[What is Your Color?] On the Midst of Busy Day – Vignette

Untitled-1

a fanfiction by darkchocobee

.

Min Yoongi [BTS] and OC as the main cast

Vignette | Slice of life, failed!Fluff | PG-13

.

.

Khusus hari ini, kepalanya terasa nyaris pecah akibat ketidakbecusan para trainee. Kekacauan koreografi yang dibawakan menjadi hidangan utama, membuatnya harus menelan bulat-bulat segala rutukan yang ingin dilontarkannya.

Yoongi memang bukan tipe orang yang akan mengeluarkan semuanya begitu saja. Yang dilakukannya hanyalah memberikan tatapan tajam ke enam trainee itu. Tanpa perlu kata-kata, mereka sudah mengerti.

Didukung oleh kepergiannya di tengah-tengah penampilan, cukup untuk mengatakan secara jelas akan satu hal.

Mereka kacau.

Perlu dipertegas? Kacau.

Kalau perlu, digaris bawah dan ditebalkan.

KACAU.

Ini, kan, cuma satu kesalahan. Berlebihan sekali, sih, Min PD-nim.

Begitu yang Yoongi dengar diam-diam.

Iya, tapi satu kesalahan setiap orang, gerutu Yoongi dalam hati.

Sudah berkali-kali Yoongi mengingatkan mereka untuk berlatih, yang baru-baru ini diketahuinya bahwa waktu-waktu tersebut digunakan untuk bersantai.

Yoongi menghela napas kasar sembari mengacak surai coklatnya, berharap dapat mengurangi amarah yang berputar di dalam hatinya.

Sebagai seorang komposer dan CEO agensinya, Yoongi sudah memberikan yang terbaik. Waktu tidurnya direlakan untuk mengerjakan album baru grupnya. Bergelas-gelas kopi diteguknya walau buruk bagi kesehatannya.

Salahkah dirinya jika ingin memberikan yang terbaik bagi debutnya trainee agensinya? Salahkah dirinya bila ingin trainee-nya menjadi yang terbaik dari grup-grup rookie lainnya? Salahkah ia kalau ingin semuanya sempurna?

Hingga saat ini, pertanyaan yang sama terus berputar dalam benaknya. Pemuda itu tenggelam dalam pikirannya, sementara kedua kakinya berjalan tanpa arah. Mobilnya sengaja ditinggal di kantor dengan alasan ingin berjalan kaki untuk menjernihkan pikiran.

Yoongi sendiri tidak mengerti apa yang membuatnya mengambil keputusan itu. Sejauh yang ia ketahui, dirinya paling malas melakukan kegiatan fisik. Kenapa tiba-tiba ingin berjalan kaki?

Mungkin, otaknya sudah bergeser beberapa senti akibat segala pikiran yang menghantamnya.

Tidak sadar akan ke mana kakinya membawanya, tiba-tiba Yoongi sudah berada di depan lapangan basket yang dulu ia gunakan untuk berlatih. Tatapannya melunak ketika sadar bahwa lapangan ini masih ada, belum tergantikan oleh bangunan.

Diperhatikannya setiap inci lapangan, memutar ulang kenangan-kenangan yang tertimbun di dalam hati.

Ring yang dulu pernah dirusaknya kini sudah terganti dengan yang baru. Retakan-retakan di tanahnya sudah tertutup semen. Bangku berpelitur diletakkan di sisi lapangan, yang dulunya ditempati oleh potongan kayu yang tidak bisa diduduki.

Lapangan ini sudah diperbaiki ternyata.

Yoongi ingat bagaimana dirinya menghabiskan waktu di sini kendati ia membenci segala aktivitas fisik. Yoongi juga ingat bagaimana angin menyapu seluruh lelahnya, membiarkannya menikmati udara yang menyegarkan tubuh, pun masih ingat bagaimana indahnya langit yang dilihatnya ketika berbaring setelah aktivitas beratnya.

Kini, Yoongi malah merindukannya.

Yoongi rindu rasa lelah yang menghantamnya, diikuti oleh kebahagiaan yang membuncah di dada. Ia rindu saat-saat bermain basket adalah pelarian keduanya dari realita.

Yang terpenting, ia rindu teman-temannya yang tidak bisa ditemuinya lantaran kesibukannya.

Sebuah senyuman kecil terukir di bibirnya kala mengingat masa-masa mudanya. Tangannya bergerak untuk melonggarkan dasi yang mencekiknya seharian, kemudian menekuk lengan jas yang akan mengganggu kegiatan bermainnya.

Bermain sekali-kali tidak masalah, pikir Yoongi.

Dan ketika dirinya menyentuh bola basket setelah sekian lama, euforia yang dirindukannya menghantamnya keras, membuatnya mengukirkan sebuah senyuman lebar yang menampakkan gigi-giginya.

Yoongi melakukan crossover, memantulkan bola basket dari tangan kanannya ke antara kedua kakinya, hanya untuk ditangkap lagi oleh tangan yang lainnya. Kegiatan itu terus dilakukannya selama beberapa detik sebagai pemanasan, sebelum memutuskan untuk berlari kencang ke arah ring.

Dilakukannya fake untuk menghindarkan diri dari musuh imajiner, sementara tangan masih sibuk men-dribble bola. Yoongi bergerak menuju kanan, namun mengubah arahnya ke kiri untuk menipu lawan.

Beberapa trik untuk mengecoh lawan dilakukannya tanpa tanggung-tanggung meski nyatanya tidak ada yang menghadangnya.

Ia berhenti agak jauh dari ring, sebelum tangannya bergerak untuk melakukan shoot dari luar garis three point.

Bola itu berputar-putar di bibir ring, hanya untuk memantul kembali ke arah lapangan. Tak berhenti, Yoongi melakukan rebound, merebut kembali bola itu ke tangannya.

Tanpa jeda dari tembakan sebelumnya, Yoongi kembali melakukan slam dunk, yang menyebabkan bola itu masuk ke dalam ring.

Mengambil kembali bola yang menggelinding di lapangan, Yoongi men-dribble bola itu pelan. Ia berhenti sejenak untuk sekadar mengambil napas. Tangan kirinya beristirahat di pinggang, sementara yang kanan sibuk dengan bola.

Ia menjauh dari garis dalam lapangan, memaku pandangannya pada ring yang ditujunya. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk melempar bola.

Senyuman lebar kembali terukir di bibirnya ketika bola itu masuk ke dalam ring.

Tanpa sadarnya, ia sudah basah kuyup oleh keringat. Yoongi menghempaskan tubuhnya ke lapangan, membiarkan jas hitamnya kotor terkena debu.

Langit biru tertangkap di indra penglihatannya, juga awan-awan yang melayang di atasnya. Ia menghela napas pelan, membiarkan angin menyapu segala kegelisahannya.

Sudah berapa lama sejak ia merasa setenang ini?

Yang Yoongi ingat, akhir-akhir ini hari-harinya hanya diisi dengan bekerja, bekerja, dan bekerja. Ia dipaksa menguras seluruh ide yang dimilikinya untuk dituangkan di lagu debut trainee-nya. Inspirasi pun hingga enggan datang kepada dirinya.

Bahkan, Yoongi belum sempat mengabari wanita yang disayanginya selama berhari-hari.

Yoongi kembali menghela napas, menikmati waktu-waktu damainya sebelum ia harus larut dalam pekerjaannya.

“Kak Yoongi!”

Suara lembut itu menyapa rungunya, membuatnya mengalihkan atensi ke pemilik suara. Netranya disambut oleh seorang wanita dengan surai hitam tergerai yang membuatnya semakin mempesona.

Wanita itu berlari kecil ke arahnya dengan sebotol air minum di genggamannya. Yoongi pun bangkit dari tidurnya. Wanita itu kemudian tersenyum lebar ke arah Yoongi, yang dibalas Yoongi dengan mengacak rambutnya pelan.

“Kak Yoon sedang apa, sih, di sini?” tanya wanita itu sebelum mendudukkan dirinya di samping Yoongi.

Yoongi tersenyum. “Aku juga tidak tahu, Nay.”

Nayeon menelengkan kepalanya ke samping lantaran bingung akan jawabannya, membuat Yoongi kembali mengacak rambut wanita itu pelan, menggumamkan kata ‘lucu’ yang tidak dapat didengar Nayeon.

“Kak Yoon mau minum?” tawar Nayeon seraya menyodorkan botol air minum yang dibawanya.

“Tidak usah,” jawabnya singkat, kemudian kembali merebahkan tubuhnya di lapangan. “Aku lelah.”

Nayeon hanya tersenyum kecil menanggapinya. Ia menaruh botol itu asal, ikut merebahkan tubuhnya di samping Yoongi kendati dapat mengotori pakaiannya.

Keduanya terdiam untuk beberapa saat, hanya menikmati angin yang menerpa dan pemandangan yang memanja mata. Yoongi nyaris tertidur jika Nayeon tidak memecah keheningan dengan kalimatnya.

“Aku khawatir, Kak.”

Cukup tiga kata yang dibutuhkan agar Yoongi mengernyitkan dahi. Ia melirik Nayeon, hanya untuk menemukannya memejamkan mata menikmati suasana.

“Aku khawatir karena akhir-akhir ini Kakak tampak memaksakan diri,” lanjut Nayeon, masih memejamkan matanya. “Tapi melihat Kak Yoon bermain basket tadi, kurasa kecemasanku berkurang.”

Yoongi tidak dapat merespon. Pandangannya terpaku pada wanita di sampingnya, mematri sosoknya dalam pikiran meski setiap hari mereka bertemu.

“Kak Yoon masih mau main lagi?” tanya Nayeon tiba-tiba.

Melihat wajah Nayeon, Yoongi rasa ia tidak memerlukan bermain basket lagi untuk merasa tenang.

Ia menggeleng pelan sembari bangkit dari tidurnya, menepuk jasnya yang berdebu akibat aktivitasnya tadi.

“Tidak. Ayo, pulang.”

Nayeon mengangguk, ikut menepuk pakaiannya untuk menghilangkan debu.

“Oke. Kak Yoon mau makan apa nanti di rumah?”

Yoongi menjawab datar, “Aku belum mau mati, Nay.”

“Kak Yoon!” seru Nayeon kesal. “Setidaknya, aku bisa membuat ramyeon.”

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Yoongi tertawa lepas. Ia merangkul bahu Nayeon erat, membuatnya mau tidak mau mendekatkan diri ke Yoongi.

Yoongi tahu masih banyak pekerjaan yang harus dilakukannya, tahu bahwa ia masih bertanggung jawab atas debutnya keenam trainee agensinya.

Namun, Yoongi rasa ia memerlukan ketenangan untuk menyelesaikan semuanya.

Dan sosok sang istri yang telah lama tidak berkomunikasi dengannya adalah salah satu sumber ketenangannya.

.end.

12 pemikiran pada “[What is Your Color?] On the Midst of Busy Day – Vignette

  1. Wah, jadi Yoongi-Nayeon di sini suami-istri><
    Itu kenapa Nay-nya ngga bisa masak, mereka selama ini makan apa-,- wkwk salah fokus
    Ngebayangin betapa lelahnya Yoongi jadi composer sekaligus CEO, woah, daebak
    Pas main basket tuh, keren, kebayang banget hihi

    Suka

    • Iyaaaa suami-istri X))
      Selama ini mah makannya pesen terus XD terus mau ga mau yoongi yang kadang masak /ga/ ((padahal masakan yoongi juga ga terlalu enak)) ((tapi mending lah daripada nayeon yang masak telur gosong)) ((enggak)) ((jangan dipercaya)) ((ini bukan OC-ku))
      Hehehehehe makasih banyak udah bac dan komen ^^

      Suka

    • Sesungguhnya ini hanya angan angan seorang naysyub shipper /ga/ selebihnya mohon ditanyakan kepada nayeon dan yoongi nya sendiri, ya, kak. IYA KAK KYAAA YOONAY EMANG IMUT PENGEN DIUYEL RASANYA

      HEUHEU MAKASIH KAKIPY UDAH BACA PLUS KOMEN X))

      Suka

  2. Mungkin klo nayeon manggilnya yoon oppa atau suga oppa jatohnya lebih sweet saeng…kyk castnya hihihi
    Overall good job saeng
    Keep writing ya
    Ahra eonni

    Suka

Leave a Review