[BTS FF Freelance] Wrong Person – Vignette

c6cb0b26tw1efnl6osct4j20m80xcwnr

Wrong Person

Oneshot Fanfic

A Hurt, Sad, Little bit Angst fanfiction written by sweetpeach98 with PG15 genre.

Staring with: BTS Min Yoongi, Kim Yoojin [OC], Jin Goo (as cameo)

PLOT ARE MINE

(INSPIRED BY: Huh Gak MV – Whenever You Play That Song & Descendants Of The Sun)

.

.

.

Karena tak seharusnya hati Yoongi merasakan cinta.

.

.

.

 

Yoongi beristirahat sembari mencoba menutup matanya. Beberapa hari, Yoongi bahkan nyaris tak pernah bertemu bunga tidurnya. Siang maupun malam, ia selalu terjaga. Lelaki pecinta hitam ini selalu melakukan pekerjaannya dengan sangat professional. Karena prinsip teguh yang di pegangnya,

Aku hidup, untuk uang.

 

Namun belakangan ini, entah bagaimana nasib itu menimpanya, seorang gadis mengusik hidupnya. Bukan Yoongi tak suka, ataupun tak mau. Yoongi hanya merasa jika mereka tidak seharusnya di pertemukan. Tidak. Mereka memang seharusnya tidak pernah di pertemukan.

 

Entah apa yang ada pada diri gadis itu, berulang kali pula Yoongi memikirkannya, memikirkan apa yang di rasakannya, hanya hatinya yang tau. Yoongi menggerutu, “Aish! Harusnya tak kulakukan!” Yoongi memukul kepalanya dengan kesal. Mahkota hitamnya berantakan tidak karuan.

 

-dua bulan yang terdahulu-

 

Kebiasaan yang sudah menjadi rahasia umum di Korea ketika matahari datang dari ufuk timur, dialah si keramaian. Entah beramai-ramai menunggu lampu penyebrangan berwarna hijau, ataupun menunggu bus yang menjemput penumpang di halte, pemandangan yang seperti ini adalah makanan sehari-hari bagi gadis bersurai hitam dengan tinggi semampai, Kim Yoojin.

 

Meskipun jarum pendek menunjukkan pukul tujuh, suara bising kendaraan yang halu-lalang sudah seperti alunan lagu yang tak merdu baginya, tak heran jika ia menyumpat telinganya dengan headset, memutar lagu kesukaannya, dan bersenandung merdu mengikuti irama.

 

Entah apa yang di dengarkannya saat itu, alunan lagu itu membuat Yoojin tak sadar jika lampu penyebrangan masih berwarna merah. Telinganya yang tersumbat membuatnya tak bisa mendengar suara klakson mobil yang sedari jauh sudah nyaring terdengar.

 

Seorang lelaki berpakaian hitam dengan sigap menarik tangan kirinya, yang pada akhirnya membuat mereka dalam posisi setengah berpelukan. Yoojin menutup matanya, cemas-cemas ia berfikir dirinya akan tertabrak. Namun saat membuka matanya, ia mendapati seorang lelaki tampan memeluknya dan sedang menatap wajahnya.

 

Yoojin hanya terdiam melihat lelaki itu, dan tanpa di sadari, lelaki itu melepas kedua penyumbat itu dari telinga Yoojin, “Jangan terlalu asik bersenandung.” Yoojin hanya mengangguk mengerti.

 

Lelaki itu melepas pelukannya dan segera melangkah menjauhi Yoojin. Tanpa disadari, Yoojin tak bisa melepaskan pandangannya dari seorang yang bahkan kini hanya terlihat punggung, serta surai hitamnya yang berantakan terhempas angin pagi.

 

Siapa dia? Sangat tampan…

 

Pertemuan yang sangat tidak di sengaja membuat Yoojin terus memikirkan lelaki yang menyelamatkannya saat itu. setiap pagi, dirinya akan berangkat lebih pagi dan menunggu di penyebrangan yang sama, harap-harap lelaki itu akan datang.

 

Seminggu sudah dirinya melakukan pekerjaan yang bahkan sangat konyol itu, sama sekali tidak membuahkan hasil, hanya membuatnya menyia-nyiakan waktu tidurnya yang persekian menit bisa di gunakan.

 

Si putus asa sudah sangat mendekati dirinya, namun entah mengapa si putus asa itu menjauh ketika kedua pupilnya mendapati lelaki itu baru saja melintasinya. Kedua kaki Yoojin dengan sigap menyamai langkah kaki pemuda itu, dan entah bagaimana tangannya seakan bergerak sendiri menepuk pundak lelaki itu.

 

Yang di harapkan berbalik, “Maaf, apa kau yang waktu itu membantuku?”

 

Lelaki itu tidak membuka kedua bibir merahnya. Dirinya hanya mengangguk, memberi isyarat yang di katakan Yoojin itu benar adanya. “Aku tidak sempat berterimakasih, bagaimana caraku membalasmu?”

 

Yoojin menggentikan kedua kuku ibu jarinya, harap-harap cemas menunggu jawaban sang lelaki yang bahkan tidak di ketahui namanya itu. “Ramyeon. Kau bisa mentraktirku ramyeon.” Akhirnya sang lelaki berseru juga.

 

Dan, detik ini, Yoojin sedang menatap lelaki bersurai hitam itu tengah menyeruput ramyeon yang baru saja matang. Tampak seperti seseorang yang sudah tidak makan tiga hari lamanya. Jika Yoojin baru menyumpit ramyeon sekali, maka sang lelaki sudah menyumpit sebanyak tiga kali, intinya, ramyeon itu tidak putus-putus.

 

Pupil mata Yoojin tidak bisa lepas dari lelaki yang tidak di kenalnya itu, secara tidak sadar, dirinya hanya memandangi lelaki itu. “Wae? Mengapa kau menatapku?” Yoojin tersontak terkejut.

 

“Ah? Anni, apa kau sangat lapar?” Yoojin menyodorkan ramyeonnya yang baru dirinya sumpit sekali, “Makanlah, aku tidak lapar.”

 

Entah tidak tau diri atau bagaimana, lelaki itu juga menyumpit ramyeon yang baru saja di berikan oleh Yoojin. Tampak sekali, lelaki yang ada di hadapan Yoojin saat ini, memang tengah sangat lapar.

 

Yoojin membuka kaleng berbuih dan memberikannya kepada lelaki itu, pikirnya, jika dia makan terlalu cepat seperti itu, maka dia akan tersedak, atau jika tidak mungkin nanti lelaki itu akan haus, maka dirinya hanya tinggal minum karena Yoojin sudah membuka kaleng itu untuknya.

 

“Siapa namamu?” Yoojin berseru.

 

“Min Yoongi. Neo?”

 

“Nan Kim Yoojin.”

 

-kembali ke Yoongi yang sedang berusaha untuk tidur-

 

Handphone  miliknya bergetar, mengacaukan semua bunga tidurnya. Bahkan tanpa melihat namapun, dia tahu siapa yang sedang menelfonnya saat ini…

 

“Yoongi-ssi, aku sedang ingin makan tteopoki. Apa kau ingin juga? Di kedai biasa.”

 

…. Iya tentu, siapa lagi yang mengganggunya setiap hari, jika bukan Kim Yoojin.

 

Awalnya tak mau, tetapi Yoongi terlalu munafik, dia tetap datang ke kedai itu dan makan kue beras pedas bersama seorang gadis —yang tidak jelas sebenarnya apa hubungannya dengan Yoongi— Dirinya benar-benar sangat tahu, apa yang dia lakukan saat ini adalah sebuah kesalahan yang sangat besar.

 

Dirinya tidak bisa menyingkirkan fakta bahwa, Yoojin adalah seorang gadis yang mengganggu kehidupan Yoongi. Namun, apa yang bisa dia lakukan dengan hatinya? Hati Yoongi selalu tergerak ingin menemui gadis yang bahkan tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya.

 

Yoongi tau hari-harinya bersama Yoojin sudah melampaui batas, dan Yoojin juga terlalu lugu untuk terlebih dahulu mendekati Yoongi. Karena, Yoojin tidak tahu apapun tentang Yoongi. Yang dia tahu, Yoongi adalah seseorang yang telah menyelamatkannya dan membuatnya jatuh hati.

 

Lelaki berbadan kekar menghampiri mereka berdua, dengan setelan jas rapi, dan jam tangan belapis emas, membuat semua mata tertuju pada lelaki itu. Yoongi hanya terdiam, sementara Yoojin tidak bisa menghilangkan rasa penasaran yang bergejulak.

 

“Jadi ini yang kau lakukan? Apa kau tidak tau deadline mu tinggal dua hari lagi, Suga-ssi?” Yoongi tertunduk lemas. Sementara kedua pasang alis Yoojin mengerut,

 

Suga-ssi?

 

“Aku bahkan menelfonmu untuk memastikan pekerjaanmu, aku telah membayarmu mahal, jadi lakukan dengan baik!” Lelaki besar itu memukul pelan kepala bersurai hitam milik Yoongi. Namun, Yoongi tak membalas. Adegan dan percakapan yang baru saja terjadi, membuat Yoojin kebingungan. Entah dia harus membuka mulutnya untuk bertanya atau tetap diam dan merasa penasaran.

 

Lelaki itu meninggalkan mereka berdua, dia bahkan di temani dengan bodyguard yang memiliki badan yang lebih kekar. Pekerjaannya? Hanya lelaki berjam emas itu yang tau. Yoongi mengambil ponselnya di saku celana, saat membuka layar ponselnya, terdapat sepuluh panggilan yang tak terjawab, dan kesepuluh panggilan itu dari satu sumber yang sama, Yoongi menamainya dengan ‘Big Boss Jin Goo’. Dengan penuh penyesalan, Yoongi memukul kepalanya, untuk apa dia mematikan dering ponsel dari dompet tebalnya?

 

Kendati demikian, Yoojin sama sekali tak membuka mulutnya dan bertanya siapakah lelaki yang memukul kepala Yoongi tadi ataupun bertanya perihal mengapa Yoongi memukul kepalanya dengan sebal–

 

“Yoongi-ssi, apa pekerjaanmu?” –melainkan Yoojin mengajukan pertanyaan yang sudah sedari dulu membuatnya penasaran.

 

“Hanya melakukan sesuatu, dan mendapat uang. Sudah ku bilang bukan? Aku hidup untuk uang.” Yoongi menyumpit satu kue beras lagi dan melahapnya, “Aku harus bekerja.” Dan meninggalkan kedai, bersama Yoojin dan kue beras yang masih tersisa beberapa potong lagi.

 

Yoongi mengacak-acak surai hitamnya, berjalan kemana arah angin membawanya pergi. Yoongi terus merasakan penyesalan yang teramat dalam pada dirinya, dia tidak berfikir menyesal menyelamatkan Yoojin dua bulan lalu, Yoongi menyesal membuat hatinya terpaut pada seorang gadis yang sudah mengacaukan dirinya…..

 

…Karena tak seharusnya hati Yoongi merasakan cinta.

 

Hidupnya sudah sangat sempurna dengan tinggal di tempat kumuh dan terpecil, tidak memiliki teman ataupun sahabat, kecuali koneksi-koneksi dengan orang-orang berdompet tebal seperti Big Boss Jingoo. Semuanya sudah sangat sempurna, namun akibat kelalaiannya yang sangat kecil, membuat hatinya terlalu luluh kepada Yoojin.

 

-dua hari kemudian-

 

“CCTV di arah jam dua. Tolong urus.” Bisik Yoongi.

Dengan berpakaian serba hitam dan menggunakan masker wajah hitam pula, maka, hanya dua matanya yang seperti bulan sabit jelas terlihat. Dirinya menyusuri jalan kecil tanpa menimbulkan suara, sesekali bersembunyi, dan mengendap.

 

Yoojin melihat seorang lelaki berjalan dengan mengendap di dekatnya, dari postur tubuhnya, Yoojin bisa mengenali lelaki yang ada di depannya itu. Sedikit penasaran, Yoojin terus mengikuti Yoongi dari belakang.

 

Sekian menit kemudian, jarak di antara mereka berdua sangat dekat, bahkan Yoojin bisa memukul pelan pundak lelaki bersurai hitam itu, “Yoongi-ssi!”

 

Yoongi sontak terkejut dan memutar tubuhnya, di tariknya lengan Yoojin dengan kasar dan bersembunyi di balik dinding gelap, “Apa yang kau lakukan? Kau menghancurkan rencanaku!” pupil mata Yoojin membulat mendengar Yoongi untuk pertama kalinya ketus kepadanya.

 

“Ak..aku..aku hanya melihatmu dan.. dan..,—“ Yoongi menutup kedua bibir merah Yoojin dengan tangannya, “Diam, esok aku akan menemuimu. Sekarang, cepat pergi!” Yoojin melangkahkan kakinya mundur kebelakang, menjauhi Yoongi.

 

Sementara dengan Yoongi, melihat ke arah jalanan seperti sedang mengintai seseorang. Yoongi mengeluarkan sarung tangan hitam dari tasnya dan mengenakan kedua sarung tangan itu. Yoongi juga mengeluarkan sebuah persegi panjang berkilau, yang saat di buka, maka akan terlihat mata pisau yang sudah terasah sangat tajam.

 

Pisau apa itu?

 

Yoongi pergi dari tempat persembunyiannya, namun tidak dengan Yoojin. Ia mengintai Yoongi dari balik dinding yang gelap. Ia melihat Yoongi dengan sebilah pisau di tangan kanannya. Yoojin tak tahu apa yang akan Yoongi lakukan dengan pisau itu, dan itu membuatnya semakin penasaran.

 

Sekon kemudian, pupil Yoojin membulat. Ia melihat Yoongi yang mengayunkan kakinya kearah seorang lelaki yang berjalan dengan membawa sebuah koper yang tidak terlalu besar. Lelaki itu tergeletak di tanah. Yoojin semakin terkejut di kala Yoongi terus menendang lelaki paruh baya itu hingga lelaki paruh baya itu tersedak oleh darahnya sendiri. Tak hanya itu, Yoojin menutup mulutnya yang terngaga lebar melihat adegan keji di depannya, Yoongi mengayunkan sebilah piasu yang di bawanya ke arah dada lelaki paruh baya itu.

 

Adegan anarkis tak bersuara itu telah usai. Yoojin segera menyembunyikan dirinya di balik dinding dan pergi menjauhi lokasi kejadian.  Yoongi membuka koper yang di bawa oleh lelaki buronannya itu dan mengambil sebuah amplop coklat yang entah apa isinya, “Hanya ini yang kubutuhkan, Pak.” Yoongi memukul lelaki tua yang sudah tak bernyawa itu dengan amplop yang di pegangnya.

 

-;;-

 

Yoojin tengah duduk di depan minimarket tempatnya dan Yoongi biasa menyantap ramyeon. Tangannya bergetar ketika mengingat apa yang di lihatnya semalam. Ia bahkan tidak bisa melupakan sesekonpun kejadian yang terjadi.

 

Apa itu pekerjaannya?

 

Lelaki yang di tunggunya sedari tadi tiba dengan wajah dan rambut yang sangat berantakan, masih dengan mengenakan setelan baju yang sama dengan semalam, hanya saja kali ini Yoongi tidak mengenakan masker yang menutupi wajahnya.

 

Yoojin menarik nafas panjang, dan menghembusnya dengan sangat berat, satu hal yang pasti ingin Yoojin ingin dengar dari Yoongi, sebuah penjelasan yang dapat membuat rasa penasarannya hilang.

 

“Yoojin-ssi, aku tidak tahu apa kau melihat ku atau tidak, namun kurasa apa yang kita jalani saat ini sudah terlalu melampaui batas.”

 

“Wae? Apa ada yang salah?” Jawab Yoojin.

 

“Perkenalan kita ini adalah sebuah kesalahan besar. Dan kau sangat menggangguku.”

 

Yoojin menggenggam erat tangan Yoongi, “Tidak bisakah kau tidak melakukan itu?”

 

Hati Yoongi semakin tidak karuan. Jujur, Yoongi sama sekali tidak berniat untuk manjauh dari gadis yang telah mengacaukan dirinya, akan tetapi, karena satu hal yang saat ini lebih penting dari apapun, dengan tidak sengaja memaksa hatinya untuk mengusir jauh-jauh Yoojin dari kehidupannya, “Bukankah kau sudah tau, aku hidup untuk uang?”

 

Dengan perlahan, Yoojin melepas genggaman tangannya, kepalanya tertunduk, menutupi air mata yang ingin menetes, “Apa kau tidak pernah suka akan kehadiranku?”

 

Tentu, tentu aku sangat senang akan kehadiranmu.

 

“Tidak, aku sama sekali tidak menyukainya.” Sekali lagi, kemunafikan terlontar dari bibir merah Yoongi. “Jadi mulai sekarang berhentilah menggangguku, hapus aku dari kehidupanmu, dan anggap aku orang asing yang tidak kau kenal.” Berlagak acuk tak acuh, Yoongi melangkahkan kakinya menjauhi Yoojin, menjauhi seseorang yang sempat membuat hatinya bergetar.

 

Mianhae, Yoojin-ssi.

 

-;;-

 

Yoongi mengambil sekaleng minuman bersoda dari dalam lemari es besar dan mengambil sebuah ramyeon dari rak yang terjejer banyak ramyeon dengan berbagai jenis dan rasa. Ia melangkahkan kakinya menuju kasir, hendak membayar makanan yang di ambilnya.

 

“Semuanya, tiga ribu won.” Ucap si ahjumma penjaga kasir itu. Yoongi mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang tunai untuk membayar makanannya. Setelah menyeduh ramyeonnya, Yoongi keluar dari minimarket dan duduk di bawah payung besar penghalang sinar sang surya tepat di depan minimarket tempat biasa dia menyantap ramyeon dengan….

 

“Hei kau, pegawai baru. Bisa kau jaga kasir sebentar? Aku harus ke kamar mandi.”

 

Seorang gadis menyahut dari balik rak makanan ringan, “Ne..”

 

“Namamu siapa tadi?” Tanya ahjumma penjaga kasir tersebut.

 

Gadis itu menunjukkan tag namanya, “Yoojin ahjumma, Kim Yoojin.”

 

FIN

 

A/N:

FIX banget ini cerita gajelas berkat sebuah ide yang turun dari pelangi imajinasi squidward. CIE tumben pake cast mas Suga cieeeee. Udah pernah di post di http://sweetpeach98.wordpress.com Leave your review gaaaaais!!! XD

13 pemikiran pada “[BTS FF Freelance] Wrong Person – Vignette

  1. Terinspirasi drama (lagi) XD dan aku nonton drama yang jadi sumber inspirasi itu (lagi)
    Hm… di descendants pun mereka bersatu karena kerjanya di area yang sama ya, kalo engga juga ngga bakalan jadi tuh cerita/?
    Aku suka cerita ini><
    Di sini, Yoongi pembunuh bayaran dan ngga bakalan sempat yang namanya ngurusin cinta-cintaan, makanya dia jadi ngga boleh jatuh cinta, gitu ya?
    Padahal… Yoongi-nya suka, Yoojin pun demikian
    Sayang sekali:'(

    Disukai oleh 1 orang

    • Drama itu emang sumber inspirasi berkembang pesat setelah bershower ria di kamar mandi //maafkeun//
      Bener bgt, mrk gak akan mnjalin cinta lagi kalau gak ktmu lagi, dan bnr juga yoongi gk pny wktu buat ngurusin cinta2an sedih yah 😦 terimakasih sdh meninggalkan jejak :-D✨

      Suka

  2. Aku sukaaa aku sukaa >< pake bgt bahkan.. Aduhh, dongsaeng , knp kmu buat karakter yoongi dsini tuh menderita bgt?? bhkan ngrasain jtuh cinta aja gaboleh
    Tp bikin cenat cenut deh baca ny /seriusan??/ johayoo ^^
    hmm, kalo inspirasiny dtg dr pelangi squidward , maka mungkin ak hrs blg mkasih sm squidward krn telah mencetuskan (??) ide bginian…

    Disukai oleh 1 orang

    • Hahahay dsni ceritanya yoongi hrs fokus sm kerjaannya yg jadi pembunuh bayaran makanya bimbang dgn kehadiran yoojin di hidupnya dia XD ewkwkw aku pun sgt berterimakasih dgn squidward kak XD trmksh juga buat kakak krn sudah baca ^^

      Suka

Leave a Review