[BTS FF FREELANCE] Salah Paham (Sequel ‘Adu Panco’) – Pt.2

salah-paham-pt-2

[BTS FF FREELANCE] Salah Paham (Sequel ‘Adu Panco’) – Pt.2

Salah Paham

Amara17

Jeon Jung Kook (BTS’s Jungkook), Sung Rae Ah (OC), Jungkook’s parents and BunBun (Jungkook’s pet) | School life, Comedy, Family | PG-17 | Chaptered

Halo~ part 2 akhirnya datang^^
Author berterima kasih pada readers yang udah ninggalin jejak buat author di part 1.

Di part ini Jungkook tetap akan author nistain :v
Entah kenapa, tapi kayaknya author punya dendam pribadi ama nih anak(?) :v

Jungkook stan jangan bunuh author ya? Author masih mau hidup dengan tenang :v

Dari pada baca bacotan author, mending kalian langsung scroll ke bawah aja -_-

HAPPY READING!!^^

Chap1

TES!

Mendadak, Rae Ah merasakan ada air menjatuhi kepalanya.

“Ng? Apa ini?” tanya Rae Ah sambal memegang kepalanya.

TES! TES! TES!

ZRAAASSSHH!!!

Sial.Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya.

Jungkook dan Rae Ah kewalahan menghindari hujan. Mereka pun berlari menuju halte bis terdekat dan berteduh di sana.

“Ya ampun!Kenapa pakai hujan segala, sih?!” gerutu Rae Ah.

Jungkook menatapnya.Dia bisa melihat tubuh Rae Ah cukup basah dan dia menggigil kedinginan.

Cukup lama Jungkook dan Rae Ah menunggu hujan berhenti, tapi bahkan sama sekali tidak ada tanda hujannya akan reda dalam waktu dekat. Dan sekarang sudah sangat sore.

Rae Ah merogoh tas ranselnya yang basah dan mengeluarkan handphonenya.

“Sudah jam 6 sore.Dan hujannya sangat deras. Juga tidak ada bis yang datang. Bagaimana kita bisa pulang, Jungkook? Padahal aku naik bis dua kali menuju kemari.” tanya Rae Ah khawatir.

Benar juga.Bagaimana mereka bisa pulang dengan cepat kalau begini?

Sebenarnya bagi Jungkook sih tidak apa-apa, karena rumahnya cukup dekat. Hanya sekitar tiga blok dari sini. Tapi Rae Ah?

Jadi apa yang harus mereka lakukan?

Lama Jungkook memikirkan jalan keluar, hingga akhirnya…

TING!!(?)

Sebenarnya Jungkook agak ragu memberikan saran ini, tapi tidak ada pilihan lain.

“Bagaimana… kita ke rumahku saja?” saran Jungkook ragu.Rae Ah menoleh ke arahnya.

“Apa kau bilang?” tanya Rae Ah memastikan.

“Kita… ke rumahku…”

-Part 2-

“Rumahku dekat. Daripada kita kedinginan menunggu bis disini, lebih baik ke rumahku.” Ucap Jungkook.

Rae Ah menatap Jungkook.Kemudian dia berpikir sejenak.

“Kalau kau tidak mau… ya sudah…” kata Jungkook lagi.

Lama Rae Ah berpikir, akhirnya gadis itu buka suara.

“Baiklah.Aku juga sudah kedinginan disini.”Ucapnya.

Singkat cerita, mereka berdua sudah sampai di depan pintu rumah Jungkook –dengan keadaan yang sangat basah kuyup tentunya–

Rae Ah menggigil kedinginan.Sementara Jungkook mencari kunci rumah yang dia selipkan di saku celananya.

Setelah menemukan kunci, Jungkook langsung membuka pintu rumahnya dan masuk.

Rae Ah mengintip isi rumah Jungkook.Cukup luas dan bersih.

“Wah~ rumahmu bagus ya?” puji Rae Ah.

“Masuklah.”Kata Jungkook pada Rae Ah.

Gadis itu dengan ragu mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah Jungkook lalu menutup pintunya.Rae Ah tidak melanjutkan langkahnya karena tidak mau membuat lantai rumah Jungkook basah.Dia hanya berdiri di ambang pintu.

Rae Ah menggosok-gosokkan kedua tangannya yang basah agar bisa sedikit memberikan kehangatan.

Tapi tiba-tiba Rae Ah tidak bisa melihat apa-apa.Ada sesuatu yang menutupi pandangannya.Dia mencoba mendongakkan kepalanya.Ternyata Jungkook sedang mengeringkan kepala Rae Ah dengan handuk.Jarak mereka begitu dekat.

“Pergilah ke lantai 2 dan tunggu aku disana.” Suruh Jungkook. Rae Ah mengangguk lalu berjalan menuju lantai dua rumah Jungkook masih dengan handuk di atas kepalanya.

Rae Ah POV

Aku sampai di lantai 2. Tidak tahu harus melakukan apa, aku hanya bersandar di tembok sambil memperhatikan foto-foto yang digantung di dinding rumah Jungkook.

Ada bingkai foto berukuran cukup besar yang ada gambar Jungkook, seorang wanita dan dua orang pria.Sepertinya itu ibu, ayah, dan saudaranya Jungkook.Mungkin.Entahlah. Aku asal tebak saja ._.

“Ini.Gantilah bajumu di kamar mandi sana.”Kata seseorang tiba-tiba.

Aku terlonjak kaget saat mendengar suara itu.

“Astaga! Heh! Kau membuatku kaget, sialan!” umpatku.

Jungkook menatapku sewot.“Cih! Dasar cerewet! Cepat ganti baju sana!” dia memberikan satu set pakaian padaku dan menunjuk sebuah pintu  bercat putih di ujung lorong.

Aku langsung menerimanya.Tapi sebelum memasuki ruangan yang Jungkook tunjuk, aku bertanya padanya.

“Hei, itu ayah dan ibumu?” aku menunjuk foto yang aku lihat tadi.

Jungkook pun menoleh kea rah tunjukkanku. Dan ia mengangguk.

“Tentu saja.”

“Lalu yang itu?” aku menunjuk laki-laki lain di foto itu.

“Itu kakakku.”

“Dimana mereka?Kenapa kau hanya sendirian saja di rumah?” tanyaku lagi.

“Ayah dan Ibu ada di Busan. Reuni SMA mereka. Kakakku ada kuliah.Tapi dengan cuaca seperti ini, mungkin dia akan terlambat pulang.” Jelas Jungkook. Aku mengangguk mengerti.

Setelah masuk dan mengunci kamar mandi, aku meletakkan pakaian yang Jungkook pinjamkan di atas wastafel.

Kemudian aku melepas seluruh pakaianku dan membersihkan tubuhku.

Syuuuurrr~(?)

Aaah~ air shower yang hangat… :3

Jungkook POV

Rae Ah sudah memasuki kamar mandi kami yang ada di lantai dua.Aku pun memutuskan untuk mandi juga di kamar mandi di lantai 1. Badanku sangat kedinginan dan basah.

***

Aaah~ setelah mandi badanku jadi segar dan hangat.

Kududukkan bokongku di atas sofa ruang tengah seraya menunggu Rae Ah selesai mandi.

Ternyata perempuan itu mandinya lama juga ._.

Akhirnya kuputuskan untuk menonton tv agar sedikit mengisi waktuku.

Krriiiiingg~! Krrrriiiiiiinnnggg~!!

Saat aku tengah menonton berita, tiba-tiba terdengar handphone-ku berdering.Aku pun segera berlari menuju kamarku di lantai 2, tempat terletaknya handpone-ku.

Aku menemukan benda itu ada di atas meja belajarku dan mengangkat panggilan masuk.

Dari Ibu.

Klik!

“Halo, ibu?”

“Ah, Jungkook-ah! Apa kabarmu, nak?”tanya Ibu.

“Aku baik-baik saja, bu. Bagaimana reuninya?Menyenangkan?”

“Iya. Sangat menyenangkan! Tapi sayang kau tidak bisa ikut.Padahal teman-teman Ibu sangat ingin bertemu denganmu, lho.” Sesal Ibu.

“Hmm. Lain kali saja aku ke Busan. Oh ya, apa disana sedang terjadi badai?” tanyaku.

“Iya.Hujannya sangat deras di sini. Ah, Ibu hanya mau memberitahumu. Karena cuacanya sangat buruk, Ibu dan Ayah tidak jadi pulang hari ini. Jadi, kami baru bisa pulang besok.Tidak apa-apa ‘kan, nak?”

“Iya.”

“Apa kau sendirian saja di rumah?Kakakmu belum pulang?”

“Ah, aku sedang bersama…”

“AAAAAAAAAAAAHHHHHHH!!!”

Aku terlonjak kaget mendengar teriakan menggema di rumahku.

Apa itu suara Rae Ah?

Astaga! Apa yang terjadi padanya?!

Tanpa pikir panjang, aku langsung menjatuhkan handphone-ku sembarangan.Dan berlari menuju kamar mandi tempat Rae Ah berada.

TOK! TOK! TOK!

“Rae Ah! Sung Rae Ah! Buka pintunya!”

“Huaaahhh!Jungkook!!” pekiknya lagi dan membuatku semakin panik.

”Hei! Apa yang terjadi padamu! Bukalah!”

Cklek!

Krieeett…

Pintu kamar mandi terbuka dan memperlihatkan sosok Rae Ah dengan rambutnya yang kusut.Dan dalam keadaan berpakaian tentunya.

“Ka-kau kenapa?” tanyaku.

Tiba-tiba dia menangis.

“Huweeehh~ Jungkook… rambutku… hiks… rambutku… rontok…” isaknya.

“Hah? Kenapa bisa?” tanyaku heran.

“A-aku tadi… hiks… keramas… dan saat aku… hiks… mengeringkan rambutku… tiba-tiba… hiks… banyak… hiks… yang rontok… huweeeehhh~~”

Rae Ah kembali menangis sesegukan.

Hah? Setahuku shampoo milik keluargaku tidak ada yang membuat rambut jadi rontok. Malah rambut kami sangat sehat.Aku mengusap pelan pundaknya yang bergetar karena menangis.

“Hei, memangnya kau memakai shampoo yang mana?” tanyaku.

“Hiks… aku… pakai shampoo yang… hiks… ada di dalam botol berwarna putih… hiks…” jawabnya.

Aku tertegun dan seketika tawaku meledak.

“BUAHAHAHA!!Kau sangat bodoh ya?”

Dia menatapku tajam.“APA KAU BILANG?!” tanyanya tak terima.

“Kau bodoh!Tidak bisakah kau membaca kemasannya terlebih dahulu sebelum memakainya?Kau baru saja menggunakan sabun ke kepalamu.Ahahaha!!” jelasku.

Mata Rae Ah terbelalak sempurna.

“Ja-jadi… aku memakai sabun?Bukan shampoo?” tanyanya tak percaya.

“Tentu saja, ekor kuda!”

Rae Ah tertunduk.Kulihat wajahnya memerah.

Imutnya…

Eh? Apa aku baru saja berpikir kalau Rae Ah imut? Aku berpikir begitu?

Hoeekk!!

Tidak! Tidak!!

Anggap saja aku tidak pernah memikirkannya. Sadarlah, Jeon Jung Kook!

PLAK!

Aku menampar diriku sendiri.Shit! Sakit! -_-

“Jungkook? Kau kenapa?” tanya Rae Ah.

“Eh? Eumm… tidak apa-apa!” sahutku kikuk.

Kenapa aku jadi kelihatan bodoh begini?Sial.

“Ya sudah.Ikut aku.”Aku mengajak Rae Ah menuju kamarku yang tidak jauh dari tempat kami berdiri.

Saat sudah masuk ke kamarku, aku mendudukkan Rae Ah di atas kasurku.

Jujur.Baru kali ini aku membawa perempuan asing ke rumah, bahkan ke kamarku.

GLEK!

Aduh… kenapa hawanya jadi panas begini?Padahal di luar sedang hujan lebat.

AC?Mana AC?

Oh ya, aku tidak punya AC -_-

Aku mengambil sisir yang ada di atas mejaku dan segera menghampiri Rae Ah.Lalu aku duduk di sampingnya.

“Berbalik.”Suruhku.

Rae Ah berbalik jadi membelakangiku.

Perlahan aku menyisir rambutnya yang acak-acakan dengan sisirku.

“Aahh! Jungkook! Sakit!” rintihnya.

“Ck! Ini salahmu juga.Bertahanlah, ini tidak akan sakit lagi.”Kataku dan menyisir kembali rambutnya dengan lebih pelan.

“Jungkook! Hentikan! Aahh!”

“Tahanlah, Rae Ah.Ini tidak akan lama.”

“Kau ini benar-benar tidak tahu memperlakukan perempuan dengan baik ya?” cibirnya.

“Aish! Mau bagaimana lagi?Ini pertama kalinya untukku melakukan ini pada perempuan!” rutukku.

Aku hanya mendengar dengusan kesalnya.Rambut-rambut Rae Ah yang rontok jatuh ke atas kasurku.

“Asshhh!! Jungkook! Kubilang, pelan-pelan!”

“Ck! Ini sudah basah, kusut pula!” gerutuku.

“Apa kau bilang?!” serunya geram.

“Baiklah. Aku akan lebih pelan. Tahan ya?”

Aku sisir rambutnya dengan perlahan agar tidak membuatnya kesakitan lagi.

“Tidak sakit lagi ‘kan?” tanyaku pelan.

Dia mengangguk.“Hm. Tidak sakit.”Sahut Rae Ah.

Tak sengaja aku mencium aroma sabun yang menguar dari kepala Rae Ah. Wangi…

Kami hanya diam hingga aku selesai menyisir rambutnya.

“Selesai!Rambutmu tidak kusut lagi.”Ucapku lega.

Rae Ah berbalik ke arahku dan tersenyum.“Ah, syukurlah.Terima kasih, Jeon Jung Kook!”

DEG!

A-apa-apaan ini?

Dadaku… berdegup kencang setelah melihat Rae Ah tersenyum padaku.

PLAK!

Lagi.Aku menampar wajahku sendiri.

Sial, ini sakit…!! -_-

“Ah, eum… oh iya.Selagi menunggu hujan berhenti, bagaimana kalau kita kerjakan PR bersama?” saranku.

Rae Ah menatapku.“Baiklah. Ah! Kau juga harus mengajariku agar bisa mengerjakan remedial Fisika besok! Anggap saja itu sebagai permintaan maafmu padaku.”Katanya.

Aku memutar mataku malas dan menghela nafasku.“Baiklah, baik.”

Aku bangkit dari kasur lalu mengambil buku tulis dan buku cetak Fisika yang terletak di meja belajarku.

“Sung Rae Ah, kemarilah.”Panggilku.Rae Ah ikut bangkit dari ranjangku dan duduk di sampingku.

“Oke. Kita mulai dari mana?” tanyaku sambil membuka buku cetak Fisika bab gelombang.

“Semuanya.”Jawab Rae Ah.Aku menatapnya jengah.

“Semuanya?Yang benar saja!” kataku tak percaya.

“Aku tidak tahu kenapa.Tapi setelah kau mencium keningku waktu itu, semua materi ini hilang dari kepalaku begitu saja.”Rae Ah menoleh ke arahku.Membuat kami berdua bertemu pandang.

“Dan aku terus kepikiran kejadian itu, Jungkook… Ada apa denganku ya?” tanya Rae Ah.

DEG!

Sial! Kenapa berdebar lagi, sih?!

“Ma-mana aku tahu! Kenapa kau tanya hal seperti itu padaku?” tanyaku balik.

Dia terlihat tidak puas dengan ucapanku lalu memanyunkan bibirnya.

Astaga!

Bahkan dia sekarang sama imutnya dengan kelinci peliharaanku, Bun Bun. Ah, tidak. Rae Ah lebih menggemaskan! Sial!

“Ck! Sudah kuduga, memang tidak ada gunanya bertanya hal seperti itu padamu, Jeon Jung Kook.”Cibirnya kemudian mengambil alih buku cetak Fisika-ku dan membacanya dengan seksama.

Aku diam. Rae Ah diam. Kami berdua diam. Hingga akhirnya Rae Ah berkata begini padaku.“Aku haus.Kau tidak menyajikan minuman atau cemilan untuk tamumu ini, hm?”

Aku menghela nafasku pasrah.“Baik, baik.Akan aku ambilkan.Tunggulah di sini.”Suruhku.Lalu aku langsung pergi meninggalkan kamarku menuju dapur.

-Dapur-

Aku menyeduh susu coklat panas kesukaanku dalam dua buah cangkir. Satu untukku dan satunya lagi untuk Rae Ah.Kemudian aku mengambil nampan berukuran sedang untuk menaruh dua cangkir berisi coklat panas itu.

Dengan hati-hati aku berjalan kembali menuju kamarku.

Untunglah pintu kamarku tadi kubiarkan terbuka.Jadi aku tidak perlu susah-susah membukanya lagi.

Kulihat Rae Ah tidak ada di meja belajarku lagi sambil membaca buku.Sekarang dia berada di pojokan kamarku.

Aku letakkan nampan berisi minuman kami di atas meja dan berjalan menghampirinya.

“Hei, apa yang kau lakukan?”

Rae Ah menoleh ke belakang untuk melihatku.

“Ah, Jungkook!Kau tidak bilang padaku kalau kau punya kelinci seimut ini!” katanya girang seraya menunjuk kandang kelinciku yang aku letakkan di pojok.

Aku berjongkok untuk menyamakan tinggiku dengannya.

“Memangnya kenapa aku harus bilang?”

“Ck! Karena aku sangat suka kelinci!”“Jungkook!Boleh aku memegangnya?Ya?Ya?Ya?”Rae Ah memohon padaku.

Sebenarnya aku sedikit tidak rela Bun Bun-ku dipegang orang lain. Tapi karena Rae Ah sudah memohon seperti itu, aku bisa apa? Menolak, tidak enak juga.Ya sudah, aku mengeluarkan Bun Bun dengan perlahan dari kandangnya.

“Hati-hati.Kelinciku ini sangat pemilih.Dia bisa agresif pada orang asing.Bahkan pada ayah, ibu dan kakakku.”Peringatku.

Rae Ah mengangguk.Dengan hati-hati, aku memberikan Bun Bun pada Rae Ah.

“Uwaah!!!” seru Rae Ah kewalahan saat Bun Bun meronta dalam genggamannya.

“Sudah aku bilang, dia agresif kalau bukan denganku.”Kataku.

Kulihat tangan Rae Ah terulur mengelus-elus kepala Bun Bun hingga ke punggungnya.

Ck. Percuma saja. Bun Bun tetap tidak akan me…

Eh?

Lho?

Kok?

Ya ampun!

Ajaib!

Bun Bun-ku mulai berhenti meronta.Biasanya dia tidak seperti itu.

Benar-benar suatu keajaiban.

Ini baru pertama kali terjadi setelah sekian lama aku memelihara Bun Bun selama 3 tahun.Bun Bun jinak pada orang selain aku.

Tapi kenapa bisa begitu ya?

“Wah! Lihat, Jungkook! Dia mau diam!” kata Rae Ah senang.

“I-iya… benar…” aku masih shock melihat kejadian bersejarah(?) ini.

“Kau… hebat…” pujiku sambil mengangkat jempol kananku.

Rae Ah tersenyum senang ke arahku.“Sepertinya karena sekarang bauku sama denganmu, makanya dia jadi jinak padaku.”

Aku mengernyit bingung dengan ucapan Rae Ah.

“Apa maksudmu?” tanyaku.

“Aku ‘kan memakai kaosmu.Bau badanmu masih ada di sini.” Kata Rae Ah seraya mengendus(?) kaosku yang kebesaran di tubuhnya. Padahal itu kaos lamaku.

Yaaah… aku sebenarnya heran.

Badanku yang terlalu besar?Atau dia yang terlalu kecil?

“Kau memberinya nama apa?” tanya Rae Ah sambil terus mengelus punggung Bun Bun dengan lembut.

“Bun… Bun…” jawabku ragu-ragu.

“Apa?! Ya ampun! Kukira namanya akan lebih sangar! Ternyata…”

Aku langsung cemberut.“Kenapa?Kau mau mengejekku?”

Rae Ah menggeleng cepat.“Bukan!Aku suka namanya.Cocok dengan si imut ini.Kau memang hebat.”

DEG!

Brengsek! Dadaku ini tidak bisa diajak kompromi!

Tidak bisakah jangan berdegup kencang saat sedang bersama Rae Ah?!

Kenapa aku jadi gugup dan grogi begini? Sial!

“He-hebat apanya?”

“Ng?yaahh… tadi aku asal sebut saja.” Jawab Rae Ah santai.

DOEEENNG!!

Cih! Anak ini…

“Hhh… aku juga mau punya kelinci.Tapi tidak bisa.”Ucap Rae Ah.

“Ng?Kenapa?”

“Ibuku takut serangga, ayahku alergi bulu binatang, dan kakakku tidak suka unggas.Jadi aku tidak bisa memelihara hewan apapun.”

Rae Ah mencurahkan uneg-uneg(?)nya padaku.

“Kalau begitu… kau pelihara kodok saja.”Saranku.“Kurasa itu cocok dengan image-mu.Kkk~”

“Tidak!Aku tidak suka kodok atau hewan berlendir lainnya!” tolaknya.

Aku menghela nafasku kasar.“Sepertinya hewan yang ada di rumah kalian itu hanyalah nyamuk dan lalat.”

“iya. Kurasa memang begitu.”Rae Ah murung.Aku jadi kasihan padanya.

Rae Ah bilang, dia mau memelihara binatang.Tapi keluarganya tidak bisa menerimanya.

Hmm… bagaimana caranya agar Rae Ah jadi senang ya?

TING!!

Kenapa ide ini tiba-tiba terbesit dalam otak pintarku ini ya?Apa aku harus mengatakan ide ini pada Rae Ah?

Tapi… untuk apa juga aku memberitahunya?

Toh, tidak penting juga.

“Jeon Jung Kook…” kudengar Rae Ah memanggilku.

“Apa?”

“Bolehkah aku berkunjung ke sini lagi untuk bertemu BunBun?” tanya Rae Ah.

Hah?!

Rae Ah mau berkunjung lagi?

Ke sini?Rumahku?

Ya Tuhan! Inilah ide yang aku pikirkan tadi!

Kenapa Kau bisa-bisanya memasukkan ideku itu ke dalam otak Rae Ah juga?!

Aku diam sejenak.Masih mencerna pertanyaan Rae Ah.

“Ng… yaaah… bo-boleh saja…” jawabku ragu-ragu.Kulihat mata Rae Ah berbinar-binar.

“Terima kasih, Jeon Jung Kook!”Rae Ah tersenyum dengan lebar.Matanya ikut menyipit karena senyumannya.

Manis…

Eh?

Barusan aku berpikir dia manis? Aku berpikir begitu?

Sadarlah, aku!!

PLAK!!

Sial…! Sakit sekali…

Eh. Tunggu dulu.

Sepertinya ada sesuatu yang kurang.

Apa ya?

Oh iya! Handphone-ku tadi aku letakkan dimana ya?

Aku pun mencari-cari handphone milikku di setiap sudut kamarku dan menemukannya tergeletak begitu saja di bawah meja belajarku.

“Hei, ayo kita lanjutkan belajar Fisika-nya.”Ajakku.Rae Ah terlihat berat hati memasukkan kembali Bun Bun ke dalam kandangnya.Lalu gadis itu duduk lagi di kursi belajarku.

Aku pun menyusulnya dan kembali membuka bukuku.

-Beberapa waktu kemudian-

“Astaga!Bagaimana bisa kau tidak mengerti semuanya, Sung Rae Ah?!” tanyaku tidak percaya.

Sudah hampir satu jam aku menjelaskan dan memberinya contoh soal yang mudah untuk Rae Ah, tapi dia hanya bisa betul 3 dari 10 soal! Ya ampun! Kenapa malah aku yang frustasi?! Argh!!

Ditambah hujan yang tidak ada hentinya ini membuat mood-ku makin buruk.

“Ck! Kau menjelaskannya pelan-pelan, dong!Kau itu bicara atau sedang nge-rap, sih?!”Rae Ah balik sewot.

Astaga! Anak ini benar-benar menguji kesabaranku.

“Apa boleh buat.Kita ulang dari awal!” kataku akhirnya dan menulis contoh soal yang baru.

“Anjir!” kudengar suara gumaman Rae Ah.

“Kau bilang apa tadi?” tanyaku.Sepertinya aku mendengar anak ini mengatakan sesuatu.

“Eh? A-aku…”

“Apa tadi kau tadi baru saja mengataiku ‘anjir’?!” emosiku makin naik.

“Si-siapa bilang? Ahahaha! Tadi itu aku bilang… BANJIR! Iya, banjir! Kalau hujan terus seperti ini, kota kita bisa banjir ‘kan, Jungkook?”

Aku berpikir sejenak. Aku sama sekali tidak percaya ucapannya.

Hhh… sudahlah.Lagi pula aku sudah sering mendengar makiannya terhadapku.

“Kita lanjut lagi.”

“Bangsat…”

“APA KAU BILANG?! KAU MENGATAIKU ‘BANGSAT’?” Anak ini benar-benar mau aku habisi rupanya.

“Eh? A-aku tadi bilang… LANGSAT! Langsat! Itu ‘kan nama buah lokal asal Indonesia. Aku benar ‘kan?”Rae Ah terlihat gemetaran gugup.

Aku menghela nafasku.

Percuma saja meladeni anak ini.Dia malah membuatku semakin kesal saja.Lebih baik aku diam.

Sabar, Jungkook…

Sabar…

-Beberapa jam kemudian, pukul 09.54 p.m-

“Ah, hujan sudah berhenti!” seru Rae Ah dan berlari mendekati jendela kamarku.

“Akhirnya aku bisa pulang.”Katanya lega.Lalu Rae Ah buru-buru mengemasi barang-barangnya.

“Kau mau pulang sekarang?” tanyaku.

“Iya.Ini sudah sangat malam.Ibuku akan mencariku.”Sahut Rae Ah.

Aku hanya melihatnya yang masih memasukkan buku-bukunya ke dalam tas ranselnya. Kenapa aku merasa tidak mau dia pergi ya?

Eh?

Kenapa aku berpikir begitu?

Sadarlah, aku!

PLAK! PLAK! PLAK!

Rae Ah keluar dari kamarku.Aku mengikutinya dari belakang.

Ketika tiba di pintu depan, Rae Ah berkata “Jungkook! Terima kasih untuk hari ini. Aku pulang dulu! Sampai jumpa besok!”

Dan dia membuka pintu lalu keluar.

“Tunggu!”

Rae Ah menoleh ke arahku.

Eh?

Kenapa aku menahannya?

“Apa?Aku mau cepat pulang.”Ujar Rae Ah.

“Aku akan mengantarmu.”

Astaga! Apa yang aku katakan?!

“Tidak usah.Aku bisa pulang sendiri.”Tolak Rae Ah.

Dia pun memasang sepatunya.

“Ta-tapi ini sudah jam 9 malam! Waktu yang sangat larut untuk perempuan pulang sendiri! Kalau terjadi apa-apa padamu di jalan nanti, bagaimana?!” tanyaku.

Mulut sialan! Kenapa tidak berpikir dulu sebelum bicara?!

“Kau meragukanku?Aku bahkan bisa menghajarmu sampai jatuh, Jungkook.”Kata Rae Ah sambil tersenyum remeh.

Grrr!!

“Kau meremehkanku, huh?” gumamku.

Aku menarik Rae Ah kembali masuk ke rumahku dan mengunci tubuhnya di antara aku dan pintu.

Rae Ah POV

BLAM!!

“Aduh!” pekikku saat punggungku berbenturan dengan pintu. Aah… sakit…

Aku mendapati posisiku yang dikunci oleh Jungkook di antaranya dan pintu.Kulihat Jungkook menatapku tajam.

GLEK!

Kenapa aku merasakan ada hawa negatif(?) di sini?

“Heh, Jeon Jung Kook! Apa yang ka…”

“Sung Rae Ah. Selama kau mengenalku, apakah… kau pernah melihatku sebagai lelaki sejati?” tanya Jungkook.

Aku mengernyit bingung.“Apa maksudmu?Tentu saja.Kau ‘kan memang laki-laki.Kau ini aneh sekali.”Cibirku.

Jungkook menghela nafasnya dan menunduk kemudian menatapku kembali.

Baru kali ini aku sedekat ini dengan laki-laki.Kenapa aku gugup ya?

Kenapa suhunya jadi panas sekarang?Padahal hujan baru reda.Aneh sekali.

“Cih!Kau sama sekali tidak mengerti?” tanyanya lagi.

“Jadi maksudmu apa, sih, Jeon Jung Kook?!” tanyaku balik. “Aku mau cepat pulang!”

Dapatku lihat sudut bibir Jungkook sedikit terangkat.dia… menyeringai?

“Kau kira aku akan membiarkanmu pulang setelah kau menginjak harga diriku, hm?Tentu saja tidak, Sung Rae Ah.”

“Hah? Kau bicara apa, sih?!” Sumpah. Aku sama sekali tidak mengerti dengan situasi ini.

Tiba-tiba Jungkook merapatkan dirinya padaku.

Eh? Eh? Apa-apaan anak ini? Mau apa dia?

I-ini gawat! Siapapun! Tolong aku!!

“He-he-heh! Jeon Jung Kook! Kau mau apa, hah?!” bentakku.

Jungkook mulai gila!!

Aku menahan dadanya yang semakin dekat denganku dengan kedua tanganku.

Tapi dengan cepat dia malah menahan tanganku di sisi kepalaku.

“Aku akan menunjukkan kalau aku adalah lelaki sejati.Kupastikan kau tidak akan meremehkanku lagi, Sung Rae Ah.”Bisik Jungkook yang terdengar menakutkan di telingaku.

“Jungkook! Hentikan! Menjauh dariku!!” pekikku.

Aku benar-benar takut. Sungguh!

Ibu… selamatkan aku…!!

Ckrek!

“Kookie~ Hyung pulang!”

Jungkook menghentikan gerakannya. Ini kesempatan!

Dengan kekuatanku, aku menendang daerah miliknya.

DUAK!!

“AAAAAAAAKKKKHHH!!! MASA DEPANKUUUUUU!!!” teriak Jungkook sambil memegangi ‘harta’nya yang baru saja aku tendang. Kulihat orang yang membuka pintu itu menganga melihat aksiku.

***

Author POV

Rae Ah dan Jungkook berjalan beriringan.Gadis itu menjaga jarak dengan Jungkook yang mengekorinya.

Sama sekali tidak ada percakapan antara mereka setelah kejadian itu.

Junghyun –kakak laki-laki Jungkook– yang menyuruh Jungkook untuk mengantarkan Rae Ah pulang ke rumahnya, walau dia tahu ‘harta’ milik adiknya baru saja ditendang oleh gadis itu. Junghyun bilang, Jungkook harus bertanggungjawab dan jadi lelaki sejati untuk menebus kesalahannya.

Rae Ah menepi ke sebuah rumah.Memang tidak sebesar rumah Jungkook, tapi terlihat cukup nyaman ditinggali.

“Sudah sampai. Terima kasih sudah mengantar.” Kata Rae Ah datar.

Jungkook hanya menjawab dengan dehaman pelan.“Hm.”

Rae Ah pun membuka pagar rumahnya dan akan masuk. Tapi entah kerasukan setan apa, tangan Jungkook tergerak menarik baju yang dipakai Rae Ah. Gadis itu sontak kaget dan menoleh ke belakang.

“A-Apa?” tanya Rae Ah gugup.

“Eh, i-ini… itu… Ingat! Kembalikan bajuku. Jangan lupa dicuci.” Kata Jungkook canggung.Namun tangannya terasa enggan untuk melepaskan pegangannya pada bajunya yang Rae Ah kenakan.

“Oh, tentu saja. Akan aku cuci sampai bersih dan wangi… Ah, ya! Bajuku! Apakah sudah kering?” tanya Rae Ah. “Aku lupa membawanya.”

“Astaga!Aku juga belum mengeceknya tadi.”Jungkook panik.

“Ya sudah. Nanti aku kembalikan bajumu sekalian kau kembalikan bajuku.” Saran Rae Ah.

“Baiklah.Kalau begitu, masuklah. Sudah mulai larut.” Suruh Jungkook.

“Iya, tapi… lepaskan tanganmu dulu…” ucap Rae Ah.

Jungkook baru sadar kalau tangannya masih menggenggam erat baju yang Rae Ah pakai.Dia pun buru-buru melepaskannya.

“Ma-maaf…”

Mereka diam.

“Kalau begitu… aku masuk. Selamat malam.” Ujar Rae Ah.

“Se-selamat malam.” Sahut Jungkook. Rae Ah pun menutup pagar dan membuka pintu rumahnya. Sebelum itu, ia berbalik.

Kemudian Rae Ah membungkuk hormat pada Jungkook yang masih berdiri di luar pagarnya.Jungkook malah membalasnya dengan membungkuk juga.

Satu kata yang cocok untuk mendeskripsikan situasi ini :

Canggung.

***

Jungkook akhirnya sampai ke rumahnya sekitar jam setengah sebelas malam. Rumah Rae Ah ternyata memang jauh dari rumahnya.

“Aku pulang.” Ucap Jungkook.

Tak ada respon.Jungkook pun terus berjalan menuju ke ruang keluarga.

“Hyung? Kau dima… Eh? Ibu dan Ayah?”

Ketika memasuki ruang tamu, Jungkook dikejutkan oleh kehadiran kedua orangtuanya.Sementara kakaknya duduk dengan sopan di atas sofa ruang tamu.

“Selamat datang, anakku.” Sahut Ibu Jungkook.

“Lho? Ibu dan Ayah kapan pulangnya? Bukannya Ibu bilang besok?”tanya Jungkook heran.

“Ibumu bilang, ada keperluan mendadak di sini. Jadi kami langsung pulang hari ini.” Jawab Ayah.

Jungkook mengangguk paham. “Hmm… begitu…”

“Kau datang dari mana, nak?” tanya Ibu penuh selidik. Atmosfernya mendadak mencekam(?).

“Da-dari rumah teman, bu…” sahut Jungkook. Dia merasakan hawa negatif(?) menyelimuti Ibunya.

“Oh~ Apa dia perempuan?” tanya Ibu lagi. Kali ini lebih tajam.

“Bagaimana Ibu bisa tahu?Ah, jangan-jangan Junghyun hyung yang bilang tadi ya?” tebak Jungkook.

“Tidak. Ibu tahu sendiri.” Kata Ibunya dingin.

GLEK!

Jungkook menelan salivanya dengan susah payah.

“Oh ya, rambut-rambut yang ada di atas kasurmu itu… bukan punyamu ‘kan?Dan juga… baju yang ada di dalam mesin cuci itu bukan punyamu. Benar ‘kan? Ibu penasaran kenapa sabun Ibu berkurang.Kau tahu siapa yang memakainya, nak?”

Jungkook terdiam mendengar pertanyaan Ibunya.

“Apa kau membawa perempuan kemari, Jungkook?”

Skat!

Jungkook makin tegang.Apa yang akan Ibunya lakukan?

“I-Iya…”

Tak lama kemudian, senyuman merekah di bibir Ibu Jungkook.

“Bawa perempuan itu kemari.” Suruh Ibu.

“Hah?” Mata Jungkook terbelalak.

BERSAMBUNG…

–Side Story–

Hari yang sama di Busan, pukul 18.45 waktu setempat…

“Ahahaha!Sudah lama tidak berkumpul dengan teman-teman. Jadi teringat masa-masa SMA!” tawa tuan Jeon, ayah Jungkook. Kini tuan Jeon dan istrinya sedang ada di Busan, menghadiri acara reuni akbar yang diselenggarakan oleh SMA mereka. Seluruh alumnus berkumpul di aula SMA Hwayan, sekolah mereka.

Mereka bercanda gurau sambil melepas rindu setelah sekian lama tak bertemu.

“Ah ya, Soomi.Kenapa kau tidak mengajak kedua putramu? Aku penasaran sudah tumbuh sebesar apa mereka sekarang.” Kata teman nyonya Jeon.

“Hihi.Sebenarnya aku memang ingin membawa mereka berdua.Yaah~ kalau tidak bisa ya salah satunya.Tapi mereka berdua sibuk dengan kegiatan sekolah dan kuliah mereka. Jadi apa boleh buat.” Sahut nyonya Jeon pasrah.

“Oh ya, aku belum menghubungi mereka sejak siang ini.Aku telepon ah~” Nyonya Jeon mengeluarkan handphone-nya dari dalam dompetnya.Dan dia mengontak anak tertuanya, Junghyun. Lama sang Ibu menunggu respon dari anaknya, tapi hanya suara operator yang membalas panggilannya. Dia pun menghubungi anak bungsunya, Jungkook.Tak lama kemudian, Jungkook mengangkat panggilan itu.

“Halo, ibu?”

“Ah, Jungkook-ah! Apa kabarmu, nak?”tanya Ibu.

“Aku baik-baik saja, bu. Bagaimana reuninya?Menyenangkan?”

“Iya. Sangat menyenangkan! Tapi sayang kau tidak bisa ikut.Padahal teman-teman Ibu sangat ingin bertemu denganmu, lho.” Sesal Ibu.

“Hmm. Lain kali saja aku ke Busan. Oh ya, apa disana sedang terjadi badai?” tanya Jungkook.

“Iya.Hujannya sangat deras di sini. Ah, Ibu hanya mau memberitahumu. Karena cuacanya sangat buruk, Ibu dan Ayah tidak jadi pulang hari ini. Jadi, kami baru bisa pulang besok.Tidak apa-apa ‘kan, nak?”

“Iya.”

“Apa kau sendirian saja di rumah?Kakakmu belum pulang?”

“Ah, aku sedang bersama…”

“AAAAAAAAAAAAHHHHHHH!!!”

Ibu terperanjat kaget mendengar suara teriakan di seberang sana.

“Jungkook?Suara siapa itu?Halo?Jungkook?Nak?!” panggil Ibunya.

Hening.

Ibu mulai panik setelah mendengar suara teriakan itu.Dia sangat khawatir takut terjadi apa-apa pada anak bungsunya. Ditambah sang kakak yang belum pulang.

Jadi Jungkook bersama siapa?

Sama sekali tak ada suara apapun hingga…

“Berbalik.” Ucap Jungkook.

Ibu Jungkook bernafas lega setelah akhirnya mendengar suara Jungkook yang terdengar baik-baik saja. Tapi…

“Aahh! Jungkook! Sakit!” rintih seseorang.

Suara siapa itu?Seperti suara perempuan.

Ibu Jungkook mulai curiga dan menajamkan telinganya.

“Ck! Ini salahmu juga.Bertahanlah, ini tidak akan sakit lagi.” Kata Jungkook.

“Jungkook! Hentikan! Aahh!”

“Tahanlah, Rae Ah.Ini tidak akan lama.”

Rae Ah?

“Kau ini benar-benar tidak tahu memperlakukan perempuan dengan baik ya?” cibir orang itu.

“Aish! Mau bagaimana lagi?Ini pertama kalinya untukku melakukan ini pada perempuan!” rutuk Jungkook.

APA?!

“Asshhh!! Jungkook! Kubilang, pelan-pelan!”

“Ck! Ini sudah basah, kusut pula!” gerutu Jungkook.

“Apa kau bilang?!” seru orang itu geram.

Lutut Ibu Jungkook mendadak lemas mendengar percakapan ambigu itu.

“Baiklah. Aku akan lebih pelan. Tahan ya?”

 “Tidak sakit lagi ‘kan?”tanya Jungkook pelan.

“Hm. Tidak sakit.”Sahut orang itu.

TUT! TUT! TUT!

Ibu Jungkook tidak mau mendengarkan kelanjutannya dan memutuskan untuk mengakhiri sambungan teleponnya.Ia masih mencerna apa yang dia dengar dari handphonenya itu.

Nyonya Jeon menghembuskan nafas beratnya dan berjalan cepat menghampiri suaminya yang tengah minum bersama teman-temannya.

“Ayah.” Panggil Ibu.

Tuan Jeon menoleh ke arah istrinya. “Oh? Ya, sayang?Kau mau bergabung dengan kami?” tanyanya.

Ibu menggeleng.“Kita pulang. Sekarang.” Ucapnya singkat.

“Hah? Sekarang?Kita ‘kan masih dalam acara, sayang.Dan di luar sedang badai. Juga aku agak pusing karena minum.“ ujar Ayah memelas.

“Tidak.Kita pulang. Sekarang! Sini kunci mobilnya.Biar aku yang menyetir!” desak Ibu.

-END-

Finally~ aku bisa ngelarin part 2!! (>_<)9
Dan part ini lebih panjang dari part 1 😀

Karena banyaknya tugas dan kegiatan sekolah maupun di luar sekolah, aku jarang punya waktu buat ngetik ff ini. Bahkan hari Minggu :’v

Tapi aku senang ff ini udah di publish. Terima kasih admin yang sudah ikhlas memposting ff karyaku 😀

Itu nama SMA bokap-nyokap Jungkook aku ngarang. Nama sekolah anaknya Yeonhwa, sekolah ortunya Hwayan. Jadilah Hwayan Yeonhwa. Merasa tidak asing?

Jadi apa kesimpulan yang bisa kalian dapat dari cerita abal-abal ini?

Kalau aku, Jungkook suka menampar dirinya sendiri :v

Nantikan part 3-nya. Dan berdoalah semoga bisa cepat di publish juga.

See you later~^^

Love,

Amara17 :*

3 pemikiran pada “[BTS FF FREELANCE] Salah Paham (Sequel ‘Adu Panco’) – Pt.2

  1. Jungkook kalo bilang sama Ra Ah bilang ae lah… gak usah Babibu segala, emangnya lagunya apink apa bubibu/?

    Ternyata ibunya Jungkook otaknya Yadong juga :v dan gue pas pertama kali ngebacanya juga rada ambigu sih :v

    btw, Readers baru nih. Salken yo~ Nextnya di tunggu

    Suka

  2. aaaaaaaaa seru bangeeeet awal baca ff ini tertarik sama judulnya. bahasanya ringan, dan mudah dimengerti, jadinya kalo baca lebih bisa menghayati hahaha xD ini ada lanjutannya kan thor?? duh jungkook, kamu apakan anak orang(?) oya dek jungkook jangan sering2 nampar diri sendiri ya kwkwkw Rae ah beruntung sekali berada dideket jungkook xD

    Suka

Leave a Review