[Boys Meet What?] Truth Beetwen Us – Oneshot

| Truth Beetwen Us |

| Cast! [BTS] Jeon Jungkook, [OC] Sarah Lee |

| Support! [OC] Kim Young |

| PG-17 || Fluff, slight! Thriller, Mystery || Oneshot |

[a/n] I just own the original character and storyline

Zhiel99’s present © 2k16

.

.

“When someone who hide the truth about herself.”

.

.

“Aku selalu salah di bagian ini, dan mengapa rasanya ada yang kurang?”

Ia memiringkan kepalanya, kemudian berdecak pelan. Mengulang untuk menyanyikan lagu garapannya dari awal adalah jalan yang dipilihnya.

“Hei, kau sedang apa, Kook-ah?”

Bangku taman yang tadinya hanya ditempati oleh seorang pemuda dengan gitarnya kini bertambah setelah kehadiran seorang gadis yang duduk di samping Jungkook sambil meluruskan kaki. Fokus Jungkook yang tadinya berada pada gitar dan lagu langsung beralih kala netranya menangkap sepasang kaki yang salah satunya dibalut perban. Kepalanya seketika menoleh, melihat wajah gadis yang tengah menatapnya menunggu jawaban.

“Kakimu kenapa lagi? Kenapa diperban?”

Yang ditanya hanya menggeleng sambil tersenyum tipis.

“Tidak, tidak apa kok. Bukan sesuatu yang perlu untuk dipikirkan.”

Dalam hati Jungkook, ia merasa tidak puas dengan jawaban Sarah. Gitar yang semula dipangku kini berganti posisi bebarengan dengan pemilik yang duduk memunggungi si gadis. Punggung mereka saling bersandar, dan suasana larut malam yang sepi menjadi semakin sepi karena tidak salah satu pun dari mereka yang berniat untuk membuka suara.

Banyak kejadian yang mereka alami dalam waktu dekat ini. Jungkook tahu, gadis ini pasti merasa kesepian karena kedua orang tuanya baru saja meninggal. Ditambah, teman baik mereka, salah seorang teman yang biasanya selalu bersama mereka turut menghilang. Tidak ada yang tahu awal kejadiannya bagaimana, yang jelas tiba-tiba saja terdapat sepucuk surat yang isinya permintaan maaf dan sebuah bagian titik air melunturkan tinta di kamar Young–teman mereka. Jelas itu air mata. Isi suratnya pun sedikit tidak masuk akal. Tertulis di surat menyatakan alasan bahwa gadis berambut pendek itu memilih untuk pergi karena dirinya telah menemukan kebahagiaannya yang baru. Rasanya ada yang janggal.

“Jungkook, sebenarnya, luka di kakiku ini kudapatkan antara sengaja dan tidak sengaja sih.” Sarah mencoba untuk membuka percakapan yang sempat kosong karena keduanya memilih diam.

“Tidak usah bercerita, aku tidak akan mendengarkan.”

Balasan dari Jungkook membuat Sarah kembali membungkam mulutnya rapat. Kenyataan bahwa Jungkook seakan menjauh darinya dan bersikap lebih tidak peduli telah khatam dirasakan. Namun, gadis itu belum menyerah. Tapi jika malam ini juga akan berakhir sama seperti sebelumnya, gadis itu akan mundur secara perlahan dan mengikuti alur yang telah dibuat oleh pemuda, seorang temannya semenjak mereka sama-sama menginjak usia usia yang ke-lima belas. Pertemanan mereka telah berjalan enam bulan, dan di saat Sarah kehilangan banyak orang di sisinya, Jungkook seolah-olah ingin melepaskan ikatan antara mereka juga.

Hampir saja Jungkook terjengkang kebelakang kalau saja pengaturan refleks keseimbangannya tidak bagus. Sarah tiba-tiba saja berdiri, padahal ia sedang seru-serunya melamunkan memori masa lalu miliknnya, milik mereka juga.

“Aku, aku harus pulang.”

Sedikit terbata, dengan wajah yang menyembunyikan perasaan sedih, gadis itu membungkuk berpamitan. Tapi seorang Jeon Jungkook cukup cekatan untuk menangkap lengan si gadis dan menahannya sebelum benar-benar berjalan pergi.

“Tunggu, aku akan mengantarkanmu.”

Jungkook bangkit. Pegangan tangannya lepas dari lengan Sarah. Dengan tangan kanannya menenteng gitar, dagunya diangkat mengisyaratkan agar gadis itu terlebih dahulu berjalan di depan. Sarah menurutinya. Jalan yang mereka lewati bukanlah jalan besar. Jam juga telah hampir menyentuh angka dua belas sehingga jalanan menjadi sepi. Memang tidak dapat dipungkiri jika keadaan menjadi canggung, dan sepanjang perjalanan mereka hanya diam ditemani suara hewan-hewan nocturnal.

Napas gadis itu sempat terhenti sejenak. Matanya ikut memastikan barangkali apa yang dirasa indra perabanya kesalahan belaka. Tapi itu benar, indranya masih berfungsi dengan baik. Dia tidak salah, jari-jemari Jungkook memang ditautkan pada jari-jarinya. Kemudian, dimasukkan ke dalam saku jaket hangat milik si pemuda.

“Maaf, aku belum pernah seperti ini sebelumnya, berpura-pura untuk tidak peduli,” Jungkook menerawang ke depan tanpa berniat menatap sang lawan bicara, “dan pada akhirnya, aku tidak dapat melanjutkan karena aku tetap mengkhawatirkanmu.”

Dapat dirasakan Sarah tidak lama setelah kalimat Jungkook selesai diucapkan wajahnya menjadi seperti terpapar sinar matahari pukul dua belas, panas! Atau mungkin ini cara Jungkook untuk memperjelas status Sarah di matanya? Saking terbawa oleh suasana senang, Sarah sendiri sampai tidak merasa kaki yang digerakkannya telah membawa  mereka pada destinasi, rumah Sarah.

“Setelah ini kau harus tidur dengan nyenyak, ya?”

Tidak ada kata yang dapat terucap dari bibir Sarah, hanya sebuah gumaman. Jungkook tidak mengatakan selamat malam atau kata perpisahan padanya. Namun, mata pemuda itu terus mengikuti dirinya hingga ke ambang pintu.

“Um… Sarah?”

Merasa namanya dipanggil, gadis itu menoleh. Bukan sebuah kalimat penjelas yang Jungkook berikan hingga beberapa detik kemudian. Tapi pemuda itu berjalan ke arahnya dalam diam. Sarah sendiri tidak tahu ekspresi apa yang dipasang oleh seseorang yang kini telah menghentikan langkah tepat di hadapannya.

Sesuatu di luar dugaan. Sesuatu yang bahkan dirinya sendiri belum sampai pada ekspektasi yang setinggi ini, benar-benar di luar perkiraannya. Tubuh Jungkook dicondongkan ke depan sejajar dengan tingginya. Dengan mata yang terpejam dan napas yang menerpa wajahnya itu menghipnotis Sarah itu untuk diam pada tempatnya, sungguh tidak bergerak saking kagetnya. Semuanya berlangsung dengan cepat, bibir Jungkook menempel sempurna pada bibirnya selama beberapa saat, menciumnya dengan lembut. Perlahan, pemuda itu menegakkan tubuhnya kembali.

Keadaan kembali canggung.

Sarah yang masih terkejut dan Jungkook yang merasa sedikit malu. Kemudian, dia berdeham untuk memecah keheningan di antara mereka.

“Lupakan saja yang barusan, aku pergi. Selamat malam.”

Setelah rampung kalimatnya diucapkan, pemuda itu segera menyingkir dari hadapan Sarah. Gadis itu sendiri tidak berhenti tersenyum. Untuk pertama kalinya dia merasakan sesuatu yang belum pernah dialami olehnya sebelumnya. Perasaan yang sebelumnya mati dan hidupnya yang hanya dipenuhi dengan bermain-main kini berubah. Setelah punggung Jungkook yang berjalan pergi menghilang, dia berbalik dan cepat-cepat masuk ke dalam rumah. Pemuda itu akan menjadi miliknya.

Sarah berjalan setengah berlari melupakan rasa sakit di kaki yang diperban karena luka sobek. Dia buru-buru menuruni tangga ke ruang bawah tanah rumahnya. Pintu yang dicat menyerupai warna besi itu dibuka, menyajikan pemandangan mengganggu sekaligus menyeramkan bagi orang awam. Tikus-tikus bahkan berlarian mencoba untuk bersembunyi saat gadis itu masuk lebih dalam. Perlahan senyum Sarah  mengembang, semakin lebar, dan menjadi sangat lebar seakan bibirnya yang tersenyum akan membelah wajahnya.

Sungguh pemandangan yang tidak manusiawi. Terdapat beberapa orang di dalam sana dengan keadaan yang sangat tragis. Bahkan salah satu di antara mereka hanya tersisa tulang dan kulit-kulit yang melepuh hingga mengelupas karena dirantai dengan besi panas yang entah dilakukan seberapa lama. Lantai ruangan itu becek karena dibasahi oleh hujan darah manusia-manusia yang tersiksa.

“Hei, Ayah, Ibu, dan Young temanku, sepertinya Jungkook hari ini memperjelas perasaannya padaku. Karena aku sedang bahagia, maka kalian juga harus ikut merasakannya. Bagaimana jika teman-teman kecilku menemani keheningan kalian?”

Gadis itu merogoh sakunya. Tangannya menggenggam hewan mengerikan itu tanpa rasa takut. Kelabang! Tidak ada keraguan, dirinya memasukkan hewan tersebut ke dalam telinga, hidung, hingga mulut ketiga orang yang bahkan tidak berdaya yang berada dalam puncak rasa sakit akan penyiksaan yang mereka alami.

“Untukmu, Young, terimakasih sudah menusukku dengan pisau daging kemarin-kemarin. Jungkook menjadi khawatir padaku.”

Sarah memang seorang pembohong ulung. Mulutnya begitu manis dengan dihiasi ribuan pujian yang siap untuk mengangkat perasaan orang-orang. Kisah mengenai penderitaan memang selalu dapat menarik simpati orang lain pada dirinya. Sebelum ritual penyiksaan rutinnya selesai, gadis itu, Sarah Lee menyeringai. Kelabang terakhir ditarik keras hingga terbagi menjadi dua dengan tangan. Tidak ada rasa bersalah dan iba, binatang yang seakan sedang di ujung ajalnya dimasukkan ke dalam telinga Young, yang menurutnya seorang gadis pengganggu hubungannya dengan Jungkook.

When someone hide the truth about herself, some people would be harmed.

So, what is the truth?

Please don’t be afraid, but they could have been around you.

No one knows, right?

Boy meet what?

Boy meet psychopat.

-FIN-

–[A/N] haloo… aku tau ini fic apa banget dan mungkin sama sekali nggak keren. Author tidak mengidap gangguan jiwa(?), hanya sedikit tertular jadi suka genre thriller gara-gara temen dan nonton beberapa anime e.e mana isi cerita sama posternya nggak nyambung pula >< Tolong jangan pukulin zhi ya(?)

Sincerely,

Zhiel99

8 pemikiran pada “[Boys Meet What?] Truth Beetwen Us – Oneshot

  1. gw suka alurnya..
    tapi peetama ada rasa bosen bacanya tapi endingnya lumayan pas dpt kejutan begitu
    :(( BAGUSS.LON BAGUSS
    AAAHHH ITU EMAKNYA AMA BAPAJNYA DIAPAIN?!

    Disukai oleh 1 orang

    • hai kak raa ^^ terimakasih sudah mau menyemoatkan membaca dan mau komen ya. maaf baru sempat bales komen hehe
      iya… cuma kelintas aja ide yang awalnya fluffy dan akhirnya psycho sih hehe. thanks to you ^^

      Suka

Tinggalkan Balasan ke YoonRaa04 Batalkan balasan