[BTS FF Freelance] Destiny – Chapter 1

tumblr_ng6ifckg1j1qagqqso1_500

‘Destiny’ (Chapter 1)

 

—Writer by coolbebh X Ranisa

Collaboration Fanfiction***

 

Cast ; Kim Taehyung [BTS’s], Park Jian [OC’s], Other.

Sad, Family, Romance, Hurt/Comfort — General — Chaptered

1400+ words

 

Disclaimer : Warning! A lots of TYPO, and EYD too BAD :v DON’T BE A PLAGIATOR AND PLAGIARISM, WE HOPE IT’S FANFICTION CAN BE AMUSE 😉 Happy Reading

Coolbebh and Ranisa Present 2016***

 

*

*

*

 

“Mau apa lagi kau kemari, huh? Lihatlah! Kau sangat menjijikan! Tidak tahu diri, pergi sana!”

 

Gelap namun pedih, itulah keadaan genting yang terjadi sekarang ini dalam rumah besar ini. Seseorang yang tengah meringkuk sembari mengalirkan air matanya hanya bisa berdiam diri. Namun apalah daya, dirinya hanyalah seorang gadis yang tak berguna. Ia merasakan hatinya teriris pilu ketika gendangnya mendengar sebuah tuturan kata yang tak mengenakan dari anggota keluarganya sendiri—Park Jimin, adik kandungnya.

 

“Jimin… Kumohon izinkan aku tinggal di sini, aku tak mempunyai apa-apa lagi selain dirimu dan rumah ini, Jim. Kumohon….” Lirihnya serak. Pria itu berdiri tegak dan menghampiri gadis yang kini masih meringkuk dalam lantai dingin ini. Tatapannya begitu bengis, tak sudi jika perempuan ini masih tinggal seatap dengannya.

 

Jimin memegang pipinya kasar, sehingga menimbulkan erangan sakit dalam mulut kecilnya. “Dengar, Noona! Sekali lagi kukatakan, aku—tak sudi seatap denganmu. Jadi… kau—pergi dari sini—“ ucapnya mengintrupsi pelan-pelan, kemudian melanjutkan kata-katanya, “—pembawa sial!”

 

“Jim….”

 

“Kukatakan pergi, ya, pergi! Dasar gadis buta! Aku tak ingin seatap dengan gadis buta sepertimu! Menjijikan!”

 

“Tapi…, Jim,”

 

Belum merasa puas, Jimin—adiknya, menyeretnya kasar ke arah luar rumah dan tak memedulikan semua ocehan sang kakaknya yang sejak dulu selalu merawatnya tanpa pamrih. Entahlah… ambisi negatifnya keluar begitu saja ketika netra hazel Jimin bertemu dengan manik hitam kakaknya.

 

Park Jian, wanita itu kini sudah berada di luar. Hatinya teriris mengingat perlakuan adik kesayangannya ini. Bagaimana mungkin? Adik yang sudah ia rawat dan jaga selama ini tega melakukan hal demikian. Jian kemudian berusaha bangkit walau sesekali terjatuh, dia berjalan pergi sambil memegangi tongkatnya. Meski begitu ia menguatkan diri agar terlihat tegar dihadapan semua orang, walau ia tahu bahwa Jian tak bisa melihat.

 

**

 

Di lain sisi. Seorang lelaki yang tengah bersimpuh di hadapan gundukan tanah itu sembari merapalkan doa-doanya yang ia idam-idamkan. Memori kenangan yang dulu kala telintas secara tak sadar ketika dirinya menatap sebuah batu nisan yang terpampang di sana. Sesekali pria ini berceloteh ria layaknya berbicara kepada seorang teman, dan tak sadar bahwa dia tengah menitikkan air matanya yang mengalir pada pipinya.

 

“Aku pergi dulu. Kuharap kau tenang di sana, sampai jumpa.”  ujarnya.

 

Kim Taehyung—nama pria ini—bangkit dari persimpuhannya, kemudian pergi dengan menggunakan mobil hitam kesayangannya. Netranya memandang pada sebuah awan gelap yang menyelimuti Kota Busan saat ini. Setiap orang pasti mulai terjaga dan mengurung diri di rumah masing-masing. Apalagi mengingat ini adalah musim dingin.

 

Beda halnya dengan Jian. Gadis ini berjalan tanpa arah dan tujuan, yang dia rasakan adalah hawa dingin beserta gelapnya alam. Dia tak tahu entah akan kemana. Ia hanya bisa memainkan tongkatnya saja sembari berjalan perlahan.

 

**

 

Jian POV

 

Aku tidak tahu harus kemana lagi, mengingat kondisiku yang seperti ini, aku hanya bisa merapalkkan doa kepada Tuhan agar memberiku keajaiban.

Namun, kurasa itu tidak mungkin.

 

Mana ada yang mau menolong gadis buta sepertiku ini. Ternyata benar apa yang dibilang Jimin—adikku, “Sial kenapa kau menjatuhkan air matamu terus? Kau payah! Kau harus kuat Jian, kau harus kuat.” Monologku.

 

Diriku hanya bisa menguatkan hatiku agar terasa tenang. Nyatanya, itu tak cukup bagiku. Aku mengingat Jimin kembali, ketika adikku memperlakukanku layaknya sampah busuk yang tak berguna. Dan itu berhasil membuat hatiku terisris pilu.

 

“Oh, Tuhan… Tunjukkanlah jalanmu. Aku harus kemana?” ujarku lagi.

 

Untung saja aku sudah hafal betul jalanan ini. Tapi entah aku harus kemana? Ke rumah temanku? Kurasa itu tidak mungkin. Jimin yg naotabenenya adikku saja tidak mau menerimaku, apalagi teman-temanku.

 

TIINNNN———

 

Author POV

 

Suara klakson mobil berhasil membuat Jian terkejut.dan terdiam beberapa saat. Ia merasakan getaran hebat dalam kakinya, begitu pula dengan pacuan jantungnya. Sungguh, ini adalah pertama kalinya dirinya terkejut seperti ini.

 

“Hey! Nona! Mengapa kau masih berdiri di sana, huh? Menghalangiku saja!” teriak seorang pria lewat kaca mobilnya.

 

“…”

 

Merasa tak ada sahutan sama sekali, pria itu lantas keluar dari mobilnya dan menghampirinya. “A-apa aku masih hidup? Kurasa aku telah mati. Tunggu! Mengapa aku bisa berdiri dan bernapas seperti ini?” ujarnya sembari meraba-raba tubuhnya yang memang tak kenapa-napa.

 

“Lalu… kenapa pula aku tidak merasa sakit sama sekali? Apa mungkin aku sudah berada di dunia lain? Terimakasih Ya Tuhan… Kau telah melepaskanku dari penderitaan ini,” Taehyung hanya terkekeh mendengar perkataan yang telah keluar dari bibir polos Jian.

 

“Bodoh kau masih hidup!”

 

“Huh? Siapa kau?” kejutnya.

 

Dengan memukul-mukul tongkatnya ke sembarang arah. Taehyung membalikan badan Jian agar tubuhnya itu menghadapnya ke arah yang benar. “Aku disini,” balas Taehyung. Dia menatap Jian dengan tatapan yang sulit diartikan, matanya terasa memanas dan dirinya berusaha untuk menguatkan dirinya.

 

“Kau… ikut denganku sekarang!” suruhnya tegas. Taehyung menarik Jian untuk menaiki mobilnya sembari memegang tangannya yang hangat, sontak manik hitam milik Jian membesar begitu saja.

 

“Eh? Tidak mau! Siapa kau?”

 

“Namaku—Kim Taehyung!” jabarnya.

 

“Bukankah aku sudah mati? Dan ini dunia lain kenapa masih ada manusia disini? Apa jangan-jangan kau malaikat yang akan membawa diriku ke neraka, ya? Tidak, tidak, aku tak mau!”

 

Jian menjauhkan diri dari Taehyung, ia melepaskan tautannya yang begitu erat. Rasa curiganya sangatlah besar, jika ia benar-benar malaikat pencabut nyawa, bukankah itu hal yang tragis? Tidak! Sedramatis itukah selama ini? Oh Tuhan!

 

“Tutup bualan imajinasimu, Nona! Kau masih hidup, mengerti? Aku orang baik-baik.” Jelasnya.

 

“Mungkin saja kan kau mencari kesempatan dan berbuat macam-macam padaku,” cibirnya halus.

“Jangan banyak bicara! Ayo ikut!”

 

Mau tak mau Park Jian menerima tawarannya, dan ia pun masuk ke dalam mobil hitam milik Taehyung saat ini. Lamat menatap gadis yang kini di sampingnya, Taehyung tersenyum tulus kemudian memakaikan seatbelt-nya agar tak terjadi apa-apa dengan gadis ini. Sungguh… dirinya sangatlah bahagia ketika Taehyung menemukan gadis yang kini di sampingnya, meski dia cukup berbeda.

 

Di tengah perjalanan, Taehyung tersenyum hangat kembali menatap Jian sekilas, yang kini tengah tertidur pulas. “Apa benar itu kau? Apa kau bereinkarnasi pada tubuhnya? Atau Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang indah? Dia sangat mirip denganmu. Sungguh….” gumam Taehyung dalam hatinya sembari pandangan yang masih fokus menyetir.

 

****

 

Matahari yang menyosong alam, menyinari bumi dengan indahnya. Burung-burung berkicau telah memadu melodi bersama awan yang telah cerah detik demi detik. Kasur yang empuk dan suasana yang sejuk membuat sang empu menikmati semua lingkungan barunya. Park Jian masih tertidur pulas rupanya.

 

“Eunghh….” Suara lenguhan kecil yang keluar dari bibir plumnya itu berhasil membuatnya terbangun dari mimpi indahnya. Jian tampak mengucek matanya yang terasa gatal.

 

Heran akan dirinya di mana, lantas tangannya itu meraba-raba sekitarnya yang terasa asing. “Kurasa ini kamar tidur, tapi… kenapa aku bisa berada disini?” monolognya.

 

Ia merasa panik seketika, ketika dirinya menyadari sesuatu yang mengganjal di hatinya.

 

“Astaga!”

 

Dari luar kamar, Taehyung terlihat membawa nampan makanan untuk Jian. Mendapati Jian seperti ini, Taehyung menyimpan nampan itu di nakas vintage-nya itu.

 

Taehyung menggenggam pergelangan tang Jian dan mensejajarkan tubuhnya degannya. “Jangan khawatir. Kau sudah aman bersamaku. Ah.., satu hal lagi yang harusku jelaskan, kau itu belum meninggal. Semalam mobilku nyaris saja menabrakmu. Maafkan aku,” lirih Taehyung melemah.

 

“…”

 

Tidak ada jawaban dari Jian, Taehyung menghela napas berat, ia menyeka wajahnya atas rasa bersalahnya itu. Sungguh… ia benar-benar tak sengaja atas insiden kemarin.

 

Jian bergeming, mencerna setiap perkataan Taehyung. Hatinya pun mulai luluh dan terenyuh, kemudian membalas tautan Taehyung yang terasa hangat namun terasa gugup. Jian yakin bahwa pria yang kini tengah dihadapannya merasa bersalah padanya.

 

“Maaf jika aku sempat marah padamu semalam. Aku tidak tahu kalau kau—Ah… lupakan saja! Sekarang kau diam di sini, dan aku akan menyuapimu, kau harus makan, gadis manis!” titahnya lembut.

 

Taehyung lantas bangkit berdiri. Namun sebuah sentuhan kecil pada tangannya berhasil membuat dirinya berdiam diri dan menatap manik hitamnya yang indah. Senyum tulusnya ia kembangkan meski gadis ini tak bisa melihatnya.

 

“Maafkan aku  yang telah menyusahkanmu. Sungguh… aku berterimakasih kepadamu, Tuhan benar-benar mengirimiku malaikat penolong, yaitu kau—Taehyung. Namamu Taehyung, ‘kan?”

 

“Ya, tentu. Namaku Taehyung. Jangan seperti itu, semua manusia harus saling tolong menolong, ‘kan? Manusia itu makhluk sosial jika kau harus tahu,”

 

“Aku tahu, Taehyung….”

 

Entah dari mana keberanian Taehyung berasal, ia memeluk Jian dengan erat sembari mengelus rambut lembutnya. Serta genggaman Jian yang tak ingin lepas darinya. Jian menghela napas lega sembari tersenyum tulus, ia bergumam dalam hatinya kini, ‘ Ternyata masih ada manusia sebaik ini. Terimakasih Tuhan.’

 

TBC

 

Holla :’v aku kambek FF collab bersama partner baruku. Gimana-gimana? Gaje kah? Biarin asal punya FF baru :p

 

Silahkan berkomentar ria!!! 😉

 

—coolbebh X Ranisa—

3 pemikiran pada “[BTS FF Freelance] Destiny – Chapter 1

Leave a Review