagunya kini, mengangkatkan beberapa senti dari asal mulanya. Pandangannya kini bertemu, berkali-kali Heewon menahan rasa gugupnya. Padahal Jungkook itu sering melakukan skinsip ini. Mungkin karena cintalah yang terasa berbeda dari waktu ke waktu.

Kali ini Heewon akan mengungkapkan sesuatu di dalam hatinya yang selalu ia tutup-tutupi pada suaminya, Jungkook. Sebuah ungkapan biasa namun berarti.

“Jungkook—suami tercintaku. Aku.. mencintaimu.”

 

TBC

Haiii~ kembali author abal-abal ini nyampah di blog FF BTS ini. Huhuhu. Maapkeun aku yang masih aut-autan/? Kaya baju yang belum diistrika(?). Maaf feelnya yang gak dapet samsek hiks.. aku kecewa ciyusss. Tapi, makasih udah baca FF abal-abal ini ya.. untuk yang ingin berteman di twitter aku boleh kok @coolbebh_ hehe^^

 

 

10 pemikiran pada “[BTS FF FREELANCE] Jungkook Series ; It’s Beginning of Life – Chapter 2

    • ah masa(?) :v jan gitu ah :3 aku luma *eh malu :v makasih udh baca ffku :* :* hihihi 😉 ditunggu selanjutnya yaaa part.3 ^^

      Suka

  1. yeay akhirnya ini series keluar juga! (setelah lama menanti) jungkook sumvah sweet parah. gak kebayang. Duh melting thor. Sering2 bikin ff kaya gini. Bagus amat. Uuh. Tapi kependekan T_T maapkeun pembaca yang tak besyukur ini. Keep writing. Ganbatte.

    Suka

    • Aaaaa~ makasih udh baca huhuhu 😦 😦 terhura aku hihihi, iya nih aku jg ngerasa klo ini pendek wekawekaweka :v aku gk lihai klo panjang -,,- soalnya suka buteq-teq :* mksh udh jd pembaca setiaaaa :* :* jangan lupa tunggu kelanjutannya 😉

      Suka

Leave a Review