[BTS FF FREELANCE] Trapped in a Marriage – (Chapter 16a)

trapped-in-a-marriage-tte

Title

Trapped in a Marriage

Author

Yoohwanhee

Main Cast

Jeon Jungkook [BTS]

Jung Hyerin [OC]

Kim Hanbin [iKon]

Kim Taehyung [BTS]

Ryu Sujeong [Lovelyz]

Genre

Romance, Marriage-Life, Sad, AU!, Conflic, School-Life

Length

Chaptered

Rating

PG-17

Summary

Resiko dalam sebuah pernikahan adalah: Masalahmu, masalahku juga. Itu karena kita harus melengkapi satu sama lain, jangan biarkan sesuatu tersembunyi diantara kita. Kalaupun ada yang kau sembunyikan, izinkan aku untuk mengetahuinya.

Disclaimer

BTS dan cast lainnya milik orangtua, agensi, dan Army, kecuali OC adalah milik author. Cerita murni hasil pemikiran author, so DO NOT PLAGIATOR. Jika ada kesamaan plot, tokoh, judul, dll adalah ketidak sengajaan.

SORRY FOR TYPO and HAPPY READING

Note: Cast dan rating bisa berubah disetiap chapternya.

WARNING! 8000+ words

 

Chapter sebelumnya:

Sementara di sisi lain meja, Hyerin sedang memerhatikan teman-temannya yang sedang bercanda gurau itu. Melihat mereka membuat dirinya ikut tersenyum dan merasakan kebahagiaan. Walaupun ia tahu ada yang tidak lengkap disini.

Bagaimana keadaan Jungkook sekarang? Apa yang dilakukannya? Apa dia juga tertawa seperti mereka sekarang?

Pertanyaan-pertanyaan itu sampai sekarang belum terjawab. Hanya bisa mengambang indah di pikiran Hyerin. Gadis itu mengulas senyum tipis dan memandang ke luar jendela kedai. Langit dengan awan abu-abu yang bertebaran kini menghiasi hari yang bersalju ini.

Ini kebiasaan barunya belakangan ini.

Ia selalu menatap langit dan benda-benda langit lainnya di atas sana jika ia merindukan Jungkook. Karena menurutnya, dimanapun mereka berada, tapi mereka tetap memandang langit yang sama, bukan begitu? Karena itulah, ia merasa dekat dengan Jungkook setiap dirinya memandang langit.

Lalu tidak sengaja, bibirnya berucap pelan. Terdengar seperti gumaman.

“Bagaimana kabarmu disana… Jeon Jungkook?”

Kring!

Suara bel dari pintu kedai itu sukses mengalihkan pandangan Hyerin. Sontak Hyerin menoleh dan mendapati seorang lelaki berdiri disana.

“Hai?”

Mata Hyerin membulat begitu menyadari bahwa orang itu adalah orang yang familiar di matanya. Ia memasang tampang terkejut setengah mati. Mulutnya setengah terbuka. Tidak hanya dia, tapi semua orang yang duduk semeja dengan gadis itu.

Tunggu, itu…

Bukankah?

 

//Trapped in a Marriage//

 

-Tolong, bernafaslah demi diriku (2)-

 

//Trapped in a Marriage//

Semua terpaku. Diam membeku sembari menatap seorang lelaki yang kini berdiri di ambang pintu kedai tteokbokki itu. Suasana yang tadinya penuh dengan canda tawa kini berubah menjadi hening. Sedangkan orang yang ditatap mereka  hanya bisa diam dan melambaikan tangannya canggung “A-apa aku mengejutkan kalian?” Tanya lelaki itu.

Taehyung menggeleng lalu berucap “Kau… kembali?”

“Siapa yang kembali? Maksudmu Jungkook?” ujar Yoongi seraya meraih gelas soju nya lalu mengangkatnya ke atas dengan senyum lebar kemudian berbalik “Waa! Jungkook telah kembali-“

Sontak mata Yoongi terpaku pada seorang lelaki jangkung yang berdiri di ambang pintu. Bukannya wajah Jungkook yang dilihatnya, tetapi malah wajah lelaki yang bernama—

“-K..Kim Hanbin?”

—Kim Hanbin.

Dengan rambut yang panjang dan tidak terawat itu, Hanbin terlihat menyedihkan dihadapan semua orang yang ada di kedai itu. Bisikan-bisikan tidak jelas pun mulai terdengar dari arah kanan dan kiri. Wajar saja, setahun yang lalu Hanbin sempat menjadi sorotan masyarakat melalui berita ditangkapnya dirinya yang notabene adalah anak dari Perdana Menteri Kim karena sebuah kasus perencanaan pembunuhan. Tentu saja masyarakat akan sangat terkejut bila tahu jika Hanbin telah dikeluarkan dari penahanan remaja secepat ini atas kasus yang dialaminya.

Hanbin terlihat menatap kaku setiap orang yang juga balas menatapnya dengan tatapan terkejut dan jijik. Lelaki itu hanya bisa diam dipandangi seperti itu sampai akhirnya Taehyung buka suara.

“Ada perlu apa kau?” tanya Taehyung seraya berjalan mendekati Hanbin.

Baru saja Taehyung akan mengambil langkah, Hyerin segera mencegahnya. Mengisyaratkan padanya bahwa dirinya lah yang akan mengurus Hanbin. Tak lama kemudian gadis itu pun berjalan ke arah Hanbin.

“Aku permisi sebentar, ada yang harus kubicarakan dengannya.” Ujar Hyerin lalu segera menarik tangan Hanbin keluar dari kedai itu. Menyisakan ke-enam temannya terdiam dan menatap kepergian kedua orang itu.

Jin yang melihatnya hanya bisa menatap kosong ambang pintu kedai itu lalu menggaruk kepalanya “Apa penahanan remaja itu sama seperti penjara? Kenapa penampilannya jadi menyedihkan seperti itu?”

“Aku minta maaf. Selama ini aku belum meminta maaf padamu, bukan?”

Hyerin yang mendengar kalimat itu terucap dari bibir seorang Kim Hanbin itu hanya diam dan menatap Hanbin datar. Berbanding terbalik dengan Hanbin yang kini berusaha untuk berbicara dengan senyuman kaku nya itu.

Hanbin menghela nafasnya pelan begitu mendapati bahwa Hyerin tidak merespon perkataannya. Ia pun berhendak untuk melanjutkan perkataannya “Aku sudah menyadari kesalahanku. Aku benar-benar bersalah karena itu aku minta maaf. Secara tidak sengaja aku telah menghancurkan hidup seseorang hanya karena-“

“Tidak sengaja katamu?” ulang Hyerin dengan nada dinginnya. Tatapan tajam itu tepat terarah pada Hanbin. Gadis itu lalu tertawa sarkastik, menunjukkan bahwa dirinya tidak sepenuhnya percaya dengan apa yang dkatakan Hanbin tadi.

“Semuanya sudah kau rencanakan dan kau bilang semuanya itu tidak sengaja? Apa kau sedang bercanda?” Ucap Hyerin, masih dengan nada bicara yang dingin.

“Kau tidak mengerti situasinya, Hyerin-ah! Semuanya adalah perintah ayahku!”

“Kau pikir aku tidak tahu? Kau melakukan semua ini hanya untuk menarik perhatian ayahmu agar kau bisa menjadi penerus perusahaan ayahmu karena kau tidak ada apa-apanya dengan Hanbyul yang sudah berhasil dengan menggandeng gelar ‘Pengusaha Muda’, bukan?” Balas Hyerin tak kalah serius. Saat itu juga Hanbin mengerutkan alisnya “Jung Hyerin! Kau tidak-“

“Sudahlah, Hanbin. Aku tahu betul sifatmu. Kau tidak bisa berbohong padaku dengan mengatakan bahwa semuanya adalah perintah ayahmu. Baiklah, katakan saja bahwa semuanya adalah perintah ayahmu, tapi sejujurnya kau juga senang kan melaksanakan seluruh perintahnya tanpa tahu ada seseorang bahkan beberapa orang tersiksa karena ulahmu?”

Hanbin terdiam. Lelaki itu menunduk dalam dan mempererat kepalan tangannya. Semua perkataan Hyerin memanglah benar, dan ia tidak bisa menyangkalnya lagi. Dan ia tidak cukup bodoh untuk tidak mengetahui bahwa semuanya ini adalah salahnya.

“Ya, kau benar…” Hanbin menghela nafas pasrah, lantas melanjutkan ucapannya “Ayahku terlalu terobsesi untuk menyingkirkan perusahaan Jungkook, BlueSaphire Company. Walaupun dia seorang menteri tetapi dia mempunyai perusahaan yang diwariskan kakek pada beliau karena itulah ayahku menginginkan perusahaan ini menjadi nomor satu di Korea Selatan agar bisa mengangkat kembali nama Kim Company.”

“Namun perusahaan Jungkook selalu menghalangi jalannya, karena itulah aku mengambil kesempatan ini agar bisa mendapat perhatian dari ayah dan menjadi penerus perusahaan. Aku pun memutuskan untuk masuk sekolah yang sama dengan Jungkook saat sekolah menengah dan mencoba berteman dengannya dan merencanakan segala sesuatu yang akan membuat keluarga serta perusahaannya kacau.” Jelas Hanbin dengan bibir yang bergetar. Hyerin yang mendengarnya hanya menatap Hanbin dengan tatapan datar dan tetap mendengar setiap ucapan lelaki itu.

Hanbin tersenyum miring “Kadang aku ingin berhenti karena semuanya terlalu mengerikan. Aku bahkan sempat dihantui dengan perasaan bersalah. Namun jika dipikir lagi, aku sudah sejauh ini dan mana mungkin aku akan berhenti? Karena itulah aku terus melakukannya sampai tidak sengaja mengorbankan gadis yang kucintai hanya karena egoku yang ingin sekali menyingkirkan Jungkook dan menjadi seorang penerus Kim Company.”

“Dan bodohnya, aku menyalahkan Jungkook atas kematian Hwayeon yang sebenarnya adalah salahku.” Tambah lelaki itu.

Hyerin terdiam sejenak. Lalu seketika gadis itu tertawa sinis “Kau menyalahkan Jungkook atas kematian gadis yang kau cintai? Cih-kau bahkan tidak bisa membedakan cinta dan obsesi. Sebenarnya kau ini laki-laki atau apa? Dasar pengecut!”

Setelah mendengar perkataan Hyerin, Hanbin tertunduk dalam. Memang, dia benar-benar pengecut sampai harus menyalahkan orang lain atas kesalahannya.

“Aku tahu Hwayeon mati karenaku. Aku terlalu takut untuk menghadapi kenyataan bahwa akulah yang membunuhnya, karena itu aku menuduh Jungkook yang menjadi penyebab tewasnya gadis itu.” Ucap Hanbin.

“Aku tahu hidup lelaki itu sudah cukup susah karenaku. Oleh karena itu aku ingin meminta maaf atas semua perbuatan keji yang telah kulakukan. Atau kau tidak perlu memaafkanku karena aku memang tidak pantas untuk dimaafkan.” Lanjut Hanbin seraya menatap Hyerin dengan tatapan yang tulus dan lembut. Hyerin terdiam sejenak. Lelaki itu benar-benar dengan tulus hati meminta maaf padanya.

Hyerin, gadis itu pasti akan langsung memaafkan segala perbuatan Hanbin yang telah dilakukannya. Gadis sepertinya tidak akan berpikir dua kali untuk memaafkan seseorang. Selama seseorang itu meminta maaf dengan tulus padanya, sudah pasti Hyerin akan segera memaafkannya.

Hyerin tersenyum kecil. Kini semuanya telah jelas. Hyerin mengerti sekarang.

“Jika kau bertanya apa aku akan memaafkanmu, maka aku akan menjawab iya. Tapi jika kau bertanya apa Jungkook akan memaafkanmu…” Gadis itu tersenyum simpul, menatap lembut Hanbin yang berdiri didepannya lalu berucap “Kurasa dia juga akan memaafkanmu juga.”

Hanbin yang mendengar itu langsung tersenyum dan tertawa kecil. Lalu dengan nada bicara yang tulus, lelaki itu berkata “Terima kasih.”

Hyerin ikut tersenyum melihatnya, lantas mengangkat sebelah alisnya “Jika kau mau, bergabunglah dengan kami di dalam. Aku akan-“

“Tidak. Aku…” potong Hanbin. Lelaki itu menatap Hyerin sebentar lalu tersenyum tipis “Aku harus menemui ayahku.”

Langkah kaki lelaki itu tampak ragu. Hembusan nafas yang tidak menentu itu terus saja terdengar. Sungguh, saat ini perasaan Hanbin benar-benar tercampur aduk. Anatara takut dan senang bisa melihat ayahnya kembali. Begitu kedua kakinya berhenti tepat di depan sebuah pintu besar berwarna cokelat keemas-emasan itu, lelaki itu segera mengetuk pintu dengan hati-hati.

“Masuklah!”

Suara berat ayahnya memenuhi pendengarannya. Lantas Hanbin mendorong pelan pintu besar itu dan masuk ke dalam. Dilihatnya sang ayah sedang duduk membelakanginya, memandangi pemandangan luar dari balik jendela besar di belakang meja kerjanya.

Annyeonghaseyo, abeoji.” Sapa Hanbin seraya menunduk pelan, menunjukkan rasa hormatnya pada sang ayah.

Mendengar itu, sontak beliau berbalik dan menatap wajah anaknya dengan tatapan dingin. Selama itu pula, Hanbin hanya bisa diam dan terus memandang ke bawah, tidak berani menatap lurus ayahnya sendiri.

“Ckckck, anak ini. Kau pikir dengan keluar dari tahanan remaja semua masalahmu telah selesai?”

Sontak Hanbin mengerutkan alisnya dan mengangkat kepala, menatap sang ayah dengan tatapan tanda tanya.

Beliau berdiri dan tertawa sarkastik “Tidak ada yang selesai sekarang. Kau harus menyelesaikan semuanya!” ujar pria paruh baya itu lagi. Tambah membuat Hanbin bingung dengan arah pembicaraan ayahnya itu.

Ne?” Tanya Hanbin dengan sedikit menekuk kedua alisnya.

“Kau harus menyelesaikan apa yang telah kau mulai. Maka, selesaikanlah kali ini!” Hanbin terus menatap ayahnya penuh tanda tanya, masih tidak mengerti dengan pembicaraan ayahnya. Sampai akhirnya lelaki itu bersuara “Apa… yang harus aku selesaikan?”

Pria paruh baya itu berbalik, kembali memandangi suasana kota Seoul yang terpampang jelas di balik kaca jendela yang besar itu. Tangannya bergerak mengusap pelan dagunya “Dapatkanlah anak dari Presdir Qingdom Group. Jung-Hye-Rin.”

Saat itu juga, Hanbin tertegun. Tekukan alisnya seakin tajam begitu mendengar perkataan ayahnya barusan. Apa ini berarti… dirinya harus melaksanakan perintah ayahnya untuk menghancurkan hidup seseorang lagi? Kali ini target ayahnya adalah Jung Hyerin.

“H-hyerin? U-untuk apa?” Tanya Hanbin dengan wajah yang menunjukkan bahwa ia cukup terkejut dengan perintah ayahnya barusan.

Beliau mengarahkan pandangannya ke belakang dan menatap Hanbin “Kau memang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu? Kita bisa mendapatkan keuntungan besar jika kita bekerja sama dengan Qingdom Group. Mereka adalah salah satu dari lima perusahaan besar Korea, Hanbin-ah. Kita bisa langsung melambung tinggi jika berbawaan dengan perusahaan besar seperti itu. Jadi, nikahilah anak Presdir Qingdom Group.” Jelas pria paruh baya itu.

Oh astaga. Anaknya sendiri tidak habis pikir dengan sifat pantang menyerah yang dimiliki ayahnya itu. Padahal dia baru saja keluar dari tahanan remaja dan telah merenungkan kesalahannya selama ini dan sekarang dirinya harus berbuat perbuatan keji lagi hanya demi sebuah nama perusahaan?

Hanbin akui, ayahnya sudah terlalu gila uang sampai tidak memikirkan bagaimana keadaan anaknya sekarang.

Setelah menghembuskan nafas panjang, Hanbin bersuara “Tapi Hyerin sudah menikah dengan Jungkook-“

“Ayah dengar dia mengidap alzheimer dan dibawa ke Amerika Serikat” Pria paruh baya itu kembali membalikkan badan menghadap Hanbind dan menatap anaknya itu seraya mengusap pelan dagunya “Anak itu sudah hampir mati jadi tenang saja. Kau bisa menggantikan posisinya, bukan?” ucap beliau yang diakhiri dengan sebuah seringai mengerikan.

Hanbin hanya bisa diam dan menunduk mendengarnya. Kepalan tangannya semakin kuat. Dia tidak tahan lagi. Ayahnya sudah cukup keterlaluan! Namun ia juga tidak bisa membantah. Dirinya hanya berharap ayahnya itu akan berubah agar tidak menyebabkan masalah apapun yang akan membuat beliau berakhir di penjara karena dia sendiri sudah cukup tahu bagaimana rasanya tinggal di balik jeruji besi penjara yang dingin.

Minggu pagi ini memang berbeda dari minggu pagi sebelumnya. Biasanya, hari minggu seperti ini Taehyung, Yoongi, dan Jin akan berkunjung ke rumah Hyerin dan membawakannya cemilan untuk dimakan bersama. Namun untuk hari ini rupanya tidak ada cemilan.

Hanya Sujeong yang setia menemani Hyerin di dalam rumah besar ini. Beberapa minggu ini, Sujeong membantu Hyerin untuk mendapatkan universitas yang bagus untuk dimasukinya. Dan seminggu yang lalu mereka berhasil mendapatkan universitas khusus fashion designer untuk Hyerin.

Tidak hanya itu, Sujeong juga telah menemukan universitas yang cocok dengannya. Katanya, Taehyung juga akan masuk ke universitas yang sama dengan Sujeong dengan alasan tidak bisa jauh-jauh dari kekasihnya. Dan alasan itu juga sempat membuat Hyerin bergidik begitu melihat kedua pasangan itu saling tebar pesona tepat di depannya.

“Ngomong-ngomong, apa kau betah pacaran dengan lelaki petakilan dan selalu bersikap aneh seperti Taehyung?” Tanya Hyerin tiba-tiba. Sujeong yang tadinya baru akan menggunakan masker wajahnya langsung menatap heran ke arah Hyerin “Apa-apaan pertanyaanmu itu.” ucap Sujeong seraya menggelengkan kepalanya pelan.

“Aku kan hanya ingin tahu!” cetus Hyerin. Gadis itu lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa seraya mengganti-ganti kanal televisi dengan menggunakan remote.

Ding Dong!

Bel rumah itu menggema di setiap sudut ruangan. Hyerin dan Sujeong yag mendengarnya hanya bisa mengerutkan alis mereka “Apa itu Taehyung dan yang lainnya?” sahut Sujeong. Hyerin hanya mengangkat kedua bahunya tidak tahu. “Biar aku yang membukakan pintunya.” Ucap gadis itu seraya beranjak dari sofa dan berjalan menuju pintu.

Cklek.

Hyerin sempat terkejut begitu mendapati seorang wanita paruh baya berdiri tepat di depan pintu rumahnya. Itu Nyonya Jeon. Beliau tengah berdiri dan tersenyum ke arah Hyerin. Melihat senyuman yang terlihat dipaksakan itu membuat Hyerin cemas. Sebenarnya ada apa sampai ibu mertuanya pulang ke Korea dan tiba-tiba datang langsung ke rumahnya seperti ini?

A-annyeonghaseyo, eomonim.” Sapa gadis itu seraya membungkuk hormat. Gadis itu lalu kembali menatap sang wanita peruh baya dengan tatapan tanda tanya “Pagi-pagi begini ada apa-“

“Ada yang perlu kubicarakan denganmu, Hyerin-ah.” Potong Nyonya Jeon dengan nada serius.

Mendengar itu, Hyerin menekuk alisnya “Ne?”

Hyerin meletakkan secangkir teh yang barusan dibuatnya itu di atas meja. Ia lalu duduk di sofa yang berhadapan dengan Nyonya Jeon. Tatapan cemas itu terarah tepat padanya. Entah kenapa, ia merasa ada yang tidak beres disini.

Nyonya Jeon yang berusaha untuk tetap tersenyum itu lalu memulai percakapan mereka seraya meraih cangkir teh yang baru saja diletakkan Hyerin.

“Aku kembali karena ada sesuatu mengenai Jungkook yang perlu diurus di sini.” Ucapnya. Beliau lalu menyesap teh itu perlahan kemudian kembali menaruhnya di atas meja. Tatapannya kini mengadah pada Hyerin “Jungkook selama ini baik-baik saja disana. Penyakitnya mulai berangsur-angsur membaik. Tapi…”

Sontak Hyerin terdiam begitu mendengar kata ‘tapi’. Wajahnya kembali cemas. Apa ada sesuatu yang buruk terjadi pada Jungkook? Karena jujur saja, firasat Hyerin sedaritadi tidak baik.

Helaan nafas terdengar dari arah Nyonya Jeon. Wanita paruh baya itu lalu melanjutkan kalimatnya “Beberapa minggu ini, keadaannya mulai tidak terkendali lagi. Dia tidak sengaja menemukan ponselnya yang telah kami sembunyikan selama ini dan membaca pesan-pesan dari teman-temannya. Dan di salah satu pesan itu, ada yang berkata padanya bahwa mereka sangat merindukannya, terutama kau, Jung Hyerin.”

“Sejak itu ia kembali meracau. Sifatnya jadi aneh dan kadang matanya jelajatan seperti sedang mencari sesuatu. Ia juga jadi sering mengeluh mengenai rasa sakit yang dirasakannya di bagian belakang kepalanya. Dia… selalu seperti itu jika tidak sengaja mengingatmu secara tiba-tiba.” Jelas Nyonya Jeon yang sempat membuat Hyerin mengernyit tak mengerti

Kenapa harus dia penyebabnya? Ini sama saja Hyerin telah membuat proses penyembuhan Jungkook jadi semakin sulit.

Nyonya Jeon yang tadinya terlihat menundukkan kepalanya itu kini kembali mengadahkan wajahnya untuk menghadap Hyerin. Menatap gadis itu lamat sampai akhirnya berbicara “Kau… terlalu memiliki kenangan yang banyak dengannya. Semua yang ada di memorinya hanyalah kau, Hyerin. Dia terlalu memiliki banyak kenangan indah denganmu karena itu pula penyakitnya jadi sulit disembuhkan.”

“Dia sekarang sedang berhadapan dengan penyakit yang tidak memperbolehkannya untuk mendekati memori yang dapat merusak otaknya sendiri. Tapi, dia seperti menolak untuk disembuhkan dan lebih memilih bersama dengan ingatan samar-samarnya tentangmu itu, Hyerin. ”

Bibir Hyerin bergetar pelan, begitu pula kedua tangannya yang sedang meremas erat ujung kaus yang digunakannya. Apa sebegitu sulitnya kah bagi Jungkook untuk sekedar melupakan semua kenangan itu demi menyembuhkannya? Sungguh, Hyerin benar-benar tidak apa jika Jungkook melupakan semuanya daripada harus menderita dengan penyakit alzheimernya itu.

Hyerin hanya menginginkan Jungkook sembuh, itu saja. Dia benar-benar sudah bisa merelakan kenangan-kenangan indah itu. Mulai dari awal mereka bertemu, awal mereka menjadi sepasang kekasih, awal mereka menikah, sampai ke detik-detik ter-romantis yang pernah Jungkook lakukan padanya, semuanya sudah Hyerin relakan demi kesembuhan lelaki itu.

Kenapa? Karena Hyerin tahu bahwa dia dan Jungkook bisa mengulangnya kembali dari awal. Tanpa ada masalah mengenai Hanbin dan Hwayeon, tanpa ada masalah mengenai amnesia yang dialami Jungkook sampai bisa lupa pada sosok Hyerin, tanpa ada masalah mengenai Jungkook yang memiliki penyakit alzheimer, serta tanpa ada masalah-masalah lainnya yang pernah terjadi pada keduanya.

“Terus terang, aku sebagai ibunya hanya memikirkan satu cara ini agar dia bisa sembuh total.”

Hyerin yang tadinya sedang menunduk itu langsung mengangkat kepalanya. Menatap lurus mertuanya itu dengan tatapan penuh harap. Hyerin akan mengiyakan semua cara yang bisa membuat Jungkook sembuh. Ya, hanya itu yang bisa dirinya lakukan sekarang.

“Satu-satunya cara adalah membuatnya untuk tidak mengingat dirimu lagi. Itu saja sudah cukup untuk menyembuhkannya. Jadi berpisahlah dengannya dan jangan menampakkan diri di hadapannya!”

DEG!

Tidak.

Bukan ini yang Hyerin inginkan.

Dia memang rela jika Jungkook melupakannya, tapi untuk berpisah… Tidakkah itu terlalu tidak adil?

Sudah dilupakan, malah harus berpisah juga. Ini sama sekali tidak adil. Hanya Hyerin yang merasa sakit disini. Hyerin hanya menginginkan Jungkook sembuh dari penyakitnya dan segera mencoba membuat kenangan baru lagi dengan lelaki yang dicintainya itu.

Tapi apa? Sekarang dia diharuskan untuk berpisah dan tidak menampakkan diri di hadapan Jungkook. Itu berarti dia tidak bisa lagi membuat kenangan baru dengan Jungkook.

Hyerin lemas. Matanya memanas, ingin menangis. Gadis itu lalu berucap sembari menahan tangisnya “B-bagaimana bisa aku menjauh darinya dan melupakannya? Selama ini aku selalu menahan rasa rinduku padanya dan sekarang aku harus berpisah darinya? E-eomonim, ini tidak adil. Aku tidak bisa hidup tanpanya jadi kumohon untuk tidak mengambil keputusan-“

“Dia tidak ditakdirkan untukmu! Kalian sama sekali tidak ditakdirkan untuk bersama, kau mengerti?! Kau memang tidak bisa hidup tanpanya, tapi Jungkook?! Dia bisa mati karenamu.” Alis Nyonya Jeon menekuk, wajah beliau terlihat kesal dengan perilaku Hyerin yang menurutnya manja seperti itu walaupun sebenarnya dirinya juga tak tega melihat Hyerin. Setelahnya, Nyonya Jeon ikut menitikkan air matanya sembari menepuk dadanya pelan.

Hyerin mematung. Ia hanya bisa menangis dalam diam dan menunduk dalam.

Dia… mungkin memang harus merelakan Jungkook sepenuhnya. Bukan hanya melupakan ingatan yang lelaki itu miliki, namun juga dengan lelaki itu sendiri.

Tapi, apakah Hyerin memang benar-benar sanggup melupakan orang yang dicintainya? Karena sesungguhnya, melupakan adalah hal tersulit yang pernah ada jika yang harus dilupakannya adalah orang yang sangat berharga bagi hidupnya.

***

Dentingan jarum jam dinding yang menggema di setiap sudut ruangan itu beradu dengan suara mesin yang terdapat di samping ranjang putih dengan kelambu itu. Mungkin hanya itu yang mengisi kekosongan di ruangan serba putih dan dipenuhi alat-alat medis dimana-mana ini selain deru nafas teratur yang dikeluarkan oleh seorang lelaki yang sedang terbaring di atas ranjang putih miliknya.

Jungkook terbaring lemah di atas sana dengan serangkaian selang infus yang menancap di tangan kirinya, menyalurkan cairan bening itu kedalam tubuhnya agar kerja otak lelaki itu dapat berjalan normal saat dirinya sedang tertidur seperti ini.

Kelambu yang berada di sisi-sisi ranjangnya bergerak pelan begitu seorang tim medis masuk ke dalamnya sembari memegang sebuah suntik. Rupanya lelaki itu akan disuntikkan sesuatu, berupa cairan bening namun sedikit kuning.

Sebelum sang tim medis dengan masker hijau itu berhasil menyuntikkan cairan itu pada tubuh Jungkook, ia melihat angka-angka yang ada di mesin kecil yang terdapat di sebelah ranjang Jungkook terlebih dahulu. Setelah mengamatinya dengan seksama dan merasa bahwa semua angka-angka itu normal, dia tidak jadi menyuntikkan cairan bening yang diisi penuh pada suntikan itu pada Jungkook. Dia lalu berbalik dan keluar dari kelambu.

Tidak beberapa lama kemudian, mata jungkook mengerjap perlahan dan terbuka. Lampu-lampu terang dimana-mana yang menjadi sumber penerangan ruangan serba putih ini membuat lelaki itu menyipitkan matanya. Terlalu silau untuk dilihat oleh seseorang yang baru saja bangun dari tidur dua belas jamnya.

Saat itu juga, dokter yang merawatnya itu datang dan tersenyum “Oh wow, kau sudah bangun rupanya, Tuan Muda Jeon.” Ucapnya basa-basi.

“Biasanya obat itu akan berlangsung sampai empat-lima jam, tapi reaksinya kenapa jadi lebih cepat hilang dari sebelumnya, ya?” tanya dokter itu entah pada siapa. Karena jujur saja, Jungkook tidak mendengarnya sama sekali. Lelaki itu hanya fokus mengedarkan pandangannya dengan tingkah kebingungan.

Setelah sibuk memandangi sekelilingnya, Jungkook lalu terdiam menatap sang dokter yang berdiri tidak jauh dari ranjangnya. Lelaki itu hanya memandangnya lemah lalu berucap pelan, lebih tepatnya bertanya “Aku… dimana?”

Dokter itu tidak kaget. Beliau malah menganggap pertanyaan itu normal. Maksudnya normal bagi Jungkook melupakan tempat yang selama setahun ini menjadi tempat kediamannya. Kata sang dokter, ini bisa jadi tanda-tanda sembuhnya alzheimer Jungkook dengan adanya amnesia ringan.

Tapi, ini juga bisa saja menjadi tanda-tanda bertambah parahnya penyakit yang dimiliki Jungkook itu. Karena Jungkook… belakangan ini mulai bertambah aneh.

“Dimana Hwayeon dan Hanbin? A-aku sudah berjanji akan ikut mengerjakan tugas kelompok dengan mereka.”

Ingatan yang tersisa di kepala lelaki itu hanyalah ingatan enam tahun yang lalu.

Selebihnya… hilang.

Mendengar itu, Dokter Kim hanya menyunggingkan senyum tipis lalu berjalan mendekati Jungkook. Menatap pasiennya itu tulus lalu berucap “Mereka sedang dalam perjalanan. Anda bisa tidur dulu, Tuan Muda. Saya akan membangunkan Anda kalau mereka sudah sampai.”ujar Dokter Kim.

Jungkook hanya menatap sang dokter dengan tatapan polos yang disertai dengan tatapan bingung. Lelaki itu hanya diam dan kembali menarik selimutnya lalu berbaring menghadap dinding yang berada di sebelahnya.

Dokter Kim lalu berjalan keluar dari kelambu. Menemui beberapa tim medis yang sedang duduk di sebuah meja putih serta peralatan-peralatan aneh yang terletak di atas meja itu. Beliau mengucapkan sesuatu pada mereka untuk diketik di sebuah laptop khusus berwarna putih ke-abu-abuan itu. Lalu pada akhir kalimatnya, ia berucap.

“Kemungkinan untuk sembuh hanyalah 3%”

***

Beberapa hari telah berlalu. Hyerin masih saja berada di dalam rumah selama beberapa hari itu. Hari dimana Nyonya Jeon datang ke rumah Hyerin dan menyuruhnya untuk berpisah dengan Jungkook itu pun masih terngiang di kepala Hyerin. Entah apa yang harus dilakukannya mengenai itu. Sungguh, jika dihadapkan soal Jungkook, gadis ini benar-benar lemah. Mengingat Jungkook sudah tidak ada kabar selama setahun lebih lamanya.

Ini terlalu menyiksa dirinya.

Hyerin menghela nafasnya. Berada di rumah berlama-lama membuatnya sesak. Ia harus mendapatkan sedikit udara segar untuk bisa menghadapi semua masalah yang dimilikinya sekarang.

Gadis itu lalu segera beranjak dari ranjangnya. Dia berjalan gontai menuju lemari pakaiannya dan mengambil kardigan panjang berwarna putih polos serta sebuah syal berwarna biru muda yang tergantung di gantungan yang terletak tepat di samping lemarinya.

Ya, sepertinya dia memang butuh sedikit udara segar.

Hyerin pun berjalan keluar dari kamarnya dengan tatapan lurus serta wajah datar. Bibirya yang pucat menambah kesan menyedihkan gadis itu.

Tujuannya adalah sungai Han. Satu-satunya tempat yang bisa merilekskan dirinya hanya dengan melihat arus dari sungai Han yang terlihat beraturan dan lampu-lampu indah di sekitar jembatan. Sesampainya di sungai Han, gadis itu berdiri tepat di atas jembatan yang berada di atas sungai Han. Menopang dagunya di pembatas jembatan itu dan memandang kosong sungai Han di depannya.

Beberapa hari ini, semua persoalan mengenai dirinya dan Jungkook terus saja menghantuinya. Pikirannya benar-benar sudah kacau saat ini, tidak, beberapa hari ini. Dia sudah muak dengan otaknya sendiri yang selalu memerintahkan dirinya untuk merindukan Jungkook.

Pikirannya kembali memutar saat dimana gadis itu pertama kali bertemu dengan Jeon Jungkook.

Jika kalian pikir Hyerin bertemu dengan Jungkook saat sekolah menengah beberapa tahun lalu, kalian salah besar. Mereka telah bertemu sebelum itu.

Di depan sebuah toko roti, pada malam tahun baru tepatnya. Saat itulah Jungkook dan Hyerin bertemu. Disaat Hyerin kecil sedang tersesat di tengah-tengah kerumunan orang-orang yang sedang bertahun baru, disanalah Jungkook datang dan membantunya menemukan sang kakak, Hoseok yang saat itu memang sudah terpisah dari Hyerin. Setelahnya mereka jadi sering bertemu dan bahkan merencanakan untuk masuk ke sekolah menengah yang sama.

Entahlah, seperti sebuah takdir bukan?

Lalu pikiran gadis itu kembali memutar kejadian disaat Jungkook dan dirinya sedang menghadapi seekor kecoa di kamar Jungkook.

Kejadian konyol itu membuat Hyerin terkekeh kecil walaupun matanya sudah dipenuhi oleh air mata yang sebentar lagi akan jatuh itu. Mengingat saat dimana Jungkook berlarian ketakutan layaknya anak perempuan dan berteriak-teriak tidak jelas serta melompat-lompat kecil di atas ranjang saat itu membuat Hyerin ingin tertawa.

Namun, bukannya tertawa, gadis itu malah menitikkan air mata dibalik tawa yang terdengar menyedihkan itu.

Lalu tak lama kemudian, tawa itu menghilang, tergantikan dengan isakan tangis yang sedikit demi sedikit terdengar keras.

Hyerin… kembali menangis pada malam itu.

***

Langkah kaki gadis itu terdengar terburu-buru. Begitu membuka pintu besar rumah milik Hyerin, Sujeong segera masuk ke dalam lalu dengan cepat menerawang setiap sudut ruangan yang ada di dalamnya dan memanggil-manggil nama temannya itu.

Sudah beberapa hari ini Hyerin tidak mengabarinya dan bahkan tidak lagi memanggilnya untuk berkunjung ke rumah. Awalnya Sujeong mengira Hyerin sudah tinggal di rumah kedua orangtuanya. Namun, barusan orangtua Hyerin menelpon adn menanyakan pada Sujeong mengenai kabar anak mereka itu. Itu berarti Hyerin tidak sedang berada di rumah orangtuanya.

Sujeong pun langsung menuju ke sini untuk sekedar memeriksa apakah Hyerin baik-baik saja. Karena beberapa saat yang lalu, setelah selesai bertelpon dengan orangtua Hyerin, Sujeong teringat akan kejadian beberapa hari lalu saat Nyonya Jeon berkunjung ke rumah Hyerin.

Pasalnya, setelah kepergian Nyonya Jeon saat itu, sikap Hyerin tiba-tiba saja berubah. Wajahnya jadi terlihat murung dan menyedihkan. Sujeong sudah menanyai Hyerin, namun jawabannya benar-benar membuat Sujeong bingung.

“Aku harus berpisah dari Jungkook.” Lirih Hyerin. Mendengar itu, Sujeong mengerutkan alisnya dan segera meraih tangan Hyerin “Apa yang terjadi? Tunggu, apa Jungkook telah sembuh?”

Temannya itu hanya menggeleng pelan lalu berucap “Aku tak tahu. Aku tidak bisa memahami situasi ini. Semuanya terlalu tiba-tiba.”

Sujeong hanya bisa mengelus pundak Hyerin begitu melihat temannya itu meneteskan setitik air mata “Baiklah, aku mengerti. Tapi, bisakah kau katakan apa yang Nyonya Jeon sampaikan padamu?” tanya Sujeong.

“Dia mengatakan bahwa penyakit Jungkook itu berkaitan denganku. Setiap mendengar namaku, dia akan segera memutar kembali memorinya tentang diriku dan akan bertingkah tak terkendali. Dan itu hanya akan terjadi jika dia mendengar atau mengingat namaku. Dia memiliki banyak kenangan denganku dan itu mempersulit masa penyembuhannya.” Jelas Hyerin dengan sedikit terisak. Sujeong kini mengerti. Ah, mungkin karena itu Hyerin harus berpisah dengan Jungkook.

Hyerin menunduk, meneteskan air matanya lagi “Aku… tidak tahu harus berbuat apa.”

“Lebih baik aku mati daripada harus berpisah darinya.”

Sontak Sujeong menyela “Apa maksudmu dengan mati? Jangan melakukan hal bodoh, Jung Hyerin!” ujar gadis itu seraya mengguncangkan pelan tubuh temannya. Hyerin hanya dam dan terus menangis, tanpa peduli suara Sujeong yang sudah menyuruhnya untuk berhenti menangis.

Karena kejadian itulah, Sujeong berpikir bahwa Hyerin akan melakukan hal yang tidak-tidak. Dia begitu khawatir sampai-sampai merelakan makan malamnya dengan Taehyung hanya karena untuk memeriksa keadaan Hyerin. Dan apa yang dilihatnya sekarang semakin memperkuat dugaannya.

Hyerin… gadis itu tidak ada di rumah pada jam yang selarut ini.

Heera yang kebetulan malam itu menginap di rumah Hyerin keluar dari kamarnya begitu mendengar suara ribut-ribut di luar “Ada apa, unnie?” tanya Heera seraya melempar pandangan bingung pada Sujeong yang terlihat panik.

Mendengar suara yang familiar itu, Sujeong menoleh “Dimana Hyerin?”

“Ah, Hyerin unnie… barusan Hyerin unnie berpamitan padaku ingin pergi ke Sungai Han. Tapi anehnya, dia menggunakan kain tipis padahal diluar begitu dingin.”

Sujeong menekuk alisnya “Apa katamu? Sungai Han?!” Ulang Sujeong dengan suara yang terdengar lebih panik dari sebelumnya.

“Sujeong-ah!”

Seruan Taehyung dari lantai bawah membuat Sujeong dan Heera sontak menengok ke bawah. Dilihatnya Taehyung yang sedang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa ditebak. Langsung saja Sujeong bertanya “Ada ap-“

“Dia bunuh diri.”

Sontak saat itu juga Sujeong dan Heera yang mendengarnya memasang tampang terkejut.

“Siapa? Hyerin unnie?!” Tanya Heera cemas.

Lelaki itu menggeleng.

“Kim Hanbin.” Ia lalu menunjuk televisi yang menampilkan berita mengenai Hanbin. Sujeong dan Heera hanya bisa melempar pandangan bingung sekaligus kaget begitu mendengar jawaban Taehyung. Sementara itu, televisi besar berwarna hitam itu terlihat sedang menampilkan berita mengenai kematian Hanbin.

‘Telah ditemukan seorang mayat laki-laki di tepi Sungai Han malam ini, jam sembilan. Setelah diidentifikasi, mayat ini adalah anak dari Perdana Menteri Kim yang juga adalah pemilik Kim Company, Kim Hanbin yang baru saja keluar dari tahanan remaja beberapa waktu ini setelah ditahan karena telah melakukan percobaan pembunuhan.’

***

Beberapa saat sebelum kematian Hanbin…

 

“Disini, rupanya.”

Tiba-tiba suara seorang lelaki mengejutkan Hyerin dari belakang. Sang pemilik suara, Hanbin, berjalan menuju Hyerin yang berdiri dengan tangan yang memegang erat besi pembatas jembatan sungai Han itu.

Melihat seseorang datang dan berdiri di sebelahnya membuat Hyerin dengan otomatis menghapus air matanya dan menoleh “Ada apa kau kemari?” Tanya Hyerin dengan suara seraknya.

Lelaki itu terdiam sebentar lalu bertanya balik “Apa kau masih menunggu Jungkook?”

Kini, giliran Hyerin yang terdiam. Namun sedetik kemudian, gadis itu menatap Hanbin lalu tersenyum pahit “Ya…” jawabnya lemah.

Hati lelaki itu retak. Melihat Hyerin yang selama ini sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri terlihat menyedihkan seperti ini membuatnya sakit. Matanya yang sembab serta hidung memerah itu membuat Hanbin merasa seperti manusia yang telah berlumur banyak dosa karena telah membuat gadis seperti Hyerin menderita hanya karena perbuatannya.

Hanbin pun hanya bisa mengelus pelan pipi gadis itu dan berucap “Maafkan aku… Aku tak tahu bahwa selama ini seluruh perbuatanku padamu dan Jungkook begitu semengerikan ini. Aku telah menyadari semuanya. Aku… telah menyakitimu.”

“Dan yang bisa kulakukan sekarang hanyalah… meminta maaf.”

Hyerin memilih untuk diam dan mendengarkan seluruh perkataan Hanbin sementara kedua matanya menatap Hanbin lekat. Merasakan penyesalan lelaki itu melalui cara pandangnya. Memang lelaki itu sudah terlalu menyiksanya dengan segala perbuatannya tapi mau bagaimana lagi? Hyerin tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Hanbin karena Hanbin melakukan semua ini bukan karena keinginan lelaki itu sendiri.

Lelaki itu menunduk, melepas tangannya dari pipi Hyerin.

“Ayahku… memintaku untuk merebutmu dari Jungkook” ujar Hanbin.

Hyerin mengerutkan alisnya. Sudah diduganya, bahwa Perdana Menteri Kim tidak akan menyerah begitu saja demi perusahaannya agar bisa melambung tinggi dan sejajar dengan perusahaan keluarga Hyerin dan Jungkook yang notabene sudah terkenal di seluruh Korea Selatan. Beliau serakah. Dia menginginkan sesuatu tanpa peduli bahwa dia telah menyiksa banyak orang.

Terutama Hanbin. Hyerin tahu lelaki itu sudah cukup tersiksa dengan segala keinginan Perdana Menteri Kim.

“Apa kau tidak lelah? Melakukan semua yang diperintah ayahmu?”

Hanbin tersenyum getir “Sesungguhnya aku sendiri sudah muak dengan semua ini. Aku sudah muak dengan ayah, aku sudah muak dengan kehidupan kotorku ini. Tapi bagaimanapun juga tujuanku melakukan semua ini adalah hanya untuk melihat beliau senang dan tersenyum bangga padaku. Karena aku tahu, selama ini aku belum bisa membuatnya tersenyum bahagia dan membanggakanku didepan seluruh orang yang dikenalnya. Dia pernah berkata padaku bahwa aku adalah anak yang tidak berguna. Karena itulah aku ingin menjadikan kehadiranku dihidupnya jadi lebih berguna. Walaupun harus melakukan hal sekeji apapun, demi ayahku, aku rela melakukannya. Meskipun aku tahu aku akan mendapatkan sebuah hukuman besar akan itu.”

“Dan kau tahu? Tak peduli betapa menakutkannya dunia, orang jahat selalu menerima hukuman.” Lanjut Hanbin.

Mendengar itu, Hyerin hanya bisa mengeratkan pegangannya pada besi pembatas jembatan itu. Kenapa ia merasa sakit? Kenapa ia merasa kasihan pada Hanbin? Setiap kata yang diucapkan Hanbin kenapa terdengar sangat menyakitkan? Hyerin sendiri tidak tahu kenapa ia harus merasa kasihan kepada Hanbin yang telah membuat hidupnya menderita sekaligus membuatnya kehilangan orang yang sangat dicintainya.

Entahlah, semua perkataan Hanbin, tatapannya, bahkan nada suaranya semuanya terasa menyedihkan bagi Hyerin.

Yang herannya, Hanbin bisa menutup semua kesedihan dan kepedihan hidupnya dengan seulas senyum yang telihat sedikit dipaksakan dan bertingkah seolah tidak ada yang terjadi didalam hidupnya.

Dia… berpura-pura baik-baik saja disaat semuanya begitu terasa sulit baginya.

Dan Hyerin tahu, bahwa itu tidak mudah.

Karena itulah Hyerin kasihan padanya.

“Hey. Bernafaslah! Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak akan memakanmu.”

Teguran Hanbin barusan menyadarkan Hyerin yang sedari tadi hanya diam memandang lelaki dihadapannya itu. Hyerin lalu segera menggaruk tengkuknya pelan lalu tertawa kaku.

Hanbin ikut terkekeh pelan melihat tingkah laku Hyerin. Lelaki itu lalu memegang perutnya setelah ia sadar bahwa perutnya barusan mengeluarkan suara aneh yang cukup panjang.

Lalu dengan wajah memelas, Hanbin menatap Hyerin seraya memegang perutnya sendiri “Bicara soal makan, bisakah kau membelikanku sosis? Aku lapar. Hehe.” Ucap Hanbin dengan wajah konyolnya. Hyerin yang melihatnya hanya bisa tertawa kecil “Arasseo, akan kubelikan. Kau tunggu saja disini.”

Hyerin tersenyum tipis sebelum akhirnya segera bergegas pergi membelikan sosis untuk lelaki itu. Namun, sebelum Hyerin benar-benar melangkahkan kakinya pergi menjauh dari Hanbin, lelaki itu memanggilnya.

“Hyerin-ah!”

Gadis itu menoleh. Menatap Hanbin dengan tatapan tanda tanya.

Lelaki itu terdiam sebentar. Memandangi wajah bingung gadis itu cukup lama dari kejauhan, lalu menggeleng seraya tersenyum lebar “Tidak, maksudku hati-hati!”

Hyerin yang tidak mengerti dengan maksud Hanbin barusan hanya bisa mengerutkan alisnya lalu tersenyum manis kemudian berbalik.

Ah, iya! Dia lupa menanyakan apa Hanbin ingin dibelikan minuman juga. Bukankah makan sosis dan bir disaat seperti ini adalah yang terbaik? Tapi, siapa tahu Hanbin sedang tidak selera untuk menikmati bir saat ini. Jadi, tidak ada salahnya kan Hyerin bertanya padanya?

Gadis itu lalu berhenti. Memutar balikkan arah langkah kakinya dan menghadap ke belakang. Namun, ia terhenti setelah menyadari sesuatu yang aneh saat ia berbalik.

Hyerin terdiam mematung. Menatap kosong pembatas jembatan yang barusan dinaiki Hanbin. Lalu detik berikutnya, Hanbin melepas pegangannya dari pembatas jembatan.

“Kim Hanbin!!!”

Gadis itu berlari. Kedua matanya terlihat memerah, ia sedang menahan air matanya namun tetap saja cairan bening itu menetes dari pelupuk matanya. Selang waktu satu detik barusan adalah saat dimana Hyerin merasakan rasa penyesalan yang luar biasa. Dia bahkan tidak tahu kenapa dia hanya diam saja tadi melihat Hanbin jatuh begitu saja dari atas pembatas jembatan.

Namun semuanya sia-sia. Sesampainya di pembatas jembatan, yang dilihatnya hanyalah air sungai yang deras serta gelembung-gelembung air yang bergerak mengikuti arus sungai.

Dia terlambat.

“Kim Hanbin!!! Hanbin-ah!!” teriak gadis itu di sela-sela tangis kerasnya. Ia terduduk menatap kosong air sungai Han yang terlihat suram itu.

Apakah ini akhir dari semuanya? Apakah ini akhir dari segala penderitaannya? Apakah ini juga adalah akhir dari ceritanya dengan Hanbin?

Hyerin bahkan tidak ingin mempercayai semua ini. Seluruh bayangan-bayangan yang telah diimpikannya berakhir disini. Bayangan-bayangan masa depan dimana dirinya, Hanbin, dan Jungkook akan berjalan bersama dan tertawa bahagia. Bayangan masa depan dimana dia, Jungkook dan Hanbin akan memperkenalkan anak-anak mereka masing-masing.

Bayangan masa depan yang begitu indah, yang telah Hyerin impikan sejak dulu.

Jadi, semuanya berakhir disini.

“Kim Hanbin, kumohon. Tidak! Hanbin-ah!!!”

Semakin lama dan deras air mata gadis itu mengalir, semakin percaya juga dirinya bahwa semua ini adalah kenyataan. Bukan sekedar mimpi malam yang menakutkan dan juga suram.

Semakin keras teriakan gadis itu, semakin kuat juga pemikirannya bahwa memang…

Semuanya telah berakhir disini.

Segalanya. Mulai dari kenangan indah masa sekolah menengahnya dengan Hanbin, pertemanan eratnya dengan Hanbin, bahkan sampai masa-masa sulit disaat dirinya dibuat menderita oleh Hanbin sendiri. Semuanya berakhir dengan tangisan. Bukan dengan tawa bahagia.

Masih teringat jelas di ingatan gadis itu bagaimana lebarnya senyuman Hanbin barusan. Bagaimana tatapan tulus lelaki itu padanya. Bagaimana lembutnya suara lelaki itu saat mengucapkan sesuatu padanya. Dan sekarang, untuk kedepannya, Hyerin tidak bisa lagi melihat senyum lelaki itu. Tidak disangkanya, bahwa tadi adalah senyuman terakhir yang diberikan Hanbin padanya.

Memang, ini akhir bagi penderitaannya. Tapi kenapa ia merasa begitu sedih dan merasa kehilangan?

Benar.

Semua itu karena dirinya yang telah menyayangi Hanbin sebagai seorang kakak.

***

Hyerin tampak menggunakan gaun hitam selutut yang polos. Rambut panjang yang tergerai bebas di punggungnya terlihat beterbangan pelan saat angin menerpa. Gadis itu berdiri tepat di samping pohon besar yang terletak tidak jauh dari tempat upacara kematian Hanbin. Dirinya memandang hampa dataran hijau penuh rumput di depannya sembari sesekali menghela nafas panjang guna menahan air matanya untuk tidak kembali menetes.

Sudah cukup ia terus menangis sejak kemarin dan kini ia tidak mau lagi menangis. Entah sudah berapa banyak air mata yang dikeluarkannya sejak kemarin. Ia sudah lelah menangis. Gadis sepertinya sama sekali tidak biasa menangis dan itu membuatnya lelah sendiri.

“Kim Hanbin… Jeon Jungkook… Kalian berdua benar-benar…” gumam gadis itu. Tangan kirinya kini berada tepat di depan dadanya. Ia merunduk pelan, mencoba untuk tidak menangis. Menahan sekuat tenaga cairan bening itu untuk keluar dari matanya. Entah kenapa mengucapkan dua nama lelaki itu saja membuatnya ingin menangis.

Namun, sekuat apapun dirinya menahan air matanya untuk tidak keluar, tapi tetap saja ia menangis. Tangisnya bahkan pecah saat itu juga. Dengan sesenggukan, ia bergumam pelan pada dirinya sendiri.

“Sungguh, aku benci menangis lagi tapi karena kalian-hiks. Aku merindukan kalian dan sekarang aku tidak bisa menatap kalian secara langsung. Aku harus bagaimana?”

“Aku tidak lagi bisa bertemu dengan Hanbin yang mengesalkan dan selalu membuat masalah”

“Aku tidak lagi bisa bertemu dengan sosok Jeon Jungkook yang dingin namun penuh kasih sayang”

“Aku tidak lagi bisa melihat dirimu, Hanbin-ah”

“Aku tidak yakin bisa melihatmu lagi, Jeon Jungkook.”

Dan setelahnya, Hyerin menangis lagi. Untuk ribuan kalinya, dia meneteskan air matanya.

Tapi setidaknya, ia sudah berjanji dalam hatinya. Bahwa ini adalah kali terakhir baginya untuk menangis. Karena ia yakin, rencana Tuhan justru lebih baik dari rencananya. Karena ia yakin, suatu hari nanti, tangisannya ini akan terbayarkan dengan senyuman bahagia.

Dan karena ia yakin, orang yang saling mencintai akan bertemu kembali. Seberapa pun jauhnya mereka, tapi tetap saja pada akhirnya mereka akan kembali bersama.

Jika, Jungkook memang benar-benar mencintainya, dirinya yakin bahwa ia akan bertemu dengan Jungkook kembali.

Entah itu besok, lusa, atau nanti.

***

Para tim medis terlihat berlarian keluar masuk dari kamar yang ditempati Jungkook. Semuanya kelihatan panik. Tak henti-hentinya dokter Kim mengarahkan mereka untuk mengambilkan segala alat yang diperlukannya—

—untuk menyelamatkan sang pasien yang ditanganinya itu.

“Bawa dia ke ruang operasi, cepat!!!”

~~~~~~~~

“Sejahat apapun tindakan manusia, keinginan utamanya adalah untuk dicintai. ”-Kim Hanbin

 

-To Be Continue-

Haloha~ [MUST READ]

Astaghfirullah aku baru muncul ini mohon maaf. Kemaren-kemaren sih maunya ngirim lanjutannya tapi apalah dayaku yang hanya seorang siswi kelas 9 yang selalu dihantui oleh tugas-tugas, mulai dari presentasi sampai tugas praktek dan juga simulasi dan try out yang begitu melelahkan dan menyebalkan-_- (Bagi kalian yang udah baca curhatan gaje ku yang ada di blog pribadiku dan yang sudah mengerti dan memahami situasiku, terima kasih. Gamsahamnida. Arigatou. Thank you, sebesar-besarnya :*)

Aku minta maaf sebesar-besarnya bagi kalian yang udah karatan nungguin ini chapter 16 yang ternyata MASIH ADA ’BAGIAN B’ NYA.

Ya Allah, ini kenapa aku kok buat cerita satu chapter bisa panjang gini jadinya dipisahin chapter 16a sama 16b. Kalian masih digantung olehku, ya ampun maaf. Ini kenapa gak langsung end aja sih ah elah panjang banget -_-

Ohya, btw aku mau minta saran nih.  Menurut kalian, aku buat akun wattpad aja atau gimana? Ehe -v- soalnya yang lain pada minta akunya buat bikin akun wattpad. Yaudah sih, minta saran dari kalian aja. Atau kalo kalian males ngasih saran, jawab aja “Iya” apa “Nggak usah” ehe -u-

Udah itu aja, author note nya kepanjangan. Udah ya :* sampai ketemu di chapt 16b hehe ~~

Regard,

Yoohwanhee

44 pemikiran pada “[BTS FF FREELANCE] Trapped in a Marriage – (Chapter 16a)

  1. Happy End pleasee…. gaapa jungkooknya amnesia tp nnti hrus inget lg ama hyerin :v anjuuu…

    Tp klw aku watpad ku ga tau caranya bkin, ak ga pnyk akun watpad
    Bagi cara please!

    Disukai oleh 1 orang

  2. ini yang aku tunggu dari dulu……….
    kenapa chap ini baru muncul sekarang ???
    jungkook makin parah aja sakitnya, hanbin gue turut berduka, dan untuk hyerin yang sabar ya… semoga author bikin ceritanya happy ending nanti ….
    beneran deh ini chapter ter-baper selama aku baca ff TIAM. sedih juga harus liat hyerin sama jungkook kepisah. btw thor salah satu alasanku untuk tetep ngunjungin BTS FFI ini adalah untuk ngecek update chapter 16 TIAM.
    ok thor koment ku kepanjangan, semoga author cepet update chap 16 b-nya. See You Thor…..

    Suka

  3. Akhirnya update juga chapter terakhir…^^
    Tapi kenapa harus ada bagian A-B nya?? Waee??–“X(
    Lumutan aku nungguin, sampe lupa cerita sebelumnya kayak apa/ahh lupakan–
    Jangan bilang ini Sad end, Andwee!!! harus Happy end, Jeball!! udah cukup ya baca ff bagus, tapi ending nya Sad;(
    Jungkook jangan sampe mati gara2 penyakit (yg namanya aneh itu!) btw itu penyakit beneran ada ya??’-‘
    Hyerin bertahanlah meski itu menyakitkan/ciaahh kata2 nya bijak sekaleh:3

    SETUJUU!!!
    iya bikin akun diwattpad aja, Jeball:3 pasti ku polow deh^^ okeh??
    sekian, ku tunggu CHAPTER 16 B nya yahh:3:3:3

    Suka

  4. Akhirnya setelah sekian lama, publish juga..
    Iya thor buat aja
    Thor plis bnget jungkook nya jngan mati dongg.. bikin happy ending aja yaa .. pliss .. dadaku sesek bnget pas tau kemungkinana jungkook sembuh cuman 3% 😭 huhu..

    Suka

  5. ff nya bagus sekaliiii suka suka suka
    seharian bacanya dari chapter awal smpe sekarang
    untuk chapter ini sedih bacanya
    next ya thor, secepatnya pliss

    Suka

  6. akhirnya di update jyga😀

    kirain itu yg datang si jungkook eh ternyata si hanbin😂😂
    keren thor, please happy ending ya thor hehehe

    iya thor bikin aja akun di wattpad

    Suka

  7. akhirnya update juga😀

    keren thor, kirain itu yg datang si jungkook eh ternyata si hanbin 😂😂😂

    semoga happy ending

    iya thor buat aku wattpad aja😁😁😁

    Suka

  8. Aaa,makasih byk thor udh update lagi >.<
    Aku sampe lumutan nunggu ini,bolak balik masuk blog ini blm ada juga wkwk
    Semangat terus thor (^○^)9
    Suka bgt sama cerita ini,jgn lama2 updatenya yaa
    Harus happy ending ^^

    Suka

  9. Yoohwanhee, akhirnya setelah sekian abad aki nunggu (?!) hehe akhirnya update juga… aduh greget chap ini, Kenapa Jungkook harus lupa kenangannya dia sama hyerin…huuuuT_T sedih banget yakkk…
    semoga chap selanjutnya mereka berdua bersatu kembali, happyend pokoknya :v

    Yoohwanhee aku tau perasaanmu saat tugas tu numpuk banyak banget lagi, apalagi dah kelas 9, siap siap Yoohwanhee untuk tryout2nya nanti hehe fighting ya, oh ya saranku Yoohwanhee buat aja akun wattpadnnya^^ >.<
    Hehe maaf kebanyakan comment aku ni, oke babay Yoohwanhee, sampai jumpa di chap berikutnya…. 😀

    Suka

  10. Huwaaaaaaa akhirnya dinext juga sampe ini udah semester 2 gue thor.
    Ya ampuh aku kira yang dateng tadi Jungkook ternyata Hanbin? itu bpaknya hanbin kelewatan yakkk😑😑😑.
    Jungkook sakitmu bikin sakit Hati Yerin😢😢😢 Cepet sembuh kook .
    Hanbin tenang disana kyaaaa😧😧😧.
    ——
    boleh thor bikin Watpadd😊

    Suka

Leave a Review