[BTS FF Freelance] The Dark Side : Eccedentesiast – Prolog

s_5324722346742

PROLOGUE

The Dark Side

 

Author : Clararitta

Cast : Kim Taehyung, Serra (OC), Kim Mingyu

Genre : Vamp, Fantasy, Mystery, Drama

Rated : 15+

Chaptered

 

Sebelumnya terima kasih karena sudah baca ff aku, that means a lot for me~
The Dark Side sudah sampe chapter 4 sekarang dan bagi yang mau langsung baca bisa langsung ke wattpad aku @clararitta di wattpad juga aku updatenya lebih sering
Tolong jangan jadi silent reader ya, jangan lupa vote, like, comment
xoxo

—–

Daegu, December 27h 2004

Salju turun dengan lebat di langit kota Daegu malam ini. Senyuman tampak menghiasi wajah setiap orang pada hari ini. Banyak dari mereka mengulurkan tangannya ke atas untuk merasakan butiran salju yang mencair di atas telapak tangan mereka. Kebanyakan dari mereka seumuran denganku, bersama dengan orang tua mereka. Mereka… tampak sangat bahagia.

 

Aku menghela napasku dengan berat. Aku benci melihat semua kebahagiaan ini.

 

Aku memperhatikan Taehyung yang kini sedang mengejar Jungkook. Mereka berlari di tengah dinginnya salju malam ini, dan sesuai dugaan, Jungkook selalu kalah dengan Taehyung masalah kecepatan. Taehyung, dia selalu dikelilingi oleh banyak teman yang selalu berada di sampingnya, yang selalu bercanda dengannya di saat kapanpun Taehyung berada. Dia… tidak pernah merasakan kata ‘kesepian’.

 

“Hey Mingyu! Tidak ikut main?” Taehyung bertanya kepadaku dari kejauhan.

 

Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum kepadanya.

 

“Oh. Aku main dulu dengan mereka ya?”

 

Taehyung kini kembali lagi kepada teman-temannya dan mulai bermain hide and seek dengan mereka. Kutatap dirinya yang sedang tertawa bersama mereka. Senyumku langsung memudar begitu melihat kebahagiaan yang benar-benar tidak bisa lepas pada raut wajahnya.

 

Aku mengepalkan kedua tanganku dengan geram. Kenapa dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan?! Teman, kekayaan, keluarga. Semua yang tidak pernah kupunyai selama hidupku justru selalu dengan mudah dia dapatkan. Aku… aku benci dia.

 

“Oh, gwenchana? Mian.”

 

Aku menoleh ke arah sumber suara itu. Taehyung. Tunggu dulu… Serra?

 

Spontan aku langsung berdiri dari tempat dudukku begitu aku melihat Serra terjatuh dengan memar di wajahnya.

 

“Hey Tae, harusnya kau berhati-hati. Lihat wajahnya.”

 

Semua perhatian temannya langsung tertuju kepada Serra. Mereka semua memberikan tatapan kasihan kepadanya, tatapan yang paling kubenci seumur hidupku.

 

Rasa panas dalam hatiku terasa semakin mendidih. Aku benci ketika Serra diperlakukan seperti itu. Aku benci ketika setiap orang menatap kasihan dirinya. Aku benci ketika dirinya harus berhadapan dengan si bajingan itu.

 

“Mau kubantu berdiri?” tanya Taehyung sambil mengulurkan tangannya tepat di hadapan Serra. Sebelum Serra meraih tangannya, aku langsung menarik tangan Serra dengan paksa dan mendorongnya agar berdiri tepat di belakangku.

 

“Jangan pernah berani kau menyakiti dia.” tegasku.

 

“Aku tidak menyakiti dia. Aku tidak sengaja melakukannya.”

 

Aku terdiam selama beberapa saat. Aku penasaran bagaimana jika aku mengatakan bagaimana Taehyung itu sebenarnya, apa semua teman-temannya ini tetap setia kepadanya atau tidak.

 

“Kau itu monster.”

 

Aku memperhatikan bagaimana reaksi Taehyung sekarang. Jelas sekali terlihat bahwa dia kesal karena perkataanku. Bagus.

 

“Apa maksudmu dia monster?” tanya Jungkook yang berada tidak jauh darinya.

 

“Harus kubuktikan atau tidak, huh?”

 

Spontan aku langsung memukul rahang kanannya hingga membuat tubuhnya sedikit terdorong ke belakang. Melihat kejadian itu, Serra langsung menarik lengan bajuku pelan. “Apa yang kau lakukan??” tanyanya dengan nada berbisik.

 

“Mundurlah.” jawabku pelan. Aku tahu sepelan-pelannya aku berbicara Taehyung tetap bisa mendengarnya.

 

Taehyung menyeringai sambil menyentuh wajahnya yang mulai kemerahan. “Kau itu sahabatku, Mingyu.”

 

“Aku tidak pernah menganggapmu sebagai sahabatku.”

 

Taehyung membelalakkan matanya tak percaya. Tangan yang tadi menyentuh wajahnya langsung ia turunkan. Ia terdiam selama beberapa saat sambil tetap menatap wajahku.

 

“Kau… kau pasti bercanda kan? Kau tidak sungguh-sungguh mengatakannya kan? Kita ini sahabat dari kecil. Aku tau kau pasti sedang mengerjaiku sekarang.”

 

Aku menatapnya dengan kesal. Bagaimana bisa dia pikir perkataanku adalah suatu candaan.

“Kau pikir aku bercanda? Aku-bukan-sahabatmu.”

 

“Kau keterlaluan, Mingyu. Bagaimana bisa kau…”

 

“Lalu kenapa selama ini kau selalu tersenyum padaku? Kau juga ada disaat semua orang menjauhiku. Kau bahkan pernah berjanji padaku kalau kita tetap bersahabat sampai kita dewasa nanti. Kau tahu aku begitu percaya padamu, kenapa kau justru mengatakan sesuatu yang tidak ingin kudengar!”

 

Aku bisa merasakan Serra terkejut dari belakang punggungku. Aku menoleh ke arahnya dan kembali menarik tangannya. “Kajja.”

 

Aku berjalan sambil tetap menggenggam tangannya, mengabaikan Taehyung yang masih berdiri disana tanpa berbuat apapun.

 

Disaat aku berjalan, aku merasakan sebuah tangan yang menarik pundakku dan tepat disaat aku menoleh, pukulan keras melayang tepat di wajahku hingga membuat tubuhku terseret di atas tanah.

 

“Beraninya kau melakukan itu padaku.”

 

Aku mengerang menahan sakit sementara Taehyung kembali berjalan ke arahku lalu menarik paksa kerah bajuku hingga tubuhku hanya berjarak beberapa sentimeter darinya.

 

“Kau tahu aku benci pengkhianat bukan?” ucapnya. Berbeda dengan sebelumnya, tatapan dinginnya kini seolah menembus jiwaku, menciptakan efek merinding di sekujur tubuh yang tidak kumengerti apa sebabnya.

 

Melihatnya menatapku seperti itu membuat diriku tidak bisa berbuat apapun, pikiranku mendadak kosong dan jiwaku terasa seperti telah direnggut olehnya.

 

Selama beberapa saat, bola mata Taehyung mendadak berubah menjadi merah. Goresan hitam yang tadinya tidak ada tampak muncul di sepanjang pembuluh nadinya dan kuku beningnya mulai berubah warna menjadi kehitaman serta meruncing seperti serigala.

 

Dia… benar-benar berubah.

 

Aku segera melepaskan cengkeramannya dari kerah bajuku dan mundur beberapa langkah. Setiap orang yang tadinya berdiri bersama Taehyung mulai ketakutan dan menjauh perlahan-lahan dari tempat mereka berdiri.

 

Aku memperhatikan sosoknya mulai berubah perlahan-lahan, dan semakin lama dirinya semakin terlihat menyeramkan, benar-benar seperti monster.

 

Ia mengangkat kepalanya dan mulai menatapku. Bola mata itu… bola mata yang paling kuhindari seumur hidupku, kini tepat berada di hadapanku, menatapku. Tatapan yang seolah akan membunuh siapa saja yang dilihatnya.

 

Aku kembali berjalan mundur perlahan, tahu aku yang akan menjadi korban selanjutnya.

 

Sosoknya yang mulanya hanya menatapku kini mulai berjalan ke arahku, perlahan-lahan dan semakin lama semakin cepat, membuat aku tak dapat mundur lagi karena tubuhku sekarang sudah menyentuh tembok paling belakang dari halaman ini. Keringat mulai membasahi permukaan wajahku dan rasa takut mulai menjalar di seluruh tubuhku. Aku benar-benar melepaskan seekor singa dari kandangnya.

 

Semakin dekat jaraknya, semakin ingin aku melarikan diri dari tempat ini sekarang juga.

 

Kau tidak akan bisa lari kemanapun, brengsek.”

 

Aku baru ingat sisi iblisnya mampu mengetahui isi pikiran orang lain.

 

Aku mencoba mencari arah yang cukup luas agar bisa lari darinya. Arah kiri.

 

Aku harus pergi. Aku harus pergi. Aku harus pergi.

 

Dengan nekatnya, aku mencoba mengelabui Taehyung dengan melemparkan salju tepat di wajahnya. Namun nyatanya gagal. Ia justru dengan cepat, langsung berdiri hanya beberapa sentimeter dariku dan langsung mencekik sekujur leherku dengan kuku tajamnya.

 

“Jangan coba-coba mengelabuiku, bodoh.”

 

Semakin lama cengkramannya di leherku semakin kuat. Kukunya yang tajam menembus permukaan kulitku hingga aku sendiri dapat merasakan darah mulai mengucur keluar dari pembuluh nadiku. Aku bahkan tidak bisa merasakan udara sedikitpun sekarang ini. Aku benar-benar tak dapat berbuat apapun untuk melawan ataupun memberontak.

 

Aku menutup mataku dengan erat berusaha untuk bertahan hidup meskipun kemungkinannya hanya satu persen.

 

Hajima!”

 

Serra. Aku mendengar Serra berteriak dari arah belakang, dan saat aku membuka mataku kembali, benar, Serra sedang berdiri di belakang tidak jauh dari aku dan Taehyung.

 

“Tolong lepaskan Mingyu.”

 

Taehyung justru menyeringai dan semakin menguatkan cengkeramannya di sekujur leherku hingga aku hampir kehabisan napas.

 

Serra yang tadinya berada tidak jauh dari tempat kami berdiri, mulai berjalan mendekat. Kumohon jangan, Serra. Kumohon

 

Tapi nyatanya Serra justru semakin mendekat dan berdiri benar-benar tepat di belakang Taehyung. Serra menarik pelan bagian bawah jaket hitam Taehyung. “Hajima…

 

Aku menutup mataku dengan erat, tidak siap dengan apa yang akan terjadi setelah ini.

 

Perlahan mulai kurasakan cengkeramannya sedikit melonggar, namun telapak tangannya masih menyentuh sekujur leherku.

 

“Aku tahu dia sudah berbuat salah padamu, dia sudah melukai perasaanmu, tapi tolong maafkan dia… Membalas dendam kepada orang yang telah menyakitimu tidak akan menyelesaikan masalah.”

 

Seolah tidak peduli dengan perkataan Serra, Taehyung justru semakin menguatkan cengkeramannya di sekujur leherku. Aku tahu berbicara seperti itu tidak akan ada gunanya. Iblis tetaplah iblis. Ia tidak akan membiarkan mangsanya lepas sedetikpun dari genggamannya.

 

“Aku tahu kau bukan orang yang jahat…”

 

Yang kuinginkan sekarang adalah agar Serra cepat menjauh dari tempat ini. Aku tidak ingin dia terlibat apapun dalam masalah ini. Aku juga tidak ingin Serra justru disakiti oleh Si Bajingan ini.

 

Mendadak Taehyung melepaskan cengkeramannya dan menurunkan tangannya perlahan-lahan. Aku mencoba mengatur napasku yang masih terasa mencekat di dada. Sementara Taehyung membalikkan badannya dan berjalan beberapa langkah mendekati Serra.

 

Tolong jangan sakiti dia. Tolong.

 

Taehyung justru mencekik dengan kasar leher Serra hingga tubuhnya terangkat sangat tinggi, lebih tinggi dari tubuh Taehyung. Terlihat jelas kalau Serra ingin agar Taehyung melepaskan tangannya. Tapi, semakin Serra meminta Ia untuk melepaskan tangannya, semakin Taehyung menguatkan cengkeramannya. Ini sudah berlebihan.

 

Aku berjalan cepat ke arah mereka berdua untuk segera menghentikan Taehyung dari perbuatannya. Namun, di luar dugaanku, tubuhku justru terlempar ke belakang hingga kepalaku terbentur dengan tembok tempat tadinya aku berdiri.

 

Taehyung… mianhae…

 

Aku menyentuh punggung kepalaku yang masih terasa sakit, sementara aku tetap berusaha memfokuskan pandanganku yang tampak mulai mengabur. Serra… dia… dia sudah dilepaskan oleh Taehyung. Dia…

 

Aku segera berlari ke arah Serra dan langsung memeluknya dengan sangat erat. Aku begitu khawatir sampai-sampai aku tidak tahu lagi harus berbuat apa. Mendengar suara isakan darinya justru membuat hatiku terasa sakit. Aku benci ketika melihat dia menangis. Aku benci ketika melihat dia ketakutan seperti ini. Aku benci kepada diriku sendiri yang tidak bisa melindunginya. Tidak seharusnya dia melibatkan dirinya dalam masalah ini, karena aku tahu Si Bajingan itu pasti juga akan melukainya.

 

Aku melepaskan pelukanku dan menyentuh lembut wajah pucatnya. “Gwenchana?”

 

Serra menganggukkan kepalanya sambil tetap menatap wajahku. Entah kenapa, aku langsung lega begitu melihatnya.

 

“Kau…”

 

Aku tiba-tiba mendengar suara memanggilku dari belakang. Aku menoleh dan ternyata itu Taehyung. Dia sudah kembali pada wujud manusianya.

 

“Bagaimana bisa kau…”

 

Dan ternyata ‘kau’ yang dia maksud adalah Serra.

 

“Kau mengembalikan aku ke wujud manusiaku…tanpa aku harus membunuh sesuatu terlebih dahulu…”

 

Aku membelalakkan mataku kaget. Aku juga baru sadar, setiap kali dia berada pada wujud iblisnya, selalu ada satu orang yang mati karena dicekik olehnya. Tapi sekarang, dia benar-benar tidak membunuh siapapun, aku ataupun Serra.

“Kau… bisa mengendalikan sisi iblisku…”

 

Aku menoleh menatap Serra.

 

Kau adalah korban berikutnya, Serra.

 

2 pemikiran pada “[BTS FF Freelance] The Dark Side : Eccedentesiast – Prolog

Leave a Review