[BTS FF Freelance] Friend Zone (Chapter 1)

friend-zone

 

Tittle                : Friend Zone

Author             : Flower Girl (ahrajung13)

Length             : Chaptered

Rating             : T

Genre              : Friendship, Romance, Sad.

Main cast         :

  • Jessica
  • Jin

Happy reading :* ^^

 

____________________________________________________________

– New Boy and Crazy Wager!

Dengan mimik wajah seperti biasa, Jessica berjalan menuju ke kelasnya. Seragam dengan blazer biru dongker dan rok coklat muda begitu pas di tubuhnya. Sangat cantik, ditambah dengan sepatu pantofel ber hak dan kaos kaki putih di bawah lutut. Hari ini adalah hari ketiga masuk sekolah setelah liburan musim panas, membuat dandanan Jessica masih terkesan seperti saat musim panas. Rambut coklat diikat ekor kuda dengan tambahan pita rambut.

Ia melangkah memasuki kelas bertuliskan 2-4 setelah mengambil beberapa buku di loker. Seperti biasa, suasana kelas selalu gaduh. Jessica lantas menuju tempat duduknya di deretan paling tepi dekat dengan jendela, nomor tiga dari depan.

15 menit kemudian, bel tanda masuk berbunyi. Dimulailah pelajaran bahasa Inggris hari itu. Setelah guru datang, para siswa yang nampak merusuh segera kembali ke tempat duduk masing-masing untuk memulai pelajaran.

Kelas terasa sangat kondusif saat ini. Setelah 30 menit pelajaran-yang menurut siswa lain- sangat membosankan, tiba-tiba wali kelas mereka, Jong Saem masuk ke dalam kelas bersama dengan seorang namja yang mengekor di belakangnya.

“Maaf, Miss Gen. Saya mengganggu sebentar. Ada sedikit pengumuman.”  Ujar Jong Saem.

Para murid berbisik-bisik membicarakan seorang namja tampan yang berdiri di belakang Jong Saem. Kelas mulai gaduh lagi.

“Ne ne, silahkan.”  Miss Genie pun mempersilahkan.

Jong Saem menarik namja tadi ke samping tubuhnya. “Anak-anak, hari ini ada seorang teman yang akan bergabung dengan kelas 2-4. Tolong berteman baik dengannya.”   Setelah mengucapkan itu, Jong Saem keluar dari kelas, dan mempersilahkan Miss Gen memulai kembali kelasnya.

“Silent please!”  Miss Genie memukul-mukul mejanya, karena kelas mulai ramai lagi. “Silahkan perkenalkan dirimu.”

Jessica yang sedari tadi fokus pada buku yang ada dihadapannya, menoleh ke depan. Ia menatap seorang namja yang kini tengah memperkenalkan diri.

“Annyeonghaseyo. Kim Seok Jin-eo. Panggilan akrab ku Jin. Senang berkenalan dengan kalian.”  Ujar namja itu diakhiri dengan membungkuk 90 derajat dan senyuman manis.

Para yeoja-kecuali Jessica- terpesona melihat senyuman namja bernama Jin itu. beberapa dari mereka bahkan dengan jujur memuji ketampanan Jin.

“Sudah. Sekarang kau duduk di kursi kosong itu.”  kata Miss Genie menunjukkan tempat untuk Jin.

Jin mengangguk lalu berjalan menuju kursi kosong yang ditunjuk Miss Genie. Ia menatap kanan-kiri dan depan-belakangnya. Dua yeoja duduk di samping kiri dan depannya, dan namja di samping kanan dan belakangnya.

“Kau tampan sekali.”  Ucap yeoja yang duduk di depan Jin dengan gamblang.

Jin hanya menjawab dengan senyum canggung. Ia lantas mengeluarkan buku catatan dari dalam tasnya. Sejenak ia menatap yeoja yang ada di samping kirinya. Ia perhatikan sejak ia memperkenalkan diri tadi, yeoja berambut coklat itu terus menatap buku, padahal yeoja lain dalam kelas sibuk memperhatikannya. Ia mengangkat bahu tak tahu, lalu memperhatikan penjelasan Miss Genie.

 

Setelah 2 jam pelajaran usai, bel istirahat berbunyi. Para namja segera berebut keluar dari kelas, sedangkan para yeoja-kecuali Jessica- kini tengah mengerubungi tempat duduk si murid baru, Jin.

“Dulu kau dari SMA mana?”

“Berapa umurmu?”

“Mau ke kantin bersama?”

“Berapa tanggal lahirmu?”

“Apa makanan kesukaanmu?”

Jin menggelengkan kepalanya mendengar berbagai pertanyaan dari yeoja-yeoja di sekitarnya. Ia menghela nafas panjang lalu mulai berkata,

“Wow tenang nona nona, aku akan menjawab pertanyaan kalian tapi di luar saja ya? Aku gerah berada disini.”

Namja itu berdiri dari kursinya lantas melangkah diikuti yeoja-yeoja genit yang penasaran dengan dirinya. Langkahnya terhenti sejenak saat ekor matanya melirik kembali yeoja yang duduk di samping kirinya, yang sekarang tengah menggunakan headphone putih dan membaca buku. Dalam hatinya ia penasaran, mengapa yeoja itu sangat diam. Namun lagi-lagi ia mengabaikan lalu keluar menuju kantin.

 

Sementara itu, Jessica tengah termenung dalam dunianya sendiri. Sebenarnya, sedari tadi ia tidak fokus pada pelajaran bahasa Inggris dari Miss Genie. Kepalanya masih terasa berputar-putar dalam bayangan adanya Thunder. Yah.. semenjak hari-hari Déjà vu beberapa minggu lalu, ia kembali disergap oleh rasa sakit karena mengingat namja itu.

Jemari lentiknya perlahan membuka satu per satu lembar buku kimia di hadapannya. Setelah mendengarkan alunan musik ballad, fokusnya sedikit demi sedikit kembali. Lagu milik Afternight Project berjudul You selalu menjadi mood boster bagi Jessica. Walau alunan musiknya yang sedih, namun Jessica malah merasa kuat setelah mendengar lagu itu.

 

Ini adalah awal dari musim gugur, saat yang dingin namun tak terlalu dingin~

Kau tampak seperti akan menjadi dingin, namun kau masih mengenakan pakaian pendek~

Musim yang berlalu, hari ini sinar matahari sangat hangat~

Musim semi datang, dan kau berada di depanku~

 

Kau sedang melihatku, lalu kau tersenyum padaku~

Aku merasa tak bisa bernafas~

Hanya satu kedipan matamu, bagiku itu sangat luar biasa~

Aku terhenti, seperti ini~

 

Ku menunggumu, kau melihat ke belakang~

Rasanya nafasku seperti akan berhenti~

Setiap gesture mu sangat luar biasa bagiku~

Jadi aku melihatmu seperti ini..~

 

Yeoja itu melepaskan headphone yang menempel di telinganya. Ia meletakkan buku kimianya di laci meja, lantas beranjak ke kamar mandi, karena ia merasa harus buang air kecil. Baru lima langkah kakinya beranjak, ia harus berhenti karena seorang namja tiba-tiba muncul di hadapannya.

“Ish.. mengapa mereka sangat merepotkan?”  gumam namja itu seraya menatap ke belakang, tanpa menyadari Jessica berdiri di hadapannya. Saat ia menatap ke depan, ekspresinya sangat terkejut.

“Eh.. sejak kapan kau disitu?”  tanya namja itu bodoh.

Jessica tidak menjawab. Ia berjalan ke sisi lain-menghindari namja itu, lalu keluar, menuju toilet tanpa menatap minat pada namja tampan itu.

“Yeoja itu aneh sekali.”  Gumam Jin. Yah namja itu adalah Jin yang dengan susah payah melarikan diri dari kepungan yeoja-yeoja yang mungkin sudah menjadi fansnya.

Ia berjalan ke bangkunya, lalu menatap sekeliling. Tidak ada yang menarik, menurutnya. Sampai matanya berhenti pada bangku di sebelah kirinya, dengan tas berwarna tosca yang mulai menarik rasa penasarannya. Tangan kekarnya merogoh laci meja itu, dan ia menemukan sebuah iPod dan beberapa buku pelajaran juga pencil case berwarna marun.

“Jessica Jung?”  gumam Jin membaca nama pada buku milik yeoja yang tadi ia sebut aneh. Dengan rasa penasaran, ia memasang headphone milik Jessica dan memutar lagu dari iPod yeoja brunette itu.

Perlahan ia memejamkan matanya, menikmati alunan musik ballad yang tadi didengarkan Jessica. Suara bass si penyanyi dikombinasikan dengan piano yang lembut. Dalam hati Jin berpikir, Yeoja ini sangat unik.

BRAKK~

“Apa yang kau lakukan?!”

Jin tersentak dan dengan reflek melepas headphone putih milik orang lain itu. Ia terkejut mendapati Jessica berdiri di hadapannya dengan tatapan-sangat- tajam, dan tatapan-tatapan bingung dari teman sekelasnya, yang entah sejak kapan sudah masuk ke kelas.

“Engg.. m..mian..”  ujar Jin gugup. Jujur ia takut melihat ekspresi tidak bersahabat dari Jessica.

Dengan kasar, Jessica merebut iPod hijaunya beserta headphone dan buku pelajarannya yang berada di tangan Jin. Ia lantas meletakkan barang-barangnya di meja lalu menjatuhkan Jin dari kursi miliknya.

“Jangan menyentuh barang-barang orang tanpa seizin orang yang bersangkutan, Tuan Murid Baru!”  ujar Jessica dingin nan menusuk.

“Akkh!”  pekik Jin yang terjatuh dari kursi Jessica. Ia mengelus pantatnya lalu berdiri, menatap sang yeoja Brunette dengan kesal.

“Yak! Kena-”

Ucapan Jin terpotong dengan datangnya guru kimia, Park Yerin seongsaenim-atau sering dipanggil Ye Saem.

“Keluarkan buku catatan dan kumpulkan ke depan.”  Perintah Ye Saem seraya duduk di kursi khusus guru.

Murid-murid lainnya segera berhambur ke meja masing-masing, membenahi catatan yang kurang lengkap. Layaknya pelajar SMA kebanyakan, ada yang tenang karena sudah lengkap-seperti Jessica, ada yang berlari kesana-kemari meminjam catatan teman, dan ada yang hanya melongo-seperti Jin.

“Emm.. maaf Saem saya murid baru dan baru masuk hari ini. Apa saya dapat keringanan?” tanya Jin dengan suara lantang, sedikit mengalihkan perhatian para murid yang-sepertinya-tengah sibuk mencontek.

Ye Saem menurunkan sedikit kacamatanya, menatap Jin dari atas sampai bawah. Guru yang terkenal dengan hukuman tak pandang bulu itu berdiri, mendekat pada Jin.

“Kim Seok Jin?”  titah Ye Saem membaca name tag pada seragam Jin. “Baiklah, kali ini aku sedang berbaik hati. Ku beri waktu satu jam pelajaranku untukmu merangkum Bab 3. Angkat mejamu dan kerjakan di luar kelas sekarang!”

Jin mengangguk patuh lalu mengemasi buku dan membawa meja-yang tersambung dengan kursi- keluar kelas. Sebelum benar-benar keluar, ia berkata pada Ye Saem.

“Saya bisa menyelesaikannya dalam 30 menit, Saem.”

Ye Saem yang sedang menerima buku catatan milik Jessica, menatap Jin dengan remeh. “Benarkah? Selama ini yang bisa merangkum secepat itu hanya Jessica Jung.”

Jessica-yang berada di hadapan Ye Saem- melirik Jin sinis, begitu pun sebaliknya. Selepas itu, Jin segera meletakkan mejanya dan fokus merangkum Bab yang diperintahkan Ye Saem.

25 Menit kemudian..

Pintu ruang kelas terbuka, dan menampakkan Jin dengan meja dan buku catatan kimianya. Namja itu menaruh kembali mejanya ke tempatnya-disamping Jessica, lalu mengumpulkan buku catatannya yang ditanggapi tatapan terkejut dari seisi kelas, tak terkecuali Jessica.

“Saya sudah selesai, Saem. Silahkan diperiksa.”  Setelah mengucapkan itu, Jin kembali ke tempat duduknya, dan melemparkan tatapan meremehkan pada Jessica.

“Wahh”  seru Ye Saem. “Kau benar-benar merangkum semuanya?”  tanya Ye Saem terkesan takjub.

Dengan wajah bangga-ditambah seruan para yeoja- Jin berdiri dan mengangguk. “Sebenarnya bab itu sudah saya pelajari selama proses pemindahan sekolah. Dan saya juga sudah mempelajari bab yang akan anda jelaskan hari ini.”

Ye Saem bertepuk tangan, membuat murid lain mengikuti-karena tidak biasa wanita agak berisi itu memuji murid lain kecuali Jessica-. Teman-teman sekelas menatap Jin terkesima, sejenak melupakan sang ratu pelajaran, Jessica yang sudah berturut-turut membawa nama baik sekolah dalam olimpiade SAINS dan selalu menduduki peringkat 1 disekolah.

“Sepertinya kelas kita kedatangan jenius baru.”  Ujar Ye Saem.

Telinga Jessica serasa panas karena pujian yang ditujukan pada namja yang dengan lancang menyentuh barang-barangnya itu. Ia melirik sinis Jin yang kini juga tengah menatapnya. Ia memberikan death glare andalannya seolah mengatakan ‘Kau akan mati!

*****

 

Hari-hari berikutnya disekolah seakan membuat Jessica selalu memanas. Ia merasa memiliki rival di sekolah sekarang. Apalagi, rival itu adalah namja yang dipuja-puja para yeoja seantero sekolah-kecuali dirinya tentunya. Para guru pun menyanjung Jin yang dengan mudah menguasai mata pelajaran yang baru mereka ajarkan. Hal itu sungguh membuat Jessica muak.

Di sekolahnya, memang banyak murid yang bersaing untuk menjadi nomor satu, dan mereka semua nampak rajin belajar, sampai-sampai ada yang lupa memperhatikan penampilannya-emm.. mungkin Jessica termasuk-. Tapi Jessica sungguh tak percaya dengan seorang anak baru bernama Kim Seok Jin yang begitu mudahnya merebut pujian para guru yang-biasanya- selalu ditujukan padanya. Ia merasa namja tampan itu sudah menggeser posisinya.

“Argghh!!”  Jessica mengacak rambutnya frustasi.

“Yak, kau kenapa?”

Jessica kembali ke alam nyatanya. Ia lupa ia sedang berada dalam pertemuan olimpiade matematika. Ia segera menurunkan tangannya yang berada di atas kepala, lalu tersenyum canggung pada anggota lain, yang kebanyakan adalah murid tingkat 3.

“Ekhm.. hari ini ada anggota baru yang akan masuk klub olimpiade.”  Ujar namja bername tag ‘Byun Baekhyun’ yang menjabat sebagai ketua olimpiade.

Setidaknya 12 orang anggota lain memusatkan perhatian mereka pada Baekhyun. Mereka penasaran dengan siapa orang yang akan menjadi anggota baru.

“Apa sudah diseleksi?”  tanya Jessica tiba-tiba.

Baekhyun tersenyum manis, “Tentu saja.”

Dan dari pintu masuk ruang olimpiade, munculah sosok namja yang membuat beberapa siswi menjerit tertahan karena tak menyangka orang itu yang akan masuk ke klub ini. Jessica merubah bentuk mata foxynya menjadi bulat sempurna, karena kedatangan orang itu.

“Kim Seok Jin dari kelas 2-4 akan menjadi anggota klub olimpiade mulai hari ini. Applause.”

Anggota lain bertepuk tangan, lagi-lagi kecuali Jessica yang masih dalam keterkejutannya. Rahangnya tiba-tiba mengeras, dan entah mengapa ia merasa sangat marah. Terlihat sekali wajahnya berubah menjadi seperti kepiting rebus.

“Seok Jin berhasil lolos tes dengan nilai 9,8. Beda 2 poin dari Jessica yang dulu lolos tes dengan nilai 9,6”  lanjut Baekhyun.

Saat Baekhyun akan mengeluarkan kalimat lagi, Jessica berdiri dari posisinya, membuat anggota lain menoleh ke arahnya.

“Maaf, Sunbae. Saya ijin ke toilet.”  Ujar Jessica dengan nada sedikit menahan emosinya. Tanpa basa-basi lagi ia meninggalkan ruang klub dengan langkah menghentak.

Semua mata tentu saja tertuju padanya, termasuk Jin. Apa aku keterlaluan? Tanya Jin dalam hati.

“Emm.. kalian lanjutkan dulu pembahasan tadi dan berkenalanlah dengan Jin. Aku mau menyusul Jessica.”  Ujar Baekhyun buru-buru menyusul Jessica.

Jin menatap bingung kejadian di hadapannya. Okay, niat awalnya pamer kepandaian hanyalah untuk balas dendam karena Jessica yang menjatuhkannya dari kursi, namun kini ia menyesal melakukan itu setelah melihat ekspresi Jessica yang tadi sempat lewat di depannya. Ia melihat wajah penuh emosi dan kilatan petir disertai setitik hujan di mata Jessica.

“Apa Baekhyun akan membujuknya lagi? Cih.. Mengapa Jessica selalu begitu istimewa baginya?”  gumam seorang yeoja.

Hal itu pun menarik perhatian Jin untuk bertanya. “Ada apa diantara mereka?”

*****

“Arrghhh~!!”  teriak Jessica seraya memukul-mukul tembok kamar mandi. Ia meluapkan amarahnya pada tembok yang tidak bersalah. Sampai-sampai tangannya nampak memerah-menampakkan darahnya yang akan keluar tanpa ada saluran.

“Aku tidak mau jadi nomor dua!”  isak Jessica dengan air mata yang mulai mengalir.

Tokk tok tok~

“Jessica?”

Suara rendah Baekhyun membuat Jessica menghentikan isakannya. Perlahan ia membuka pintu bilik toilet itu, dan menampakkan wajah Baekhyun yang selalu dengan senyuman manisnya.

“Mari kita bicara.” Ujar Baekhyun lembut seraya menarik Jessica menuju taman belakang sekolah.

 

“Wae?” tanya Jessica sesampainya di taman.

Baekhyun mendengus. “Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu, Neo wae geurae?”

Jessica terdiam. Lagi-lagi ia memperlihatkan kelemahannya pada orang lain. Namja di hadapannya ini bukanlah siapa-siapa, hanya seorang senior yang ia kenal sejak setahun yang lalu. Siswa terpandai yang lolos tes olimpiade dengan nilai 10 dan dinobatkan sebagai ketua.

Entah sejak kapan, Jessica hanya mampu berinteraksi dengan Baekhyun. Ia juga tidak tahu mengapa ia bisa menunjukkan wajah sedihnya pada Baekhyun. Selepas masa lalu bernama Thunder dan ketiga temannya, Jessica tidak pernah mau menjalin pertemanan dengan siapa pun. Namun ia juga tidak berpikir hubungannya dengan Baekhyun adalah sebuah pertemanan, karena mereka tidak pernah saling bertukar cerita.

“Aku lelah. Aku ingin keluar dari klub.”  Entah apa yang ada di pikirannya, kata-kata itu keluar begitu saja dari bibir Jessica.

“Yahh.. Wae?!”  tanya Baekhyun dengan nada naik satu oktaf.

Jessica menutup wajahnya dengan telapak tangan. Entah, ia hanya tidak suka mempunyai saingan. “Biarkan aku keluar, Sunbae.”

Baekhyun menghela nafas kasar. “Apa karena Kim Seok Jin? Ayolah, Jessica.. jangan kekanak-kanakan.”

Kata ‘kenakak-kanakan’ membuat emosi Jessica kembali tersulut. Ia kini berani menatap seniornya itu dengan mata berapi-api. “Jika aku kekanak-kanakan, maka biarkan aku keluar, Byun Baekhyun Sunbaenim!”

*****

Kata-kata beberapa anggota klub olimpiade terus tergiang di telinga Jin. Tentang hubungan abstrak antara Jessica dan Baekhyun, Jessica sebagai mutiara olimpiade matematika, Jessica si pintar nan busuk, Jessica penjilat, dan lain-lain. Jin tidak sepenuhnya mempercayai omongan para anggota yang sebenarnya tidak menyukai Jessica. Jin berpikir, mungkin mereka iri pada Jessica karena namja tampan sepertinya sekelas dengan Jessica.

Namun dari sisi lain Jin menilai Jessica memang yeoja yang pintar, namun kebribadiannya sangat tertutup sehingga orang-orang diluar sana lebih banyak membicarakan spekulasi tentang Jessica, bukan faktanya. Oleh sebab itu, Jin bertekad mendekati Jessica untuk mengorek sisi lain dari Jessica Jung.

Samar-samar dari lorong ia berjalan, namja itu melihat siluet seorang yeoja tengah mengemasi buku-buku dari loker. Jin menyipitkan matanya, memperjelas siapa yeoja itu. Matanya berbinar menghetahui yeoja itu Jessica. Ia pun tergesa menghampiri yeoja itu.

“Kau puas?”  belum sempat Jin mengeluarkan sepatah kata, Jessica sudah mengucapkan kalimat menusuknya.

Jin terpaku, melihat berkas-berkas air mata yang mengering di pipi Jessica. Ia merasa bodoh sudah membalas dendam sedemikian jauh. Ia merasa sangat menyesal dan bersalah.

“Jessi-”

“Jangan bicara padaku. Kau bisa ambil semua posisiku. Selamat kau mengalahkanku.”   Ujar Jessica dingin lantas berlalu meinggalkan Jin.

“Yakk yak, Jessica~!”

Jin mengejar Jessica dan mensejajarkan langkahnya dengan yeoja itu. Tapi kemudian ia berjalan selangkah di belakang Jessica, untuk memperhatikan sosok dengan surai kecoklatan dan tubuh semampai yang sebenarnya sangat cantik.

“Mianhae”   gumam Jin yang sengaja diperkeras dan berhasil membuat Jessica menghentikan langkahnya.

“Mianhaeyo, Jessica-ssi.”  Ulang Jin saat Jessica berbalik menatapnya.

Jessica tersenyum meremehkan. “Kau mendapatkan semua karena usahamu sendiri, kenapa kau harus minta maaf?”

Jin menggeleng. “Maaf karena merebut posisimu. Awalnya aku tidak berniat begitu.”

“Terserah.”

Jessica segera menaiki bus yang berhenti di halte. Ternyata ia berhenti melangkah karena sudah sampai pada tujuannya-halte- dan bukan untuk perkataan maaf dari Jin.

*****

Minggu demi minggu berlalu, dan sampailah Jessica pada tahap ujian akhir semester 3 (Semester 1 kelas 2). Dalam ujian ini ia berusaha sangat keras untuk kembali mendapatkan posisinya sebagai peringkat 1. Ia tidak mau namanya berada dalam kolom nomor dua nanti dan di nomor satu ada nama yang ia benci- Kim Seok Jin.

3 hari sebelum ujian akhir benar-benar cobaan bagi Jessica. Jin yang duduk di bangku sebelah kanannya selalu saja berbuat gaduh dengan para yeoja. Padahal hari-hari ini adalah hari untuk membahas soal-soal tahun lalu yang mungkin saja menjadi acuan soal ujian minggu depan.

Namja itu benar-benar biang onar baru dalam kelasnya. Ia suka berbicara sendiri saat seongsaenim menjelaskan. Membuat Jessica selalu ingin memasang headphone karena sebal mendengar suara namja itu. siswi-siswi yang awalnya sangat rajin kini terpengaruh pesona seorang Kim Seok Jin. Memuakkan, batin Jessica.

Anehnya, walaupun Jin terlihat tidak pernah memperhatikan pelajaran, dalam ulangan harian dan tugas-tugas ia selalu mendapatkan nilai sempurna. Benar-benar membuat Jessica kesal. Ia yang sejak awal masuk Sekolah Menengah Atas ini selalu belajar dengan serius dan bekerja keras menjadi nomor satu, dikalahkan oleh anak baru yang tiba-tiba menggeser posisinya dengan mudah. Ini tidak adil, menurutnya.

“Kim Seok Jin! Jangan terus bergurau, jawab nomor 25!”  perintah Jong Saem, sang guru Biologi.

Jessica tersenyum mengejek karena yakin Jin tidak memperhatikan. Namun senyum itu luntur tatkala Jin menjawab dengan lancar soal yang membahas tentang syaraf itu. Wajahnya sangat kesal, karena setelah menjawab, Jin melirik ke arahnya dengan senyuman manis-yang menurutnya mengejek.-

***

Brakk~

Jin terkejut karena tiba-tiba lokernya dipukul dengan keras. Ia tekekeh mendapati ternyata Jessica yang melakukannya. Ia membalas tatapan tajam Jessica dengan senyum terbaiknya.

“Wae?”  tanya Jin dengan nada rendah.

Jessica menatap Jin kesal. “Sebenarnya apa yang kau gunakan sehingga kau bisa semudah itu mempermainkan pelajaran?!”  bentak Jessica.

Jin mengerutkan dahinya, “Maksudmu?”

“Kau tidak pernah memperhatikan guru saat pelajaran tapi kau mendapatkan nilai dengan mudah, sedangkan yang lain harus berusaha keras mendapatkan nilai sempurna. Ini tidak adil!”   ujar Jessica berapi-api.

Jin kembali terkekeh. “Jadi kau sedang curhat?”

Plakk~

Jessica mendaratkan satu tamparan di pipi kiri Jin. Jin terkejut dan langsung melotot pada Jessica. Jujur Jessica sendiri juga terkejut, bagaimana ia bisa diluar kendali?

“Sebenarnya apa yang kau inginkan, Jessica?”  tanya Jin yang tidak tersirat sedikit pun nada kemarahan.

Tangan Jessica masih bergetar setelah menampar Jin. Ia menelan ludah, masih terkejut. Perlahan ia menatap ke manik mata Jin.

“Mari bertaruh. Siapa yang akan menjadi peringkat 1 pada ujian ini.”

Jin lagi-lagi terkekeh. Taruhan macam apa ini? Ia merasa sikap Jessica sangat kekanak-kanakan. Namun ia berpikir menarik juga jika ia setuju. “Apa syaratnya?”  tanya Jin.

Jessica-tanpa sengaja memperlihatkan tingkah lucunya- mengetukkan telunjuknya di dagu dengan bibir yang mempout lucu. Jin sampai menahan tawanya melihat ekspresi lain dari Jessica.

“Jika aku menang, kau keluar dari klub olimpiade. Jika kau menang, aku yang akan keluar.”  Jawab Jessica mantap. Tertipu kau, batinnya.

Jin nampak menggeleng. “Jika kau menang, aku akan keluar dari klub. Jika aku menang…”  Jin menggantungn kalimatnya, membuat Jessica penasaran.

“Apa?”  tanya Jessica tak sabaran.

“Kau menjadi pembantuku selama 1 bulan.”

“What the hell?!”

*****

Minggu-minggu ujian sudah benar-benar dimulai. Dengan segala persiapannya, Jessica dan Jin bertarung dengan pelajaran sekaligus untuk membuktikan siapa yang terbaik antara keduanya.

Sesungguhnya Jin tidak tega, karena ia yakin ia akan mengalahkan yeoja itu. Namun ia teringat akan tekadnya untuk mendekati Jessica. Hitung-hitung, satu bulan mungkin cukup untuk membuat yeoja itu menuruti semua kemauannya.

Disisi lain, Jessica berjuang lebih keras dari sebelumnya. Ia kaget karena Jin benar-benar menganggap taruhan itu adalah perang. Buktinya, namja itu kini lebih sering membaca buku, dan tidak sering mengobrol lagi. Ia juga belajar sama kerasnya dengan dirinya. Jessica pun merasa khawatir, bagaimana dirinya jika ia kalah nanti?

 

“Pengumuman peringkat sudah dipasang di papan mading~”  gema selling sound kelas 2-4 yang membuat para murid berhambur keluar.

“Ish.. seperti biasa, pasti Jessica tetap berada di posisinya.”  Sindir seorang yeoja dengan mata tajam bulatnya.

Jessica tidak menganggapi yeoja itu, dan memilih diam. Tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang disampingnya, yang ternyata adalah Jin.

“Mau melihat hasil bersama?”  tawar Jin lengkap dengan senyumannya.

Yeoja dengan mata bulat tadi melebarkan kelopak matanya. “Yah, Jin. Kenapa kau tidak mengajak kami saja?”  tanya yeoja dengan name tag ‘Kim TaeYeon’ itu seraya menunjuk dirinya dan kedua temannya.

Jin tersenyum simpul. “Aku ingin melihatnya bersama Jessica, karena kami sedang taruhan. Jika-mppft”

Mulut Jin dibekap telapak tangan Jessica. Yeoja itu menarik dasi Jin membuat namja itu mengikutinya dengan cengiran puas nan bahagia.

“Mereka taruhan?” gumam ketiga yeoja itu.

 

Kerumunan murid-murid yang sedang melihat daftar peringkat tersingkap, memberi jalan pada Jessica dan Jin yang baru saja datang. Mereka menatap Jessica dan Jin secara bergantian, membuat keduanya khawatir. Mata keduanya pun menyapukan pandangan ke papan madding.

  1. Kim Seok Jin 2-4
  2. Jung Jessica 2-4

 

Kaki Jessica melemas seketika. Jantungnya berdetak lebih cepat, mengetahui beberapa fakta saat ini. Pertama, ia bukan lagi orang terpandai di sekolah sekarang. Kedua, ia kecewa dengan dirinya yang bisa dikalahkan dengan mudah oleh anak baru. Dan ketiga, ia akan menjadi babu orang yang mengalahkannya.

Jin tersenyum lebar. “Hasilnya sudah keluar, nona. Mari ikut aku.”  Ujar Jin riang seraya menarik tangan Jessica menuju taman sekolah.

 

Jessica terduduk di bangku taman seketika setelah sampai disana. Air matanya mengalir begitu saja, kecewa pada dirinya sendiri yang sekarang ini tidak sepintar biasanya. Mungkinkah karena saat liburan aku terlalu memikirkan masa laluku? Tanyanya dalam hati.

“Hiks.. aku bodoh.. ihks..”

Jin terbelalak. Ia segera mensejajarkan badannya dengan Jessica. “Yahh.. ini hanya taruhan biasa. Kau tidak perlu melakukannya jika kau tidak mau.”  Ujar Jin iba.

Jessica menghapus air matanya. “Bukan karena taruhan bodoh! Aku merasa kecewa dengan diriku sendiri. Masalah taruhan itu, aku akan melakukannya. Aku tetap sportif.”

“Jeongmal?”  Jin menatap Jessica tak yakin.

“NE!!”

Jawaban keras Jessica membuat Jin tersenyum lebar. Ia berdiri lalu menarik yeoja itu dalam pelukannya, membuat yeoja itu memekik.

“Yakk!! Apa yang kau lakukan!!”  teriak Jessica.

Jin terkekeh, “Selamat menjadi pembantuku!”

Jessica mendengus. “Iya iya, sudah lepaskan aku!!”  teriaknya lagi.

“Sssstt..”  Jin mengelus surai kecoklatan Jessica, membuat yeoja itu terdiam dan mengeluarkan semburat merah merona di pipinya.

“Welcome, My Servant.”  Bisik Jin.

 

 

 

 

 

 

 

To Be Continue..

6 pemikiran pada “[BTS FF Freelance] Friend Zone (Chapter 1)

  1. Hemmmm.. Jin dgn Jesica? Sebenernya agak mlz klw di pasangin sama sesama idol. Jin bias utama lg…hemmmm…
    Tp entah mengapa ceritanya menarik dan aku penasaran…cpt di lanjut yaa thor…Fighting!!! 😉

    Suka

Leave a Review