[Ficlet] Yoongi Knows it All

Yoongi Knows it All

by: siluetjuliet

Main casts: [BTS’s] Min Yoongi and [OC’s] Min Yoonra | Rating: G | Genres: angst; hurt/comfort; family | Ficlet: ±600wc

Rules : no plagiarism !

.

.

Akan tetapi, yang ada di sisinya saat ini adalah seorang Min Yoongi, kakaknya, yang akan selalu tahu segala sesuatu tentang dirinya tanpa perlu diberitahu lebih dulu.

—

Sudah empat kali Yoongi mondar-mandir melewati halaman belakang rumah; memerhatikan adiknya, Yoonra, yang sejak dua jam yang lalu tidak berhenti memukuli samsak. Agaknya lelaki berambut sewarna arang itu khawatir lantaran melihat sang adik berlatih tinju terlalu lama, apalagi hanya mengenakan handwrap, bukan sarung tinju—tidak seperti biasanya.

Tak tahan, Yoongi pun melempar handuk yang langsung mendarat tepat di kepala adiknya, membuat gadis itu berhenti dari aktivitas memukuli samsak. Ketika atensi Yoonra teralih padanya, Yoongi segera mengibaskan tangan di udara—memberi isyarat pada adiknya untuk berhenti berlatih dan segera menghampiri tempatnya berpijak.

“Tidak lelah?” tanya Yoongi basa-basi sembari menyodorkan sebotol air mineral lalu duduk di atas ubin dekat pintu. Sang adik menyusul duduk di samping kakaknya, lantas menjawab sekenanya, “lumayan.”

“Apa yang sedang menganggu pikiranmu, Ra?” Pertanyaan kedua yang dilontarkan oleh sang kakak, membuat Yoonra terjebak dalam geming. Jika ini adalah sebuah programa kuis di televisi, pasti gadis itu lekas menjawab pass dan meminta si pemberi pertanyaan untuk mengganti pertanyaannya.

Sungguh, Yoonra tidak suka ditanyai begini—karena ia benar-benar tidak tahu harus berkata apa.

Gadis petarung itu ingin sekali menjawab: tidak ada yang mengganggu pikirannya, namun ia tidak bisa. Ia tidak pandai berbohong, di sisi lain ia juga tidak suka membicarakan tentang suasana hatinya, emosinya, masalah hidupnya—apapun itu.

Akan tetapi, yang ada di sisinya saat ini adalah seorang Min Yoongi, kakaknya, yang akan selalu tahu segala sesuatu tentang dirinya tanpa perlu diberitahu lebih dulu.

“Sedang merasa bersalah, ya?” Tebak Yoongi jitu. Yoongi paham betul tabiat adiknya. Jika gadis itu sedang marah pada seseorang, maka Yoonra akan langsung meninju orang yang membuatnya marah atau setidaknya datang pada Hoseok dan mengumpati lelaki malang itu. Namun, jika adiknya mendapat nilai jelek padahal sudah giat belajar ataupun kalah dalam turnamen tinju, maka siluman jerapah itu akan menangis sesegukan di dalam kamar lantas menyetel musik metal keras-keras sambil menyanyi tidak jelas.

Dan Yoongi juga tahu, jika Yoonra sedang marah dengan diri sendiri, maka gadis itu akan menghabiskan waktu seharian di halaman belakang; memukuli karung tinju tak bersalah dengan brutal namun tanpa konsentrasi penuh.

Dipandangnya mata sang adik lekat-lekat, menunggu jawaban.

“Aku rasa aku telah mengatakan hal buruk pada temanku, Kak.” Yoonra meneguk air dalam botol—berusaha menyembunyikan kekalutannya, diam-diam menyesali betapa lancang lidahnya membongkar masalah yang seharusnya ia konsumsi untuk pribadi.

“Memangnya kapan kau pernah mengatakan hal baik?” Respon Yoongi langsung sukses membuat si gadis berkuncir kuda tersedak dan terbatuk keras. Beruntung airnya tidak sampai keluar dari hidung. Namun, bukannya membantu dengan memberikan tepukan ringan di punggung adiknya, Yoongi malah tergelak. Menyebalkan.

“Bicara dengan Kak Yoongi sama sekali tidak membantu.” Yoonra mengerucutkan bibir, malah makin membuat Yoongi geli.

“Sudah meminta maaf padanya?” tanya Yoongi serius, kembali pada topik semula.

Yoonra mengangkat bahu singkat sembari menyeka keringat. “Kurasa kata maaf tidak bisa menyelesaikan masalah begitu saja.”

“Memang sih, kalau segalanya bisa diselesaikan dengan kata maaf, nanti para hakim, jaksa dan pengacara mau makan apa?—” Yoongi menumpukan sepasang tangannya ke belakang selagi melanjutkan petuahnya, “—tapi, tidak ada salahnya dicoba, ‘kan, Ra?”

Yoonra diam. Ia tak yakin bisa melakukan apa yang disarankan oleh kakaknya ketika segalanya sudah terlanjur rumit dan terasa canggung.  “Itu sulit, Kak—“ Dihelanya napas sejemang. “—Bagaimana jika dia tak bisa memaafkanku?”

“Ck, rumit sekali isi kepalamu.” Ditoyornya kepala sang adik lantaran gemas. “Kalau dia tidak memaafkanmu, kau tidak perlu berteman lagi dengannya.”

“Huh? Maksudnya, Kak?” Agaknya lantaran terlalu sering bergaul dengan Kim Taehyung, membuat Min Yoonra sedikit lambat berpikir.

“Kalau kalian benar-benar teman, maka segalanya akan segera membaik. Percayalah.” Yoongi mulai bersiap menebarkan bibit-bibit nasihat layaknya motivator kondang.

Sementara itu, Yoonra melempar pandang ke langit, berusaha memahami wejangan kakaknya.

“Intinya, kalau dia tidak memaafkanmu berarti dia bukan temanmu. Atau mungkin dari awal memang kalian tidak benar-benar berteman.” Yoongi berujar lepas diiringi seulas senyum yang membuat adiknya ikut tertular. Min Yoonra pun tersenyum.

“Sesederhana itu?” Alis si gadis berjengit, tidak paham akan cara berpikir Min Yoongi. Dia berharap bisa sedikit memiliki aura sang kakak dalam dirinya, namun itu benar-benar sulit. Pemikiran kakaknya itu terlalu sederhana, tidak serumit dirinya. Iya, harus ia akui bahwa kakaknya benar.

“Iya, sesederhana itu.”

Bukankah inti kedamaian dalam kehidupan hanya dua: memaafkan dan dimaafkan?

Andai segala sesuatunya bisa sesederhana itu.

.

.

–Fin.

a/n: lagi random.

“Iya, sesederhana itu.”