[BTS FF Freelance] The Academy of Vampire (Chapter 3)

b2345

 

Tittle: The Academy of Vampire

Scriptwriter: carishstea274

Genre: Fantasy, school life, action, mystery, friendship, romance

Main cast: Go Aerin (OC), Kim Taehyung/V (BTS), Park Jimin (BTS), Min Yoongi/Suga (BTS), Jung Soojung/Krystal (f(x)).

Support cast: Choi Junhong/Zelo (BAP), Song Yunhyeong (iKON), Kim Jinhwan (iKON), Jung Eunji (APink), Jung Daehyun (BAP), Son Naeun (APink), Oh Sehun (Exo), Kim Jongin/Kai (Exo), Yook Sungjae (BTOB), Kim Namjoon/RapMonster (BTS), Joshua (Seventeen), Kim Jiyeon/Kei (Lovelyz), Lee Mijoo (Lovelyz), Yoo Youngjae (BAP), Park Jin Young/Junior(GOT7), Mark Tuan/Mark (GOT7), Bae Suzy (Miss A), and other (some will coming soon and maybe some will disappear).

Duration: Chapter

Rating: 13

Disclaimer: This story is pure mine. Jalan ceritanya asli dari otak author yang suka berimajinasi ini. Maaf kalau masih banyak salah. Hehe… But, don’t be plagiat, ne. Don’t bash. Dan yang paling penting jangan lupa tinggalin jejak yak :v. Mohon bantuannya :v. Okee, HAPPY READING!!!

***

Terkadang kau menganggap segala yang kau lakukan itu selalu benar. Namun kau sendiri juga tak pernah tahu, jika seorang yang lain sangat membencinya. Di dunia vampire, kau tidak boleh percaya siapapun. Bukan tidak boleh sebenarnya, hanya tak bisa. Kau tak akan bisa percaya seorang pun. Karena sejujurnya, semua vampire adalah pembohong yang hebat.

***

The Academy of Vampire-Chapter3

 

@Library/3 am

“Kau baik-baik saja Suga? Kau terlihat tak sehat,” komentar Aerin setelah melihat Suga yang berulang kali memegangi kepalanya dengan wajah pucat, dan kerap kehilangan fokus saat diajak diskusi.

“Aku baik,” balas Suga singkat dengan senyum kecil.

“Ternyata mereka juga bisa berbohong,” gumam Aerin.

“Apa?” tanya Suga yang merasa mendengar sesuatu.

“Lupakan.”

Setelah itu tak ada pembicaraan serius lagi antar keduanya. Mereka memilih untuk fokus pada tugas mereka masing-masing. Namun terkadang mereka berdiskusi kecil untuk memutuskan beberapa hal yang sesuai dengan rencana mereka. Aerin juga memilih untuk abai dengan Suga yang entah memang ia sakit, atau itu memang pigmen atau jenis kulitnya yang sudah seperti itu. Toh dia bilang dia baik-baik saja. Kenapa harus ambil peduli?

“Oh, Zelo kau di sini?” ujar Suga tiba-tiba.

Aerin pun berbalik, dan mengikuti arah pandang Suga. Di sana ia mendapati Zelo yang sepertinya sedaritadi memperhatikan mereka. Zelo terlihat sangat terkejut. Ada apa dengan anak itu?

“Eoh? Ani… aku… aku… aku sedang mencari beberapa buku. Kalian juga sedang mengerjakan tugas itu? Kebetulan sekali. Aku dan V juga sedang mengerjakannya. Apa yang kalian buat?” ujar Zelo dengan cengiran bodoh.

‘Jadi V juga di sini?’ batin Aerin.

“Kau yakin berbicara jujur? Dimana V kalau begitu?” tanya Suga jengah.

“Em, itu… sepertinya ia sudah pulang. Ck… anak itu selalu menghilang sesukanya,” jelas Zelo gugup.

‘Jadi dia tidak di sini? Hah!’ batin Aerin lagi.

“Hei, kenapa kau lama sekali?” terdengar suara berat seseorang.

“Bagaimana kau bisa berada di sini?” bisik Zelo pada V dengan tatapan tak percaya. Ya, orang tadi adalah V. Baik Suga maupun Aerin, keduanya tak percaya akan apa yang baru saja mereka lihat. Zelo tak berbohong jadi? Atau ia hanya bodoh?

“Apa maksudmu? Kita sedang mengerjakan tugas kelompok kita,” balas V heran.

“Tugas kelompok apanya? Bahkan kita belum membahas konsepnya sama sekali,” lirih Zelo.

“Ya! Bukankah kau harus lebih pintar sedikit? Aku menyelamatkanmu omong-omong,” tegas V. Ia pun beralih menuju meja Suga dan Aerin.

“Suga kau sakit? Kenapa sepucat itu?” tanya V setelah berhasil duduk di sebelah Suga.

“Hanya sedikit pusing. Bukan masalah besar,” jelas Suga.

“Bukan masalah apanya? Mana bisa kau belajar jika pusing,” ujar V pelan.

Zelo yang sedaritadi masih dibuat kesal oleh sahabat-sahabatnya itu, pun memutuskan untuk ikut mengambil kursi di sebelah Aerin.

“Apa yang kalian akan kerjakan? Boleh kulihat?” tanya Zelo pada Aerin.

“Kami membuat pemancar gelombang radio khusus,” jelas Suga.

“Apa gunanya?” tanya V.

“Alat ini bisa melumpuhkan binatang, jika memasuki gendang telinganya. Mungkin berlaku pula pada werewolf. Entahlah… hanya itu yang bisa kupikirkan,” jelas Suga.

“Whoaa, bukankah itu akan menjadi sangat hebat? Kita tak perlu bertempur jika alat itu benar-benar berhasil,” kagum Zelo.

“Namun tak bisa membunuh. Hanya melumpuhkan saja,” jelas Aerin.

“Bukankah tak ada bedanya? Mereka akan tertangkap pula jika dilumpuhkan,” bela Zelo.

“Yaa, jika kau jadi sekelompok denganku ini pasti akan menjadi hebat,” komentar V pada Suga.

“Apa maksudmu? Kau masih kesal, harus bekerjasama denganku?” protes Zelo.

“Tentu saja.”

“Hei, kurasa akan lebih baik Suga menyelesaikan tugasnya dengan Aerin. Tahu kenapa? Dia jenius, bodoh. Jika denganmu mungkin kalian hanya akan buat perangkap tikus raksasa bukan? Itu yang kau usulkan padaku sebelumnya,” bela Zelo.

“Perangkap… apa? Ya! Bahkan kita belum memulai diskusi apapun. Bagaimana bisa aku sudah mengusulkan sesuatu?” protes V.

“Kau mengatakan k-“

“Jika kalian hanya bertengkar bukankah lebih baik di tempat lain. Aku sedang mengerjakan projectku omong-omong. Tidakkah kalian pikir kalian hanya mengganggu?” sela Suga mulai bosan.

“Ya, ya, ya, habiskan waktu kalian sesukamu. Ayo pergi, bodoh!”

“Siapa yang dia panggil bodoh, huh?” gumam Zelo kesal mendengar ajakan V yang sudah lebih dulu meninggalkan tempat Suga dan Aerin.

BUM

.

.

.

Suara itu menghentikan seluruh aktifitas anak-anak di perpustakaan. Suaranya berasal dari lab kimia. Dengan kecepatan cahaya, semua anak di sana bergegas mendatangi asal suara itu.

 

@Gudang

“Jadi dia sungguh tak datang?” tanya Yunhyeong kesal.

“Sepertinya tugas kali ini sangat penting,” balas Eunji.

Yaa, Eunji, Yunhyeong, Daehyun, dan Jimin, keempatnya sedang menunggu Aerin di tempat mereka biasa berkumpul. Namun sudah tiga puluh menit mereka menunggu, dan Aerin tak kunjung tiba. Di akademi vampire, mereka dilarang membawa alat komunikasi. Toh, mereka tinggal di asrama. Jadi tak ada alasan untuk membantah.

Sayangnya, komunikasi mudah hanya bisa dilakukan anak ilusi dengan melakukan telepati. Yang lainnya benar-benar tak bisa berkomunikasi jarak jauh.

“Tapi kalian tahu? Entah mengapa aku lebih khawatir pada Jinhwan. Aku punya firasat buruk tentang ini,” ujar Eunji.

“Apa… maksudmu?” tanya Daehyun ikut merasa khawatir.

“Setelah kuingat, kita belum bertemu dengannya sama sekali semenjak kita berpisah pada pelajaran divisi. Mungkin dia sibuk. Namun, bukankah aneh kita tak melihatnya sama sekali?” jelas Eunji.

“Aku lupa memberitahu kalian ini. Tapi semenjak aku berada di kamar sampai aku berangkat ke sini, Jinhwan belum kembali ke kamarnya,” jelas Jimin.

“Apa maksudmu benar, Jinhwan mungkin dalam bahaya atau semacamnya?” tanya Daehyun mulai takut.

“Ada kemungkinan ya, separuhnya mungkin tidak juga. Kenapa tak mencaritahu? Ayo cari dia,” ajak Yunhyeong.

“Bagaimana dengan Aerin?” tanya Eunji.

“Ia akan baik-baik saja. Mungkin bersama Suga,” balas Jimin.

“Baiklah, kita akan berpencar. Aku dan Eunji akan mencarinya di akademi. Daehyun dan Jimin, cari dia di asrama dan taman belakang. Bertemu kembali di sini pukul 4.15,” jelas Yunhyeong.

Mereka pun segera berpencar untuk mencari Jinhwan. Di asrama, Jimin dan Daehyun menanyai setiap anak dari divisi air. Masalahnya Jinhwan memang belum kembali ke kamarnya sama sekali sejak tadi pagi. Hingga akhirnya, mereka mendapat jawabannya dari Bobby.

“Kau yakin Jinhwan ada di sana?” tanya Daehyun memastikan.

“Ya, tadi aku melihatnya menuju lab bersama Joshua. Dan Joshua juga belum kembali ke kamarnya,” jelas Bobby, “Apa ini artinya terjadi sesuatu yang buruk?”

“Entahlah… mana bisa kita menyimpulkan sebelum tahu mereka di mana,” ujar Jimin seraya memegangi kepalanya. Oh, ayolah. Untuk apa Jinhwan pergi ke lab kimia? Toh dia tak suka pelajaran itu.

Di sisi lain, Yunhyeong dan Eunji mengitari dan mencari di ruang kelas satu per satu. Mereka mencari di tempat latihan, lapangan, kantin, bahkan sampai taman akademi. Tak terpikirkan sama sekali untuk mencari di lab. Namun, di tengah pencarian mereka, mereka melihat Krystal, Naeun, Youngjae, dan Kei.

“Apa mereka tak akan melepas anak itu? Bukankah hanya tumpahan kecil?” ujar Eunji tak percaya melihat apa yang ada di depannya.

“Bukan. Kurasa bukan karena itu,” ujar Yunhyeong pelan. Namun cukup membuat Eunji mendengarnya, walau ia tak mengerti maksud dari perkataan itu.

“Dengarkan saja,” ajak Yunhyeong seraya berjalan mendekati orang-orang di depannya itu dan bersembunyi. Tentu saja Eunji hanya mengikut di belakangnya.

“Ya! Aku masih tak percaya. Graver?!!” tanya Naeun dengan nada meninggi.

“Sepertinya ada yang tak suka jika rahasianya diusik,” jelas Kei.

“Siapapun juga tak suka rahasia mereka diganggu. Tapi Kei, bukankah Graver itu berlebihan? Siapa yang berani memasukkan Graver ke akademi? Bahkan Graver hanya terdapat di penjara harusnya,” ujar Krystal pada Kei.

“Siapapun itu, kita harus melapor pada Master. Ini bisa menjadi masalah besar. Joshua tak tahu apa yang sedang ia lakukan,” ujar Kei panik.

“Tunggu. Kau yakin hanya ada Joshua di sana?” tanya Youngjae khawatir.

“Mijoo sedang mencarinya. Tapi dia juga tak tahu jika ada Graver di sana. Kudengar, Jinhwan juga belum kembali ke kamarnya sama sekali. Dia satu-satunya teman Joshua di divisi air. Kemungkinan ia juga bersamanya,” jelas Kei.

“Tapi jika kita beritahu Master, mereka bertiga juga berada dalam masalah. Mencuri arsip akademi akan dikenakan hukuman berat,” cegah Krystal.

“Bukankah lebih baik mendapat hukuman daripada mati? Bahkan bagi vampire dewasa, Graver juga bisa membunuh mereka. Mereka benar-benar menakutkan,” terang Kei.

“Kau yakin kali ini benar-benar Graver?” tanya Youngjae sekali lagi untuk memastikan.

“Aku tahu area akademi harusnya aman. Tapi kalian tahu indra penciumanku ini yang paling peka dari semua murid lain bukan? Sungguh, baunya benar-benar jelas. Itu graver. Dan dia tak sendirian,” tegas Kei.

Akhirnya mereka segera pergi meninggalkan tempat itu menemui para Master. Sedangkan Yunhyeong dan Eunji yang sedaritadi ikut mendengarkan dialog anak-anak itu, masih menutup mulut mereka tak percaya. Jadi Jinhwan sekarang benar-benar dalam bahaya? Tapi… dia ada di mana?

Graver adalah vampire buas. Mereka hanya terdapat di penjara dan pemakaman. Namun terkadang bisa muncul di rawa, atau tempat yang gelap dan lembab. Tapi tempat mereka seharusnya adalah di penjara vampire. Mirip dengan werewolf putih, mereka suka melukai vampire lain, bahkan sesama graver. Namun mereka bukan kanibal. Mereka hanya suka melukai vampire lain, sampai mereka sekarat dan mati. Bahkan bagi yang selamat, ia juga bisa terinfeksi dan menjadi graver jika terkena racun graver. Racun graver ada di seluruh tubuhnya. Jadi jangan sampai kau tergores, karena racun itu akan sangat mudah masuk ke darahmu.

Baiklah, kini Krystal dan yang lainnya telah memanggil Master Gale dan beberapa master lainnya. Yunhyeong dan Eunji ikut bergabung dengan mereka, agar bisa cepat menemukan Jinhwan. Namun saat mereka sampai di koridor…,

BUM

Suara itu jelas terdengar dari lab kimia. Dengan segera, mereka mempercepat langkah menuju lab itu. Anehnya, dalam keadaan darurat seperti ini masih pula tak ada yang berani melakukan teleport, padahal jarak koridor itu dengan lab kimia lumayan jauh.

Bukan tak berani sebenarnya

Hanya tak bisa

Sesampainya mereka di sana, keadaannya sudah menjadi sangat kacau. Namun graver itu sepertinya malah tak sadarkan diri. Beberapa anak yang terluka, diobati oleh anak-anak medis. Setiap murid dari tingkat satu sampai lima, mereka semua di sana.

“Jinhwan!” teriak Yunhyeong segera setelah ia melihat Jinhwan yang sedang diobati oleh Jimin.

“Kau kemana saja?” tanya Jimin.

“Apa yang terjadi?”

“Yah, anak-anak kelas khusus itu yang menyelamatkannya,” jelas Jimin.

 

@lab kimia/beberapa saat sebelumnya

Joshua, Jinhwan dan Mijoo bergegas menyembunyikan buku tadi di tas mereka, dan berniat untuk meninggalkan lab kimia. Namun sebuah suara, mengurungkan niatan mereka tadi.

“Tolong…

Apakah ada seseorang?

Kumohon tolong aku…”

Suara itu begitu lemah. Tak mungkin mereka mengabaikan begitu saja suara tadi. Ia meminta tolong. Maka wajarnya harus ada yang menolongnya. Dengan ragu, mereka pun kembali ke asal muasal suara tadi. Mungkin pecahan kaca itu yang membuatnya terluka. Dengan hati nurani yang tulus, mereka masuk ke ruang penyimpanan ramuan, tempat suara tadi berasal. Di sana benar-benar gelap. Tombol lampunya bahkan tak berfungsi.

“Kumohon tolong aku…

Aku terjebak…”

Suaranya berasal dari sudut ruangan. Mereka pun mendekat pada suara tadi, berharap sang empunya suara masih dalam keadaan baik. Walau tak bisa melihat apapun, mereka bisa merasakan ada seseorang di depan mereka.

“Oh… sepertinya kau banyak terluka. Ini darah bukan? Ck… bahkan baumu benar-benar bau tanah dan darah. Kau harus lebih hati-hati,” ujar Jinhwan seraya membantu seorang di depannya itu untuk berdiri, dibantu Joshua.

Sedangkan Mijoo yang awalnya ingin ikut membantu, tiba-tiba hanya diam di tempatnya. Entah mengapa terpikirkan suatu yang buruk di benak anak itu. Vampire tak berdarah banyak karena bahkan mereka tak memiliki jantung. Darah mereka berasal dari makanan. Dan mereka tak makan sebanyak itu pula. Vampire tak mungkin berbau sama sekali. Lalu apa yang ada di depannya?

Yah, Mijoo hampir melupakan ini. Ia dari divisi api. Ia pun menyalakan api kecil dari tangannya. Betapa terkejutnya ketiga anak di sana saat mendapati mahluk menjijikkan di dekat mereka. Buru-buru mereka menjauhinya. Namun jarak Jinhwan dan Joshua yang terlalu dekat, membuat mereka harus terkena cakaran Graver saat berusaha melarikan diri. Dan keduanya pun langsung terjatuh tak berdaya.

Mijoo yang masih tak percaya akan apa yang baru saja dilihatnya, pun melarikan diri sejauh mungkin dari tempat Graver tadi. Namun bukan tanpa alasan ia menjauh. Ia hanya ingin menjauhkan Graver dari Joshua dan Jinhwan yang mungkin sudah terkena racun Graver. Ia tak ingin membuat keadaan mereka semakin parah. Dan memang ini rencananya. Kini ia tengah menggenggam sebuah sampel zat radioaktif. Setelah dirasa jaraknya sudah lumayan jauh dari Jinhwan dan Joshua, Mijoo melemparkan zat radioaktif tadi pada Graver dan membakarnya di saat yang bersamaan.

Yah, sayangnya Graver terlalu cepat mengerti dengan rencana seperti itu. Dengan mudah ia menghindarinya. Sedang sampel itu, keluar melalui jendela, dan menciptakan ledakan di udara. Beruntungnya, zat tadi tak meledak di lab kimia. Yaa, ledakannya pasti akan memicu ledakan lain pula bukan?

Dengan melesetnya serangan Mijoo, kini ia terpojok di salah satu sudut ruangan. Graver itu pun bersama tawa gilanya, dengan santai mendekat ke arah Mijoo. Ia menarik leher Mijoo, dan mengangkatnya tinggi di udara, sehingga Mijoo kesulitan untuk mengambil oksigen. Walau vampire tak sepenuhnya bernafas, tapi sebenarnya mereka juga membutuhkan sedikit oksigen untuk hidup.

Sebelah tangan Mijoo masih memegangi tangan Graver yang mencekiknya itu. Sedang sebelah tangan yang lain ia gunakan untuk menjambak dan memukuli kepala Si Graver. Ia tak bisa menggunakan kekuatan apinya saat ini. Ia butuh bernafas untuk melakukannya.

Slap

BRAKK

“Hei, bukankah melawan perempuan itu hanya pecundang yang melakukannya, huh?” ejek Jinhwan. Graver tadi jatuh terpleset oleh elemen air milik Jinhwan dan Joshua. Mereka sepertinya berhasil untuk kembali bangun meski terluka.

Dengan geram, Graver tadi tiba-tiba mengaung, dan dua ekor Graver lain muncul dari ruang penyimpanan, tempat Graver yang pertama itu muncul.

Kini nyali Jinhwan dan Joshua kembali diciutkan oleh munculnya Graver lain. Bahkan melawan satu Graver saja sudah sulit. Bagaimana dengan tiga?

Dengan sebisanya, mereka melawan. Namun apa daya, Graver memang benar-benar kuat. Ketiganya akhirnya kembali terpojok. Dan dengan sekali cakaran, salah satu Graver berhasil melukai ketiganya sekaligus. Cakaran itu cukup dalam. Belum lagi racun yang mulai menyebar pada tubuh mereka.

“YA!”

Krrrk

Puluhan kristal es menyerang Graver-Graver itu secara tiba-tiba. Diikuti oleh pukulan keras yang di berikan oleh V dan Suga pada masing masing Graver. Sedang yang satu lagi, ia harus berhadapan dengan belasan mini T-bots di depannya yang dikendalikan oleh Zelo.

Karena Graver tak memiliki pikiran, maka kau tak bisa menyerangnya dengan ilusi. Serangan fisik adalah satu-satunya cara. Walau Graver terlihat lebih kuat, V dan Suga beruntungnya berhasil melumpuhkan mereka dengan pukulan keras saat mereka lengah tadi. Setelah terjatuh, Aerin berhasil membekukan Graver itu dalam bongkahan es. Walau tak bertahan lama, setidaknya itu cukup untuk mengurungnya. Vampire tak bisa dibius. Jadi pembekuan adalah alternatif yang bagus.

Belasan T-bots yang dikendalikan oleh pikiran Zelo bertugas dengan sangat baik. Untungnya ia selalu membawa mini T-bots kemanapun ia pergi. Itu sangat berguna dalam keadaan seperti ini. Graver itu lumpuh oleh jarum-jarum perak, yang dikeluarkan oleh T-bots milik Zelo, dan itulah bagaimana cara ia dimatikan.

Salah satu Graver yang ditangani oleh V tak bisa bibekukan oleh Aerin. Sepertinya kekuatan yang ia miliki adalah api, sehingga es yang dikeluarkan Aerin berulang kali mencair. Walau V berusaha merobohkan mahluk itu lagi, sepertinya hal itu sudah terlalu mustahil karena ia bertambah jauh lebih kuat di banding saat V memukulnya pertama kali.

Ia berhasil memberikan goresan pada V, saat V berusaha menyerangnya. Walau hanya goresan kecil, yah, itu cukup untuk menularkan racun berbahaya Graver. Setelah merasa puas berhasil melukai seorang lagi, Graver itu melarikan diri. V sempat menahannya, namun hal itu malah membuatnya kembali mendapat luka cakaran di lengan kanannya. Akhirnya ia membiarkan Graver itu pergi. Toh, ia sudah tak mengganggu lagi jika melarikan diri.

-V POV

“Arkh…,” aku menggeram kuat saat mahluk menjijikan itu kembali menggores luka pada lenganku. Sial, aku tak bisa lagi mengejarnya. Jika kugunakan alatku, aku akan ketahuan. Setelah kupikir, jika ia hanya pergi, bukankah tak masalah? Toh mereka juga vampire. Tapi siapa yang melakukan ini? Mengirim Graver ke sekolah bukankah berlebihan? Pasti ada sesuatu yang sangat penting sampai ia mengirim mahluk terkutuk itu. Sepertinya ini adalah petunjuk untukku dan Krystal.

“Ya! Kau tak apa?” tanya Zelo khawatir setelah sampai di depanku. Sepertinya ia tak terluka sama sekali. Kemampuan pengendalian pikirinnya memang hebat.

“Kau tak melihatnya? Dia melukaiku, bodoh,” balasku kesal, “Arkh…,” sekali lagi aku menggeram kesakitan. Racunnya mulai terasa. Aku butuh seseorang. Mungkin bagi vampire, racunnya hanya merubah mereka menjadi Graver. Tapi bagaimana dengan werewolf? Mungkin bisa membunuhku.

“Jinhwan!” teriak Jimin mengambil atensiku. Ia satu-satunya yang berani memasuki lab kimia bersama Daehyun. Tentu saja mereka cepat-cepat menuju tempat Jinhwan terbaring, dan segera mengobatinya.

“Kau obati mereka dulu. Aku juga di kelas medis. Aku masih bisa melakukannya sendiri,” tawar Jinhwan.

Jimin pun beralih pada Mijoo yang juga terlihat sangat kesakitan.

“Karena Joshua masih terlihat kuat, aku akan mengobatimu lebih dulu. Mengeluarkan racun tidaklah mudah. Kau harus menahannya sedikit, mengerti?” pinta Jimin pada Mijoo, yang balas diangguki Mijoo lemah.

“Hei, apa tak ada yang tahu aku terluka? Sepertinya hanya aku yang diabaikan,” ujarku sendiri. Tentu Zelo yang mendengarnya balas menatapku heran,

“Aku tahu kau terluka. Tapi T-botsku bukan robot medis. Maaf saja,” balasnya asal.

“Ya! Maksudku, anak-anak di luar hanya memperhatikan bekas ledakan, dan tak berani masuk karena Graver. Padahal mahluk konyol itu jelas tak sadarkan diri atau bahkan sudah mati. Tak bisakah kau panggilkan salah satu anak kelas medis dari mereka? Kau tahu aku mulai merasakan efek racunnya,” jelasku.

“Ck…,” keluh Zelo hendak meninggalkanku. Mungkin benar-benar mencarikanku anak medis. Atau mungkin juga dia jengah dengan semua ocehanku.

Namun,

“Berikan tanganmu,” ujar Aerin yang entah darimana muncul. Ia sudah berada di hadapanku begitu saja dengan ekspresi datar khas Go Aerin.

“Kenapa kau di sini? Kau bukan anak medis,” elakku.

“Jika tak masuk kelas khusus, aku akan masuk kelas medis,” balasnya singkat. Tanpa permisi, ia langsung menarik lenganku saja dan mulai mengobatinya. Hei, ada apa dengan anak ini? Tiba-tiba menjadi baik? Atau ia juga hanya kesal mendengarku mengomel kesakitan. Dia mendengarnya? Bagaimana bisa?

“Hei, bukankah kau benar-benar mengagumkan, Go Aerin? Kau pintar, menguasai teknik es, dan sekarang kau ternyata juga bisa dalam hal medical,” puji Zelo yang tak jadi meninggalkanku.

“Aku hanya melakukan ini untuk membalasnya,” ujar Aerin yang langsung membuatku diam. Ck, kenapa anak ini masih membahasnya, huh?

“Sudah kubilang itu hanyalah obat yang dititipkan oleh petugas klinik. Ia sibuk, dan memintaku untuk memberikannya padamu,” tegasku.

“Kau selalu pintar berbohong rupanya,” decih Aerin.

“Apa maks-… AAA!” oh, sial. Dia sengaja melakukannya, huh? Apa itu tadi semacam suntikan? Rasanya seperti sebuah sengatan. Hah, pasti untuk membuatku diam.

“Untuk mengambil seluruh racunnya akan sangat menyakitkan. Jangan bergerak!” pinta Aerin datar. Dia yakin tak sengaja? Jika dia tahu itu menyakikan, kenapa tak mengatakannya dari awal seperti Jimin? Kupikir ia lebih ahli dari Jimin.

Karena aku sadar, Aerin melakukannya mungkin agar aku diam, maka aku yah, hanya menurutinya. Toh jika aku banyak bicara akan melelahkan pula. Aku pun mengambil pandang kembali pada sosok di hadapanku ini. Lihatlah dia. Kenapa terlihat serius sekali? Apa mengeluarkan sedikit racun sesulit itu?

Jujur jika bukan Go Aerin, aku tak akan membiarkan vampire lain mengobatiku. Tahu kenapa? Vampire tak memiliki jantung, dan werewolf memilikinya. Jika kau tak teliti memang bukan masalah. Namun untuk anak medis, mereka akan benar-benar teliti dalam menganalisa. Sebenarnya aku hanya akan menunggu Krystal. Tapi yah, kurasa ia akan lama datang. Toh racunnya benar-benar seperti sudah mencapai kepala. Itu mengerikan jika jantung atau otakku terkenanya. Mungkin aku benar-benar akan mati.

Kau tahu hal lainnya? Ingat ketika sensorku selalu error saat berada di dekat Aerin? Yaa, hal itu masih berlaku hingga sekarang. Sensorku sudah memburam sejak Aerin berdiri di depanku tadi. Mungkin bisa rusak jika kubiarkan. Namun sekali ini, yah, aku ingin membiarkan pikiranku ini terbuka.

“Sudah kubilang itu hanya obat dari petugas. Kenapa kau begitu tak percaya?”-V

Ya, aku sedang bertelepati dengannya. Aku tahu aku berhasil. Namun yang kulihat, ia masih saja fokus pada pengobatanku.

“ – “

”Aku tahu kau bisa membalasnya. Tenanglah, tak ada yang akan bisa mendengarnya,”-V

“ – “

Kenapa tak segera membalasnya, huh?

“Go Aerin?”-V

“Karena kau selalu berbohong. Lalu kenapa kau selalu terlihat menghindar, huh?”-Aerin.

Dia bilang apa? Selalu menghindar? Akupun tak bisa menahan tawa mendengarnya.

“Kau lucu, Rin,”-V.

Kata itu sempat membuat pipi Aerin memerah. Hei dia kenapa? Namun harus kuakui dia terlihat lucu dengan wajah seperti itu. Aku pun kembali tertawa kecil.

“Besok ikutlah ke suatu tempat bersamaku. Aku ingin memberitahumu sesuatu. Ada yang harus kutanyakan pula,”-V.

“Bagaimana jika aku menolaknya,”-Aerin.

“Aku tahu kau tak akan menolaknya. Pukul 5.30,”-V.

“Kau gila! Itu mendekati jam tidur vampire,”-Aerin.

“Memang kau akan bisa tidur? Minggu depan adalah pesta ulang tahun sekolah. Pergilah bersamaku, oke?”-V

Aku pun segera memutus telepati setelah mengatakannya. Bisa kulihat kini Aerin yang sudah mengalihkan fokusnya. Ia menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya tentu saja. Tahu kenapa aku mengatakannya? Kurasa aku tak akan mengungkapkannya sekarang karena Aerin masih bisa memasuki pikiranku. Jadi tak akan kukatakan apapun. Setelah sadar ia tak akan mendapat jawaban apapun, ia kembali terfokus pada lukaku, dan memilih tak ambil peduli.

 

-Author POV

“Jinhwan!” teriak Yunhyeong sesaat setelah ia tiba. Cepat-cepat ia mengambil tempat di dekat Jinhwan, dan menanyainya. Tentu saja itu menarik perhatian semua orang

Aerin yang melihatnya balas tersenyum. Persahabatan mereka benar-benar kuat. Namun fokusnya itu diganggu oleh kehadiran seorang Jung Krystal bersamaan dengan master-master yang lainnya. Dengan kecepatan cahaya, Krystal berlari mendekati tempat Aerin sekarang berada.

“Kenapa-“ perkataan Aerin terputus ketika Krystal berteriak dan memeluk V begitu saja,

“Kau gila, eoh?!!”

Teriakan itu memecah semua keramaian yang ditimbulkan anak-anak di sana.

“Hei Krys, ini hanya sebuah goresan. Aerin telah berhasil mengeluarkan racunnya,” jelas V menenangkan.

“Tetap saja seharusnya kau tak perlu melawan sesuatu seperti itu secara fisik, bodoh,” teriak Krystal marah dan mulai menangis.

“Aku tahu. Aku minta maaf, oke?” balas V seraya menepuk kepala Krystal pelan. Menenangkannya, berharap gadis itu segera berhenti menangis.

Sedang siswa lain yang menyaksikannya, balik berbisik dan saling tersenyum.

“Kurasa berita itu benar.”

“Ya, Jung Krystal memang sesuatu.”

“Jadi mereka benar pacaran? Benar-benar pasangan yang sempurna,” beberapa komentar lain semacamnya pun ikut menari bebas di telinga Aerin. Ia juga tahu V dan Krystal beritanya dekat belakangan ini. Namun apa itu benar? Jadi mereka sungguh pacaran? Hah! Benar-benar lucu.

.

.

.

@backyard

Kini Aerin tengah memandangi langit oranye, tepat sebelum sang baskara menampakkan diri menggantikan sang rina. Aerin menghirup nafas panjang, dan mulai kembali menenangkan pikirannya. Kejadian belakangan yang dialaminya di akademi vampire benar-benar di luar perkiraannya. Apa dia sedang memainkan drama atau semacamnya? Kenapa di saat semua terlihat berjalan lancar, pasti sesuatu yang buruk akan mengakhirinya? Itu konyol.

Aerin tak kuasa menahan tawa, saat secercah pikiran sempat berlalu di otaknya. Pikiran bahwa masa kecilnya lebih baik dari semua yang sedang dialaminya saat ini. Masa kecil yang mulanya menyenangkan, menjadi sebuah mimpi buruk yang sangat mengerikan. Bahkan hingga saat ini Aerin masih sering bermimpi akan hal itu. Bagaimana orang-orang tercintanya dilenyapkan oleh pengadilan. Bagaimana pengadilan merebut senyum itu selamanya dari masa kecil Aerin. Bagaimana mereka merubah Aerin menjadi sosok dingin yang banyak tak disukai.

Dua tahun di akademi vampire, membuat Aerin perlahan mulai menghilangkan sikap dinginnya itu. Akan tetapi yah…, belakangan ini ia merasa seperti diawasi. Semenjak kejadian ia koma dalam waktu yang cukup lama, Aerin tahu ada seseorang yang sedang memperhatikannya.

Kejadian itu pula yang membuat Aerin menjadi penasaran pada V. Dan sejak itu pula ia mulai dekat dengan Suga. Namun, sejak itu pula tatapan murid-murid yang lainnya menjadi berubah terhadap Aerin. Beberapa melihatnya seperti seorang idiot. Beberapa ada juga yang menjauhinya karena ketakutan. Dan beberapa lagi, mereka sedang menyelidikinya. Joshua adalah salah satunya karena ia memang sangat mudah penasaran.

Namun Joshua hanyalah seorang dari sekian lainnya. Banyak kakak kelas yang mencoba mencaritahu apa-apa tentang Aerin semenjak itu. Dan seiring berjalannya waktu, karena tak ada yang menemukan sesuatu yang aneh, julukan itu diberikan kepada Aerin. “Si Aneh”, “Vampire Idot”, “Putri Es, “Nenek Sihir”, dan beberapa julukan mengerikan lainnya.

Sejujurnya Aerin sangat terganggu. Namun jika ia melawan, maka ia yakin ia akan mendapatkan julukan yang lebih mengerikan lagi. Selama itu, ia hanya bisa bergaul dengan teman-teman dekatnya. Bahkan di kelas khusus, ia menjadi peneyendiri di sana. Dan sebenarnya, anak-anak kelas khusus adalah mereka yang paling banyak mencaritahu tentang Aerin. Tak terkecuali V dan Suga. Kini ia baru sadar, ternyata mereka berdua memang selalu memperhatikannya, bahkan semenjak ia mulai memasuki akademi vampire.

Aerin hanya bisa merutuki dirinya sendiri, yang dengan gegabah mengeluarkan kekuatan miliknya. Orang tua Aerin bahkan telah memperingatkannya untuk tak memasuki tempat ini, terutama kelas khusus. Ia akan dianggap sebagai manusia yang diubah menjadi vampire setelah dewasa, sebenarnya. Namun…, Aerin tahu akademi vampire benar-benar tempat yang hebat. Ia ingin memasuki pengadilan vampire. Sekedar mencaritahu, apa tujuan pengadilan mengusik masa kecil Aerin dulu. Sama sekali tak terpikirkan, bahwa sekarang ini semua membahayakannya.

Bahkan bukan hanya untuknya. Mungkin berbahaya pula untuk orang-orang disekitarnya. Dan Aerin tahu itu buruk.

.

.

.

Flashback

“Jika kau benar-benar ingin tahu, kau akan menyakiti dirimu sendiri.”

.

“Mereka berdua sama saja. Kenapa harus berbohong? Kenapa tak bilang ‘ya’ saja tadi. Apa mereka ingin mengunjingi Aerin sendiri-sendiri?”

.

“Rambut caramel? Dia yang terlihat tak acuh itu? Apa itu V yang kau maksud?”

.

“Oh, jangan rusak sensorku lagi, idiot.”

.

“Apa mungkin bagi seseorang untuk memiliki dua atau lebih kekuatan divisi sekaligus?”

.

“-yah, seperti ada sesuatu dalam tubuh Go Aerin yang membuatnya sangat menarik?”

.

“Hmm… jadi kau berhasil masuk ke pikiranku huh, Go Aerin?”

 

-TBC

Gimana chap 3? Hope you like it. Sekedar keterangan lagi (banyak banget ga sih?) yang terakhir itu cuplikan flashbacknya nanti, mungkin sampai chap 5 atau 6.

Well, makasih yang udah mau baca! Hope you review this. Don’t forget to like and comment, ne!

21 pemikiran pada “[BTS FF Freelance] The Academy of Vampire (Chapter 3)

  1. keren thor. jadi makin penasaran gimana klanjutannya! udah deh thor aku bingung mau ngmong apa abis si taetae bikin baper, jadi ikut senyum” gk jelas kyak orang gila bacanya.
    keep writing deh buat author. ttp smangat. lanjut baca thor

    Suka

  2. Wewww aerin cemburu nih sama krys.. padahal kan mereka ga punya hubungan.. btw taetae genit sebel deh😒 awas lu tae… aerin penasaran sama taetae, taetae penasaran sama aerin, dan reader juga penasaran sama kalian wkwk.. taetae jangan mainin perempuan lu lebih tepatnya jangan lirik” perempuan nanti aku suruhkamu tidur di luar lohhh😂 keep writing and fighting!!!

    Disukai oleh 1 orang

    • Aduu, aku ketawa loh baca review kamu. Seneng banget ada yang komen kek gini. Seneng bacanya eheh *love*
      Ditungguin terus yaa kelanjutannya~ kirito :v
      Thanks for reading. Thanks for your coment yaa 😉

      Suka

  3. Baper..baper..baperr..bapeerr..bapeerrr..mphi kayaknya suka ya sama aerin.penasaran deh,siapa yang bakal jadian sama Aerin nanti #abang mphi sama aku aja vemya siap diajak jalan sama mphi pas ultah academy vampire😗😗
    #buuuk bukk dipukulin Army

    Disukai oleh 1 orang

    • Haloooa Vemnya ^^
      Yang nulis aja ikut baper looh T.T
      Thanks for reading yaa. Thanks for your lovely (?) coment /*apaan si ini author /*plak
      Ditungguin terus yaa kelanjutannya~ :-))

      Suka

  4. min mana chapter 2 nya?? (2)
    Min aku ngk bisa nemuin chap 2nya (2)
    Author/admin chap 2 nya ko gak bisa ditemuin?? (2)
    Di jadwal publishnya Selasa, tapi yang hari selasa kok gaada semua T.T
    Min, ini gimanaa?
    Buat reader, mungkin buat selanjutnya aku ngirimnya kasih renggang seminggu aja, biar nggak aneh gini aja. Maaf yaa kalau nggak nyaman…

    Suka

  5. Jadi aerin satu satunya vampire yang bisa memakai 2 kekuatan/Lbh (es, medis, dan mungkin lainnya jg).. Wow hebat! Aku ingin tau lebih banyak ttg aerin dan kenapa dia bisa menggunakan kekuatan yg diluar divisinya juga.. Kalau bisa chapter berikutnya Lbh menceritakan ttg aerin dan kekuatannya ya kak! Ditunggu chapter berikutnya 😄👍🏻

    Disukai oleh 1 orang

    • Haii Ariefania ^^
      Iyaa itu Aerin bisa es sama ilusi. Di chap selanjutnya dijelasin lebih banyak kok. Dan medis itu bukan divisi, tapi semacam keas bakat gitu :v
      Thaks for reading yaa. Thanks banget buat komentarnya. 😀
      Ditungguin terus yaa kelanjutannya. Hehe… 😛

      Suka

Leave a Review