[BTS FF Freelance] Singularity – (Chapter 1)

[BTS FF Freelance] Singularity – (Chapter 1)

 

Title: Singularity (Chapter 1)

Author: Jung Hyun Ri

Main Cast:  Kim Taehyung and Kim Seok Jin (BTS will be come for the next)

Genre: Fantasy, Supranatural, Friendship, Family, Action, Little Mystery.

Length: Chapter

Rating: PG – 15

Disclaimer : Annyeong. Cerita ini hadir hanya sebagai hiburan, jangan terjebak dalam khayalan. FF murni dari author. Happy Reading. 😀

Summary: Jika kalian sekilas membaca tulisan ini, mungkin dalam benak akan tersirat bahwa cerita ini hanya fiksi atau dongeng belaka yang menyebar luas di kalangan masyarakat secara turun-temurun, menceritakan sebuah kejadian menakjubkan yang mampu membawa seseorang terbuai di alam mimpi karena mendengar kisahnya.

.

.

.

Dua pemuda yang memiliki sifat betolak belakang harus disatukan dalam sebuah kelompok tugas, Jin dan Taehyung, mereka berdua tak pernah menyangka akan menjadi sepasang rekan tugas selama liburan musim panas berlangsung. Jin yang sudah faham betul bagaimana menghadapi rekannya yang dinilai cukup dingin dan tak acuh dengan apapun yang terjadi di sekelilingnya merasa sedikit kewalahan karena tingkah lakunya yang memang sulit diajak berkolaborasi ataupun bekerja sama dalam hal apapun itu. Namun di sisi lain Jino merasa menemukan titik terang walaupun entah kapan titik itu akan berubah menjadi peluang besar baginya, hanya satu jawabannya dan ia tahu itu.

Tae kapan kau akan berubah?”

Aku akan berubah apabila kau sudah tidak tampan lagi.” Menjawab tanpa berkedip sedikitpun dari komik yang sedang asyik ia telaah.

Begitulah jawaban yang selalu ia terima, selalu ambigu dan bisa dibilang kurang masuk akal. Otak cerdas, sikap dingin yang diimbangi dengan wajah tampan sudah cukup rapat untuk menyebunyikan sifat buruk Tae yang dibilang menyebalkan.

Jin, seorang pemuda yang mudah bersosialisasi dan dinilai cukup teladan harus lapang dada menerima kenyataan bahwa kali ini ia harus mampu menyesuaikan diri dengan Tae yang anti sosial dan dingin, namun hal itu mendorongnya berasumsi untuk berhasil mengubah lelaki bertubuh jenjang tersebut agar mau diajak beradaptasi di lingkungannya saat ini.

.

.

Sinar mentari memancar di pelupuk bukit membiaskan cahaya fajar di langit Busan, menciptakan tujuh spectrum warna indah di sudut lain dari setetes empun di penghujung ilalang. Nyanyian kalibri seakan menjadi jam dering nan merdu bagi sang pemimpi, menuntun sang tuan beranjak dari pulau kapuknya di pagi buta. Jin yang masih berkutat dengan mimpi indahnya beranjak bangun seketika menatap layar ponsel yang menunjukkan pukul lima dini hari, kali ini ia tak boleh menuruti kemaunan si pria dingin kesekian kalinya, baginya alasan Tae hanya sia-sia belaka, cukup 5 hari sudah ia menunggu Tae menganggukkan kepalanya untuk menyelesaikan tugas kelompoknya itu. Kali ini ia tak mau tinggal diam, sejuk dingin tak lagi terasa mengingat 5 hari sudah waktunya habis terbuang percuma karena alasan irrasional bocah golongan darah AB tersebut.

Waktu telah menunjukkan pukul tujuh tepat, kini ia telah berdiri di depan teras rumah Tae. Sejurus ia mengeluarkan ponsel yang kini tak sabar lagi ingin segera melangkah menuju perpustakan di sudut kota.

Tuutt.. Tuutt..

“Hmm?”

“Tae, aku sudah berdiri di teras rumahmu saat ini. Beranjaklah bangun sekarang juga atau aku akan menarikmu paksa menuju perpustakaan kota. Ok?”

“Terserah kau saja, aku lelah.”

“Apa kau bilang? Dengarlah suara ayam telah berkompetisi membangunkanmu, apa kau tidak kasihan dengan ayam-ayam itu?”

“Tidak.” Tanpa merasa berdosa ia mematikan ponsel dan kembali menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya, tak peduli apapun yang menghalanginya bermimpi.

Tae belum sadar bahwa Jin telah masuk dengan segenggam botol mineral, baginya tak ada kata ampun untuk teman setimnya kali ini.

Byurr…

“Argghh… Jin! Apa yang kau lakukan!” Sontak ia melompat terkejut kedinginan dari pulau kapuk nyamannya dengan memasang wajah kesal menuju sudut kamar.

“Bukankah kau yang memintanya?” Menampakkan senyum kemenangan di wajahnya tanpa peduli melihat keadaan Tae yang menggigil karena ulahnya.

“S..si..apa b..bi..b..ilang?”

“Kau bilang terserah, artinya kau telah mempersilahkanku untuk berbuat sesuka hatiku. Dengan begitu sekarang pergilah ke kamar mandi, aku akan menunggumu. Aku telah menerima beberapa informasi dari judul tugas kita kali ini. Janganlah kau membuang-buang kesempatan selagi kau melihat seberkas cahaya kemenangan di antara dua celah sempit.”

            Kali ini Tae tidak bisa mengelak permintaan Jin yang kali ini berhasil mengguyur tubuhnya, dengan berat hati ia melangkahkan kaki segera mempersiapkan diri.

(Perpustakaan Kota Busan)

“Hei Jin, Bagaimana informasi yang kau dapat?”

“Jadi begini, kali ini kita akan mengambil judul Legenda Gerhana Purnama Biru. Aku sangat tertarik dengan judul itu.” Gumamnya sambil menyusuri rak buku.

“Bukankah kita diberi tugas sejarah, mengapa kau mengangkat judul legenda?” liriknya sedikit antusias mendengar judul yang diutarakan Jin kepadanya.

“Karena aku percaya bahwa Gerhana Purnama Biru bukanlah sebuah legenda namun realita.”

“Mengapa kau begitu yakin?” Tae menghentikan langkahnya yang diikuti Jino karena rasa penasasrannya terhadap pemikiran seorang Jin yang dibilang selalu rasional dan masuk akal.

“Menurutmu mengapa aku begitu yakin?” Garis lengkung yang terbit di bibir kanan Jino disertai tatapan yang meyakinkan membuat Tae semakin penasaran.

Namun kali ini ia merasa sedikit heran dengan perkataan Jin yang menarik perhatiannya, kalau bisa dikatakan ini adalah kali pertama Jin berhasil membuat Tae tercengang dengan perkataannya. Entah mengapa kali ini, lelaki dingin tersebut seperti merasakan de javu kuat, namun pada dasarnya inilah kali pertama ia mendengar kata-kata itu, namun detak jantungnya lebih kuat terpompa membuat pikirannya tertuju pada Gerhana Purnama Biru.

“Hei! Mengapa kau malah melamun?” Tepukan bahu Jin membuayarkan lamunan Tae seketika.

“Ah, tak apa. Aku seperti tidak asing dengan judul yang kau lontarkan tadi.”

“Benarkah? Ah, kau tahu buku sejarah di perpustakaan ini kurang lengkap, ahjussi penjaga bilang kalau buku itu termasuk buku klassik kuno karena keberadaanya sangat langka. Kalau kita ingin mencari buku tersebut, hanya ada di tiga tempat.”

“Lalu bagaimana?”

“Pertama, buku itu berada di museum sejarah nasional di Seoul. Yang kedua buku itu disimpan di perpustakaan tertua Korea Selatan di Gwangju.

“Ah, jauh sekali lokasinya, apakah ada lokasi yang paling dekat dari sini?”

“Ada, lokasi ketiga yakni di kuil tertua tepatnya di Busan. Memang agak jauh, tepatnya di sudut kota dan jaraknya juga tidak jauh dari bukit berhutan.”

“Hutan?” Tae membulatkan matanya seperti hampir keluar dari lubangnya, dalam benaknya hal ini benar-benar de javu yang luar biasa.

“Ya, dan aku mendapatkan informasi bahwa konon katanya, bukit berhutan merupakan tempat dimana hilangnya salah satu kerajaan tertua di dataran Korea berabad-abad silam. Dan di sana pula setiap 50 tahun sekali diadakan perayaan Gerhana Purnama Biru.” Tuturnya direspon sangat baik oleh Tae.

“Lalu?” Tatapan Tae semakin dalam meresap informasi yang di dapatkan Jin.

“Lalu, informasi selanjutnya akan kau temukan apabila besok kau mau berangkat menuju kesana, di sana terdapat perpustakaan klassik. Pemerintah sengaja melokasikan perpustakaan di salah satu bilik besar yang berada di ruang bawah tanah kuil, tidak hanya buku-buku yang dihasilkan dari situ, tetapi banyak buku klassik yang dirawat dengan bik disana. Bagaimana?”

“Kau ini! Ya baiklah terserah kau saja.” Ujarnya berwajah datar seketika menyembunyikan rasa penasarannya kali ini.

“Baiklah besok aku akan menjemputmu tepat pukul 6.”

“Apa? Harus ya kau datang pukul 6?”

“Lokasi yang kita tuju di tempuh dalam waktu kurang lebih 4 jam perjalanan. Sedangkan penerimaan kunjungan wisata disana hanya buka hingga pukul 12 siang saja.”

“Ya. Kalau begitu aku akan pulang sekarang. Aku lelah.” Dengan segera ia meninggalkan Jin sendiri di perpustakaan yang sangat sepi tanpa peduli Jin bagaimanapun juga.

(Kuil Tertua Korea di Busan)

“Akhirnya kita sampai juga disini, udaranya sejuk sekali ya.” Tutur Jin yang sangat menikmati pemandangan alam nan indah yang jarang ia temui di perkotaan.

“Sekarang dimana letak perpustakaan kuil tersebut?” Tae menghela nafas, meraba setiap inchi keadaan yang terhampar disana.

“Aku ingin di temani seorang Tour Guide yang paling senior disini, yang paling berpengalaman dan benar-benar faham tentang sejarah ini.”

“Paling tua maksudmu?” Ucapnya dengan wajah datar.

“Ya begitulah. Ayo kita ajak Haraeboji Choi, sebelumnya aku telah mengkonfirmasikan tentang kedatangan kita dengan beliau.”

“Hah? Kapan kau menelfonnya? Bukankah daerah ini terkenal tidak memiliki hubungan telekomunikasi via apapun, bukankah disini memakai sistem tradisional?”

“Ehhmm, itu.. beberapa hari lalu adikku datang ke sini dalam acara sudy tour, dan aku mendapatkan banyak informasi darinya.” Tuturnya gugup.

“Bukankah kau anak tunggal ya?” Tatap Tae agak sedikit bingung mendengar pernyataan Jin.

“Ya aku anak tunggal, tapi aku memiliki adik sepupu dari ayahku.”

“Oh.” Jawabnya singkat

            Namun dibalik ketidak peduliannya itu, dalam otaknya Tae menyimpan banyak teka-teki yang sangat ingin ia ungkapkan sendiri kebenarannya, namun disamping itu pula ia masih sedikit ragu dengan kata hatinya.

“Selamat datang di Kuil agung tertua di Busan, perkenalkan nama saya Choi Yongguk, dan saya bertugas menjadi Tour Guide kalian selama berkunjung. Ada yang bisa saya bantu?” Ucapnya sambil membungkukkan diri.

“Perkenalkan saya Kim Seok Jin dan ini teman saya Kim Tae Hyung yang pernah saya ceritakan kepada anda Kakek Choi, terima kasih sudah bersedia menjadi pemandu kami selama disini.” Membungkukkan badan seraya menundukkan kepala Tae yang diam sendari tadi untuk memberi kehormatan.

“Ahh.. iya perkenalkan saya Tae.” Seketiak terdiam menatap kakek tua yang tersenyum tak asing padanya.

“Panggil saya Kakek Choi saja tuan muda, saya akan merasa sangat berbaik hati mendengar kalian memanggilku seperti kakek sendiri.”

“Tentu saja.” Menyunggingkan senyuman ramah kepada Kakek Choi.

“Baiklah kek, kalau begitu apakah anda dapat mengantar kami menuju perpustakaan? Dan dapatkah kau menjelaskan beberapa halyang ingin aku tanyakan kepadamu.

“Pertanyaan apakah itu Tuan muda? Sepertinya dari tatapan matamu, saat ini kau sedang dibebani banyak teka-teki yang cukup membuatmu sangat tidak nyaman.”

“Teka-teki…?”

To Be Continue …..

Satu pemikiran pada “[BTS FF Freelance] Singularity – (Chapter 1)

Leave a Review