[Vignette] Good Morning, Fellas!

Good Morning, Fellas!

siluetjuliet

starring: cungcungprut’s gang; [BTS’s] Jung Hoseok; Park Jimin; Kim Taehyung and [OCs] Min Yoonra; Kim Nayeon; Hong Jean

Rating: PG-15 | Genre: Friendship, School-life, failed!comedy

warning! dialog tidak baku
.

Hanya sebuah kisah tidak penting mengenai enam remaja dan rutinitas pagi hari mereka.

.

.

Kala fajar menyingsing, para pelajar pada umumnya akan segera bangkit dari ranjang lantas bersiap-siap berangkat ke sekolah. Lain halnya dengan enam sekawan yang tengah bergulat dengan selimut masing-masing, padahal jarum kecil pada alat penunjuk waktu telah bertandang di angka lima, namun tak ada satu pun dari enam pelajar sekolah menengah atas ini yang bangun dari tidur lelapnya.

Maklum, mereka berenam menghabiskan waktu semalaman mengobrol di media sosial, padahal seorang biduan pernah berkata bahwa begadang jangan begadang, kalau tiada artinya, begadang boleh saja kalau ada perlunya. Namun apalah daya, remaja-remaja ini tidak pernah menghiraukan petuah sang biduan.

Beruntunglah, dua diantaranya–Kim Nayeon dan Hong Jean–memiliki saudara kandung yang baik hati juga rajin bangun pagi. Nayeon memiliki kakak yang lemah lembut dan Jean memiliki adik baik hati yang rutin membangunkan mereka setiap subuh menjelang, sehingga baik Nayeon dan Jean tidak pernah terlambat bangun pagi.

Meski konsekuensinya, mereka harus susah payah berjalan sempoyongan dengan mata menyipit guna menemukan pintu kamar mandi–saking mengantuknya mereka akibat begadang semalam suntuk.

Nayeon dan Jean selalu jadi pasukan pertama yang dengan sukarela menjemput teman-teman lainnya.

Pemberhentian pertama adalah rumah Park Jimin.

Dengan langkah terseok-seok lantaran masih ngantuk berat, Nayeon dan Jean tiba di kediaman keluarga Park. Tidak memakan waktu lama untuk menjemput Jimin, karena Jimin sudah siap di depan pintu dengan senyum lebar bak model pasta gigi. Bantet-bantet begitu, Jimin tetaplah seorang pelajar baik-baik; rajin dan tepat waktu.

Setelah berpamitan sebentar dengan ibu Jimin, serta melahap beberapa potong roti isi pemberian nyonya Park, mereka bertiga lantas melanjutkan ritual penjemputan ke rumah selanjutnya; rumah Jung Hoseok.

Di rumah ini, sedikit tantangan akan mereka hadapi lantaran Jung Hoseok…

Gedubrak!

“ADUH JEMPOL KAKIKU, ADUH TOLONG!”

–Jung Hoseok terlampau ceroboh dan selalu terburu-buru, hingga ada saja masalah yang tercipta. Pagi ini, Nayeon, Jean dan Jimin harus berbesar hati menerima kenyataan bahwa sahabat mereka yang tak ada bedanya dengan kuda itu terjatuh, lantaran jempol kaki Hoseok terantuk kaki meja, sehingga mereka harus membuang waktu lebih banyak untuk mengobati luka Hoseok.

Ketika waktu menunjukkan pukul enam tepat, sambil memapah Hoseok, mereka melanjutkan ke destinasi selanjutnya; rumah Kim Taehyung.

“Eh, kalian, ayo masuk dulu,” sapa Cassie, kakak Taehyung, ketika pintu rumah keluarga Kim terbuka setelah ketukan kesepuluh ditandaskan.

Kemudian, mereka berempat masuk lantas duduk di kursi ruang tamu–lantaran dipersilahkan oleh Cassie. “Tunggu di sini sebentar, ya, kubangunkan Taehyung dulu.”

Beberapa sekon berlalu, terdengarlah kericuhan dari dalam kamar Taehyung. “TAEHYUNG BANGUN! DASAR PEMALAS!”

Bugh!

Dapat diasumsikan, suara barusan adalah suara pekikan Cassie yang berkolaborasi dengan suara hantaman guling pada tubuh Taehyung.

“APAAN SIH CASS, MASIH NGANTUK NIH!”

Bugh, bugh, bugh, bugh!

“MANDI SEKARANG ATAU KUBUNUH KAU, KIM TAEHYUNG!”

“ADUH, ADUH, IYA, IYA MANDI, TAPI BERHENTI DONG GEBUKINNYA, SAKIT NIH!”

Bugh!

Krompyang! Prang!

Bisa dibilang, itu suara lemparan guling terakhir yang mengenai perabot pecah belah, lantaran Taehyung keburu kabur ke kamar mandi.

Suasana berisik begini tak lagi asing di telinga Nayeon, Jean, Jimin dan Hoseok. Kalau boleh, mereka ingin ikut serta dalama ritual menggebuki Taehyung, karena gara-gara bocah itulah mereka berempat hampir mengalami gangguan pendengaran.

Lima belas menit kemudian, Taehyung telah siap–meski dengan seragam yang belum dikancingkan. Juga paras kusut tak ubahnya peribahasa ‘mati segan, hidup tak mau‘.

Perjalanan mereka berakhir di rumah Yoonra. Rumah paling mencekam, lantaran si empunya rumah dipastikan masih terlelap.

Dan, membangunkan Min Yoonra sama saja dengan menyerahkan diri pada harimau kelaparan.

Sungguh, mempertaruhkan nyawa.

“Pagi Kak Yoon, pagi Aeri. Yoonranya ada?” sapa Nayeon pada Yoongi yang tengah bersiap mengantar Aeri pergi ke sekolah.

“Oh, pagi, Nay.” Yoongi membalas sapaan Nayeon, tak lupa diimbuhi dengan senyuman kelewat manis. Hampir saja Nayeon semaput dibuatnya.

“Ehem.” Keempat makhluk lain di belakang Nayeon berdeham kompak–tidak sudi jika presensi mereka diabaikan. Akan tetapi, Min Yoongi tak jua peka. Maniknya tetap bertumpu pada eksistensi Kim Nayeon.

“Selamat pagi kakak-kakak semuanya,” sapa si bungsu, Aeri. “Kak Yoonra masih tidur, tuh!”

Yongi lantas menitah dari atas motor matic merahnya. “Kalian langsung masuk aja ke kamarnya Yoonra, bangunin sendiri, aku sama Aeri berangkat dulu, bye!”

“Dadah kakak-kakak, Aeri berangkat duluan ya!” pamit Aeri yang kemudian langsung melesat pergi bersama Yoongi.

Gulp.

Mereka menelan saliva berjamaah, lantas memutuskan untuk menghadapi ujian kehidupan ini bersama-sama.

Kelima remaja ini pada akhirnya menghampiri kamar Yoonra sambil tak henti berkomat-kamit; berdoa demi keselamatan masing-masing.

“Ra, bangun Ra, udah siang.”

Pejuang pertama, Kim Nayeon, mencoba menggoyang-goyangkan tubuh Yoonra perlahan. Hasilnya, tidak ada pergerakan yang berarti, si gadis Min masih tergolek di atas ranjang.

“Ra, ayo sekolah, kita ada ulangan fisika lho, mata pelajaran favoritmu.”

Pejuang kedua, Hong Jean, berusaha mengiming-imingi dengan embel-embel ulangan harian mata pelajaran kesukaan. Tentu saja, Min Yoonra makin terlelap lebih dalam.

“Min Yoonra sahabatku, seyogianya, bangun kala matahari telah terbit sungguhlah tidak baik bagi kesehatan. Sahabatku, bangunlah.”

Min Yoonra mendengkur makin keras tatkala Pejuang ketiga, Park Jimin, mencoba membangunkan–lebih mirip seperti orang membaca puisi depresi, sih.

Pejuang selanjutnya, Kim Taehyung, tak lagi melakukan pendekatan lisan, melainkan pendekatan aktual, yakni melepas kaus kakinya yang belum dicuci tiga minggu, lantas ditaruh tepat di depan lubang hidung Min Yoonra.

“Argh…” Min Yoonra menggeram perlahan, dan tanpa perlu membuka matanya, ia lekas mengambil kaus kaki Taehyung lalu melemparkannya hingga tepat mengenai wajah Jimin. Sungguh tembakan yang akurat.

Harapan terakhir, Jung Hoseok, mendekatkan bibirnya pada daun telinga Yoonra seraya berbisik, “Ra, Xia Junsu menikah dengan Hani EXID hari ini….”

“TIDAK MUNGKIN!”

Tanpa membutuhkan waktu lama, Yoonra melek seketika dan berteriak–menyangkali berita yang baru saja didengarnya.

Namun, alangkah terkejutnya Yoonra kala mendapati sahabat-sahabatnya tengah berada di kamarnya; mengelilingi ranjangnya.

“Kalian ngapain di sini? Cari mati, ya?” tanya si gadis Min tanpa tedeng aling-aling.

“Anu,” Hong Jean buka suara. “Kita ‘kan harus pergi ke sekolah, Ra.”

“Tauk nih, ngebo mulu kamu, Ra, nggak inget sekolah apa?” Taehyung menimpali.

Sejurus kemudian, tatapan Yoonra berubah bengis. “Udah pada gila ya? Hari ini libur, tahu!”

“Hah?” Nayeon dan Jimin tercengang bersamaan.

“Makanya, kalian itu kalau dapat edaran dibaca yang bener. Hari ini libur, guru-guru pada rapat, tahu!” omel Yoonra pada kelima temannya.

“Lah, berarti kita kecele dong?” Taehyung menepuk dahi.

“Yaudahlah, geser Ra! Aku mau lanjut tidur di sini aja, ngantuk!” Tanpa mendengar persetujuan sang empunya ranjang, Hoseok lekas membaringkan diri di atas pembaringan Yoonra.

“Eh, apa-apaan nih!”

Belum sempat protes dilayangkan oleh Yoonra, kelima sahabatnya keburu merangsek naik ke atas ranjang, lantas tidur berdesakan–mereka terlampau mengantuk rupanya.

Yoonra menyerah.

Pada akhirnya, ia memilih untuk melanjutkan tidur yang tertunda, meski harus berhimpitan dengan kelima temannya di atas satu ranjang.

Padahal, tanpa ia sadari, ia baru saja memberi informasi yang salah. Liburnya baru minggu depan. Tapi, mau bagaimana lagi, enam sekawan itu sudah terlanjur mendengkur saat ini.

Jadi, selamat pagi dan selamat tidur, cungcungprut.

 

—fin.

 

a/n.

aku produktif akhir2 ini, hohoo. Jan bosen liat postinganku nyampah di btsffi yha :’) besokbesok bakal jarang posting kok. uda mulai masuk kulia ;[

Big thanks to: astituidt yg udh ngajarin caranya bikin fake chat, hehehe. Mami lovya nak.

 

Dan, ini bonus obrolan cungcungprut tengah malem yang bikin mereka begadang =) bacanya dari kiri ke kanan yaa…