[BTS FF Freelance] Divine (Threeshoot 3-3)

DIVINE

Main Casts      : All BTS Member
Support Casts  :

  • Lee Dong Hae of Super Junior as Park Dong Hae (Jimin’s father)
  • Yoon Bora of Sistar as Mrs. Park (Jimin’s mother)

Genre              : Friendship
Rating             : G
Length             : Threeshoot
Author             : gazehayu

Disclaimer       :
Annyeong^^ Author kembali dengan lanjutan ff ‘Divine’ yang terinspirasi dari lagunya SNSD yang berjudul sama. Di sini, mereka akan menghadapi perlombaan dengan membawakan lagu Danger + We Are Bulletproof sebagai Intro, dan N.O sebagai lagu utama. Apa yang akan terjadi dengan persahabatan mereka? Apakah mereka akan menyerah terhadap rintangan yang mereka hadapi? Well, check itu out!^^
All the casts are belong to God, family, management, and you as their fans and future wife.__. I own nothing except the storyline.

Last but not least, Happy Reading^^

.

.

.

.

.

Summary:

Apa yang akan kita katakan adalah tentang apa yang telah kita capai
Didepan ombak yang kembali berteriak
Kita akan menghadapi semua kesulitan in
Menghadapi dengan senyuman
Karena aku percaya
We can be divine!
Perasaan kita adalah satu

We can be divine….

Dan pada akhirnya malam itu, Park Jimin resmi menjadi pasien rumah sakit. Setelah mendapat kamar untuk Jimin, Tuan Park segera pulang untuk mengambil barang – barangnya dan barang – barang Jimin, sementara Nyonya Park dan anggota Divine tinggal di rumah sakit. Mereka tampak terlibat percakapan serius di lorong itu.

“Kalian berhutang penjelasan padaku.”, ucap Nyonya Park. Semua member memiliki wajah yang tertunduk sekarang. Biar bagaimanapun, tanggung jawab mereka seorang Park Jimin bisa mengalami kecelakaan seperti ini. “Mianhae, Park ahjumma. Jimin memang mengeluh sakit saat tadi di kelas.”, ucap V. “Lantas kenapa kalian memaksanya untuk ikut latihan dan melakukan gerakan berbahaya? Huh?!”, tanya Nyonya Park dengan nada agak keras. “Mian, ahjumma. Kami sama sekali tidak tahu kalau Jimin sakit. Dia menyembunyikan itu dari kami. Dan soal gerakan itu, Jimin sendiri yang membuatnya. Mian ahjumma, tapi kami tidak pernah memaksa Jimin.”, ucap Hoseok. “Tadi, aku mengantarkan Jimin ke UKS untuk beristirahat. Dia tidur. Dan ketika bangun, dia bilang dia sudah tidak pusing lagi. Dan dia menyembunyikan itu dengan baik.”, ucap V yang, entah kenapa, menyimpan nada getir pada suaranya. “Mian ahjumma, meskipun ini kecelakaan, tapi kami tetap bertanggung jawab atas Jimin. Mian, kami tidak menjaganya dengan baik.”, ucap Jin pada akhirnya. Sementara Namjoon, dia hanya berdiri diam di belakang tanpa bersuara sama sekali. Mereka semua menyadari ada yang tidak beres dengan sang leader. Dan detik berikutnya, mereka mendapati sang leader berlalu pergi tanpa sepatah kata pun.

“Kalian tunggu di sini, biar aku yang menemaninya.”, ujar Hoseok. Semua mengangguk dan menunggu di depan ruangan Jimin. Nyonya Park tampak sangat terpukul. Kalau benar yang diucapkan oleh member yang lain, maka ini murni kecelakaan. Tidak ada yang bisa dia salahkan untuk hal ini. Air mata yang sedari tadi dia tahan, akhirnya jebol juga. Hati ibu mana yang tidak sedih? Jin melihat Nyonya Park menangis. Dia menghampiri Nyonya Park dan berkata, “Maafkan kami, ahjumma. Mianhae, kami tidak bisa menjaga Jimin dengan baik.”, ucap Jin. Nyonya Park menoleh ke arah Jin dan berkata, “Gwaenchana, Jin-ah. Aku percaya kalian jujur, dan ini bukan salah kalian.”, ucapnya sambil tersenyum. Jin tahu, dia berusaha tegar karena selaput bening itu masih ada di matanya. Detik – detik selanjutnya, mereka semua berdiri dalam diam karena dokter belum mengizinkan mereka masuk ruangan.

Sementara itu, Hoseok mengikuti langkah Namjoon menuju suatu tempat. Jarak mereka agak jauh sehingga Namjoon tidak bisa mendengar langkah kakinya, karena Hoseok tahu seorang Namjoon tidak akan merasa nyaman diikuti seperti itu. Hoseok tahu ada yang mengusik hati Namjoon, dan dia tahu sifat Namjoon yang cenderung tertutup. Dia tidak ingin membiarkan Namjoon menanggung semua perasaannya itu sendirian.

Langkah Namjoon membawa mereka masuk ke dalam toilet yang sepi. Hoseok sempat bertanya – tanya apa yang dilakukan Namjoon di dalam? Niatnya untuk membuka pintu toilet dia urungkan ketika mendengar suara air yang mengucur di wastafel dan, yang membuatnya terkejut, suara seorang pria yang menangis. Untuk memastikan apa yang dia dengarkan, Hoseok membuka pintu itu sedikit, hanya berupa celah kecil agar dia bisa mengintip. Dilihatnya sosok berambut pirang berdiri membelakanginya, menghadap ke arah wastafel. Bahunya tampak berguncang dan suara tangis yang Hoseok dengar berasal dari pria itu. Dan tanpa pikir panjang, Hoseok langsung masuk ke toilet karena dia tahu siapa yang menangis itu. “Namjoon-ah, kau tak perlu menanggung semuanya sendiri.”, ucap Hoseok prihatin. Seumur dia mengenal seorang Kim Namjoon, dia belum pernah melihat Kim Namjoon menangis. Namjoon menoleh dan mendapati Hoseok berdiri di belakangnya. Buru – buru dia menghapus air matanya. “Dan juga kau tidak perlu menghapus air matamu. Kau tahu, terkadang seorang laki – laki juga diizinkan untuk menangis. Dan ada baiknya kita berbagi air mata itu bersama, Namjoon-ah.”, ucap Hoseok yang telah berdiri di samping kiri Namjoon dan menepuk bahunya. Mendengar itu, gerakan tangan Namjoon yang menghapus air matanya terhenti dan bahunya mulai bergetar lagi. Tangis itu muncul lagi.

“Aku…aku.. ti..tidak kuat meng…hadap…i ini se..mua, Hoseok-ah! Pertandingan ting..gal 2 bulan la..gi d..dan… aa..pa yang bisa… ki..ta lakukan ka..lau ki..ta tidak leng..kap?”, ucap Namjoon di sela isak tangisnya. “Aku mengerti, Namjoon-ah. Kita semua juga merasa terpukul dengan kejadian ini. Tapi, kita harus kuat, Namjoon-ah. Perlombaan ini bukan ajang untuk membuktikan diri, tapi untuk melatih kekompakkan, kebersamaan, dan kesetiaan persahabatan kita.”, ujar Hoseok. Dia membalikkan badan Namjoon menghadap ke arahnya dan berkata, “Kita bisa melewati ini semua, Namjoon-ah. Jimin tidak ingin kita berhenti berusaha. Kita harus tetap kuat, semangat. Kau leader kami, Namjoon, dan kau tidak sendirian. Ada kami yang selalu bersamamu. Kita ada, untuk saling membutuhkan dan membantu, Namjoon-ah.”, ucap Hoseok. Perlahan, tangis itu berhenti. Sorot mata yang tegar itu perlahan mulai kembali. Hoseok dapat merasakan itu. “Siapa leader Divine?”, “Aku.”. “Siapa yang selalu menjadi penyemangat ketika kita sedang dalam masa sulit?”, “Aku.”. “Siapa yang selalu kuat dan percaya diri dalam menghadapi masalah?”, dan Hoseok berharap kata ‘kuat’ dapat menyentil sesuatu di lubuk hati Namjoon. Dan tampaknya dia berhasil. Sorot mata itu semakin kuat dan tegar. Namjoon telah kembali seperti dulu. “Aku!”, ucap Namjoon mantap. Dan Hoseok tersenyum puas, dan meraih Namjoon dalam pelukannya. “Kita bisa melalui ini semua, Namjoon-ah.”, ucap Hoseok yang dibalas anggukkan oleh Namjoon. “Kajja! Kita kembali ke ruangan Jimin.”, ajak Hoseok. Dan mereka berdua meninggalkan ruangan itu.

Hoseok tahu, leader Namjoon adalah orang yang kuat. Segala masalah telah mereka lalui dengan baik berkat sifat kepemimpinan Namjoon. Dan sepertinya, masalah bertubi – tubi ini membuat Namjoon merasa tertekan. Kasus kekerasan V, Jungkook yang tidak diizinkan ikut perlombaan, dan ditambah lagi tekanan yang mereka rasakan ketika perlombaan semakin dekat. Dan puncaknya, Jimin yang mengalami patah tulang. Jimin lah lead dancer mereka dan tanpa dia, mereka merasa bukanlah apa – apa karena Jimin lah sumber kekuatan penampilan mereka. Dan Namjoon, adalah leader hebat yang dengan cepat dapat menguasai dirinya setelah masalah bertubi – tubi itu menghampiri. Hoseok merasa, kalau dia menjadi leader, dia tidak akan bisa menguasai diri secepat itu.

‘Kau leader yang hebat, Namjoon-ah. Kami membutuhkanmu.’

*****

Dan ruang rawat Jimin penuh dengan canda tawa, karena Jimin sudah siuman dari pingsannya. Dan ini membuat semua member heran, darimana Jimin mendapat kekuatan untuk tertawa seperti itu, bertingkah seolah nothing-happened padahal jelas – jelas dia dapat melihat kakinya sendiri digips dan digantung? ‘Aku hanya tidak ingin membuat kalian bersedih karena keadaanku.’ batin Jimin menjawab pertanyaan yang bersarang di benak mereka semua. Orang tua Jimin sedang keluar mencari makanan ringan untuk mereka semua, dan makanan berat untuk Jimin karena dia tidak suka makanan yang disediakan rumah sakit (sama kayak author). Dan mereka semua tertawa, berbagi canda dan kehangatan, seperti yang mereka lakukan di ruang latihan.

Tiba – tiba Jimin teringat satu hal. Otot pipi yang tertarik itu perlahan mengendur, menandakan bahwa dia ingin mengatakan hal yang serius kepada semua yang ada di ruangan itu. Mereka semua menyadari perubahan ekspresi Jimin, karena tawa yang sedari tadi mereka lakukan seketika terdiam. “Aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian.”, ucap Jimin. “Mwonde, Jimin-ah?”, tanya Suga. “Aku ingin, meskipun tanpa kehadiranku, latihan tetap berjalan seperti biasa. Aku tidak ingin kondisiku yang seperti ini menjadi penghalang kalian.”, ucap Jimin. Semua yang ada di ruangan itu tidak bisa menyembunyikan perasaan kaget mereka. Yah, hampir semua kecuali Namjoon. “Bagaimana bisa, hyung? Kau pelatih kami.”, tanya Jungkook. Mendengar itu, Jimin menoleh ke Hoseok dan berkata, “Hoseok-ah, bisakah kau menggantikan diriku?”, yang dijawab anggukan mantap dari Hoseok. “Tapi, siapa yang akan menggantikanmu di atas panggung nanti? Tidak mungkin Hoseok karena bagian dia sendiri saja sudah banyak.”, tanya Jin. “Benar, Jimin-ah. Dan juga tidak mungkin aku. Bagianku sendiri sudah banyak, itupun aku belum menguasai sepenuhnya.”, kata V. Lalu Jimin menoleh ke arah satu orang yang berdiri tepat di depan tempat tidurnya. Jungkook. Jimin tersenyum lalu berkata, “Jungkook bisa menggantikanku.”, ucap Jimin. Dan bukan hanya Jungkook saja yang terkejut, namun semua yang ada di ruangan itu juga. Kenapa harus Jungkook??

“Kenapa aku, hyung?”, tanya Jungkook. “Kau berbakat, Jungkook-ah. Bakatmu sangat hebat dan sayang untuk disia – siakan. Aku memilihmu karena aku tahu kau bisa melakukannya. Aku tidak akan heran kalau Hoseok atau yang lain dapat melakukan salto, tapi aku ingin melihatmu bisa melakukannya. Kau mau kan, Jungkook-ah?”, tanya Jimin. Jungkook tampak berpikir. Seumur hidupnya, dia belum pernah melakukan salto. Jangankan salto, rolling depan pun belum pernah dia lakukan.

“Ba..baiklah. Aku akan mencobanya. Tapi, aku membutuhkan bantuan kalian, hyungdeul.”, ucap Jungkook. “Kami pasti akan membantumu, Jungkook-ah.”, ucap V sambil merangkulkan lengannya pada bahu Jungkook. “Dan soal perlombaan itu, kami berjanji tidak akan mengecewakanmu, Jimin-ah. Kami akan melanjutkannya.”, ucap Namjoon. Jimin tersenyum mendengar itu. Dia senang dapat merasakan semangat team nya yang mulai berkobar lagi setelah redup sesaat. Dia tahu, hal seperti ini tidak akan menyurutkan mereka dengan mudah. Karena mereka….

…. adalah Divine.

*****

Hari – hari mereka jalani seperti biasa. Sesuai pesan Jimin, mereka terus berlatih meskipun tanpa dirinya. Hoseok, dibantu oleh V, bekerja lebih keras daripada biasanya untuk membuat gerakan dance mereka. Di sini mereka bekerja lebih keras daripada biasanya. Terlihat Hoseok dan V yang berlatih di sela – sela latihan mereka. Terlihat Suga, yang merangkap music editor, sedang memilah lagu tambahan yang akan mereka gunakan. Terlihat Namjoon dan Jin yang berlatih lebih keras daripada biasanya. Dan Jungkook, yang sedang merasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhnya, sedang duduk di pojok ruangan.

Ya, Jungkook baru saja diajarkan bagaimana caranya salto oleh Hoseok. Berkali – kali dia coba, berkali – kali itu juga dia gagal. Kesemuanya disebabkan oleh satu hal, yaitu kesalahan mendarat yang dikarenakan kakinya yang tidak begitu kuat menopang tubuhnya. Alhasil, tubuhnya yang menjadi korban benturan dengan lantai kayu. ‘Apakah aku bisa melakukannya?’

V, yang sudah selesai latihan dengan Hoseok, berjalan menghampiri Jungkook dan duduk di sebelahnya. “Sakit, Jungkook-ah?”, tanya V khawatir. Jungkook hanya menjawabnya dengan anggukan pelan. “Hyung, apa aku bisa melakukannya?”, tanya Jungkook. “Apa kamu mau berhenti?”, tanya V balik. Jungkook tersentak karena pertanyaan itu. ‘Iya juga. Apa aku mau berhenti?’ batin Jungkook. “Jungkook-ah, apa kamu mau berhenti?”, ulang V. ‘Ikuti kata hatimu, Jungkook-ah’ batin V. Jungkook tampak berpikir karena pertanyaan itu. Ini semua adalah impiannya. Menjadi dancer adalah cita – citanya. Dia tidak bisa menyia – nyiakan kesempatan yang ada. Dan sebuah getaran di hatinya membuatnya mengatakan, “Tidak, hyung. Aku tidak mau… ah ani! Aku tidak bisa berhenti.”, ucap Jungkook mantap sambil menatap mata V. “Kalau begitu, apa kau bisa melakukannya?”, tanya V dengan tatapan dalam. Sontak hati Jungkook tergugah. ‘Apa aku bisa melakukannya?’ batin Jungkook. Keraguan menyelimuti dirinya sejenak. Namun, sesuatu dalam pandangan mata Taehyung seolah mengirimnya sinyal jawaban yang seharusnya dia ucapkan. ‘Aku tidak bisa menyerah, berarti aku tidak mungkin tidak bisa melakukannya.’ “Aku bisa melakukannya, hyung.”, ucap Jungkook mantap. Dan V tersenyum puas. Jungkook sudah mendapatkan kembali semangatnya. “Kajja, hyung! Kita latihan lagi!”, ajak Jungkook sambil menarik tangan V.

*****

Dan begitulah seterusnya sampai 1 bulan berlalu, yang itu berarti pertandingan tinggal 1 bulan lagi. Jimin sudah sembuh, namun kakinya masih di gips dan harus menjalani perawatan lanjutan. Sehingga dapat dipastikan dia tidak bisa mengikuti pertandingan. Namun, dia tetap datang ke sekolah dan hadir saat latihan untuk mengawasi perkembangan sahabat – sahabatnya, sesekali memberi harapan. Dan dirinya dibuat puas ketika melihat mereka berkembang pesat. Terutama Jungkook, yang sudah bisa melakukan salto.

“Gomawo, Hoseok-ah. Kau sangat membantu.”, ucap Jimin kepada Hoseok. Mereka berdua saja di ruang latihan itu. Yang lain sudah pulang. Latihan sudah selesai. “Ani, aku bukanlah apa – apa tanpa kerja keras mereka. Terutama Jungkook. Dia sangat luar biasa.”, ucap Hoseok. “Ya, aku melihat perkembangannya dengan jelas. Berapa waktu yang dia butuhkan untuk melakukan salto itu?”, tanya Jimin. “2 minggu, kurang lebihnya. Aku tidak percaya dia berkembang pesat sekali, terutama kakinya. Kakinya menjadi jauh lebih kuat.”, ucap Hoseok.

Mereka semua tahu bahwa Jungkook masih sangat pemula, namun bakat dan semangatnya sangat luar biasa. Menurut cerita V, Jungkook sering meminta bantuannya untuk melatihnya di rumah. Dan selama 1 bulan belakangan, dia ditemani V lebih memilih berjalan kaki ke sekolah dan pulang ke rumah daripada diantar-jemput oleh supir pribadinya, padahal jarak dari rumah ke sekolahnya sejauh 3 km, yang berarti mereka harus menempuh jarak 6 km setiap harinya. “Supaya kakiku lebih kuat, supaya aku bisa melakukan salto lebih baik.”, ucap Jungkook ketika ditanya oleh member yang lain mengenai hal itu. Tak lupa, setiap weekend, dia dan Taehyung berangkat jogging dengan jalur yang cukup jauh. Dan dalam waktu dua minggu, dengan usaha kerja keras dan latihannya, dia sudah bisa melakukan gerakan salto dengan baik.

“Bahkan aku memerlukan 1 bulan untuk melatih tubuhku, dan dia hanya melakukannya dalam waktu 2 minggu?”, tanya Jimin kaget. “Percayalah, aku juga sama kagetnya dengan dirimu. Anak itu, memiliki bakat emas. Bukan bakat ‘sampah’ seperti yang dibilang appanya dulu.”, ucap Hoseok. Dan Jimin menolehkan pandangannya dari Hoseok. Dia menatap cermin besar yang mengelilingi ruangan itu. “Aku menyayangi Jungkook seperti menyayangi adikku sendiri.”, ucap Jimin pelan, namun cukup untuk didengar Hoseok. “Kita semua begitu, Jimin-ah.”, kata Hoseok. Jimin teringat pertemuan pertamanya dengan Jungkook ketika tahun ajaran baru dimulai. Dia tertawa kecil ketika mengingat saat itu. “Waeyo? Gwaenchana, Jimin-ah?”, tanya Hoseok. “Hehehe, aku hanya mengingat pertemuan pertamaku dengannya. Tak terasa sudah 6 bulan berlalu. Dulu, dia anak yang sangat pemalu. Memandangku saja dia tidak berani, bicaranya pun tersendat – sendat. Dan sekarang, dia sudah banyak berubah.”, ucap Jimin. Hoseok mengangguk, menyetujui ucapan Jimin. “Kau benar, Jimin-ah. Dia banyak berubah.”, katanya. Dan setelah itu mereka memutuskan untuk pulang karena penjaga sekolah sudah mengusir mereka.

*****

2 minggu sudah berlalu, yang berarti 2 minggu lagi pertandingan dimulai. Latihan dilakukan dengan lebih intensif. Weekend mereka gunakan untuk latihan. Kemampuan dance mereka semakin membaik. Tinggal menambahkan beberapa detail gerakan kecil, maka mereka akan terlihat sempurna.

Kini mereka tengah beristirahat sejenak melepas lelah. Jin, yang merupakan penyelamat perut mereka, sedang membagi – bagikan ubi kukus yang masih panas. Jimin bergabung bersama mereka, meskipun dia tidak bisa ikut latihan, namun dia tidak pernah absen untuk hadir. Baginya, dan bagi mereka semua, pertemuan seperti ini bukanlah sekedar latihan saja, melainkan sarana untuk menjalin keakraban dan kebersamaan mereka sebagai 7 orang sahabat. Banyak hal yang telah mereka lalui, dan mereka telah menyelesaikan itu semua dengan baik. Jimin tersenyum mengingat apa yang mereka lalui belakangan ini, dan melihat rintangan itu telah sukses menyatukan mereka semua.

“Hyung, lihat ini!”
Tiba – tiba Jungkook datang dengan gulungan, yang sepertinya poster lomba mereka, di tangannya. “Wae, Jungkook-ah?”, tanya Jin. “Ini, ternyata kita salah soal perlombaan ini.”, ucap Jungkook. “Apanya yang salah?”, tanya V, sementara Namjoon dan Suga mengambil poster itu dari tangan Jungkook. “Ini bukan perlombaan dance biasa. Kita juga diharuskan untuk menyanyikan lirik dari lagu yang kita buat koreografinya.”, jawab Jungkook kepada yang lain. “MWO??!!”, teriak Jin, V, dan Jimin bersamaan. “Kau serius, Jungkook-ah??”, tanya Jimin. Jungkook mengangguk. “Ne, dia benar.”, ucap Namjoon setelah membaca ulang poster itu. Dan ternyata benar, mereka tidak melihat tulisan ‘In this competition, you and your team have to do sing and dance at the same time. And you have to make all by yourself, include the dance and the song’. Namjoon melihat pesimisme yang memenuhi ruangan ini. “Kita harus melakukannya.”, ucap Namjoon mantap. “Namjoon-ah, apa kita bisa?”, tanya Jin. “Kita harus mencoba, hyung. Kita tidak akan tahu jawabannya kalau kita tidak mencoba.”, jawab Namjoon. Dan sesuatu pada diri Namjoon membangkitkan semangat mereka. Kalau tidak dicoba, kita tidak akan pernah tahu. “Hyung, apa kau bisa membuat lagu untuk kami?”, tanya Namjoon kepada Suga. “Aku rasa… aku bisa mencoba.”, jawab Suga. “Aku akan membantumu, hyung.”, kata Namjoon. “Aku juga.”, ucap Hoseok. “Tidak, Hoseok-ah. Lebih baik kau dan V berkonsentrasi pada koreografi.”, kata Namjoon. “Ah ne, kau benar.”, jawab Hoseok. “Biar aku saja yang membantu kalian.”, Jimin angkat bicara. “Apa kau bisa, hyung?”, tanya Jungkook sangsi. Seingatnya, bahkan puisi buatan Jimin sama baiknya dengan puisi anak TK. “Seperti kata Namjoon. Kalau tidak dicoba, kita tidak akan tahu.”, jawab Jimin sambil mengerling ke arah Namjoon. Namjoon tersenyum dan mengangguk mantap.

“Baiklah, aku rasa latihan sampai di sini dulu. Aku, Suga hyung, dan Jimin akan menyelesaikan lagu itu secepatnya. Apapun yang terjadi, pertandingan ini harus kita ikuti. Kita tidak bisa, dan tidak akan menyerah begitu saja.”, ucap Namjoon yang dijawab anggukan mantap oleh yang lain. Meskipun mereka tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, mereka percaya selama mereka mau berusaha sekuat tenaga, usaha mereka tidak akan pernah sia – sia.

*****

2 hari pun berlalu. Tidak ada kegiatan berarti selama 2 hari itu karena lagu mereka belum siap. Mereka benar – benar tidak melakukan apa – apa, selain Hoseok dan V yang mencoba berlatih gerakan untuk referensi, tidak ada yang mereka lakukan. Hoseok dan V sedang melatih gerakan, Jin yang sedang belajar dan Jungkook yang sedang memperhatikannya. Namjoon, Suga, dan Jimin pergi entah kemana.

“Hyung, apa kita bisa melakukan ini?”, tiba – tiba Jungkook bertanya kepada Jin. Jin dapat menangkap nada keraguan dari cara bicara Jungkook. Sejujurnya dia sendiri juga merasa sedikit ragu. Lagu mereka belum jadi, sementara perlombaan tinggal 12 hari lagi. “Kalau Namjoon bilang kita bisa, maka kita bisa. Aku percaya padanya.”, ucap Jin. Jin dapat merasakan keraguan Jungkook, meskipun namja satu itu tidak mengucapkan apapun lagi. Dan karena itu, Jin menutup bukunya dan berbalik menghadap Jungkook. “Aku percaya kita bisa, Jungkook-ah. Selama kita percaya, dan menghadapinya bersama, dunia hanyalah sebutir pasir. Lautan hanyalah genangan air. Gunung hanyalah bukit pasir kecil. Selama kita bersama, maka kita akan kuat, Jungkook-ah.”, ucap Jin. Dan, entah darimana, Jungkook merasakan kepercayaan dirinya lagi. Mereka sudah sejauh ini dan mereka tak akan mundur dengan mudahnya. Tidak, selama mereka masih bersama.

Tiba – tiba Namjoon, Suga, dan Jimin datang. Senyum sumringah menghiasi wajah mereka. “Lagu sudah jadi, ini liriknya sudah kami copy untuk kalian. Kajja, kita dengarkan rekamannya.”, ucap Suga sementara Namjoon berjalan ke arah laptop yang tersambung dengan speaker di ruangan itu. Dan lagu yang direkam oleh Namjoon, Suga, dan Jimin pun diputar.

#np BTS – N.O

*****

4 hari berlalu. 4 hari itulah mereka melatih vocal mereka. Mereka meminta bantuan Kim seosaengnim untuk melatih kemampuan vocal mereka supaya nafas mereka lebih kuat ketika bernyanyi sambil menari. Bukan hal yang mudah dilakukan, memang. Namun, mereka ingin berusaha sekuat tenaga mereka. Mereka percaya setiap perjuangan tidak ada yang sia – sia.

Selama latihan 4 hari itu, Kim seosaengnim tercengang dengan kemampuan vocal mereka. Meskipun vocal Namjoon, Suga, dan Hoseok biasa – biasa saja, tapi kemampuan vocal Jungkook, V, dan Jin sangat bagus. Sehingga dalam waktu 4 hari, mereka telah menguasai teknik vocal yang diperlukan untuk menunjang penampilan mereka. Sementara Namjoon, Suga, dan Hoseok didaulat menjadi rapper, dengan kemampuan yang tidak bisa dianggap remeh juga.

1 minggu sudah berlalu semenjak mereka mulai latihan bernyanyi, yang itu berarti tinggal 5 hari lagi waktu perlombaan dimulai. Mereka merasa sudah siap dan mantap, apalagi mereka mendapat pujian dari Kim seosaengnim soal kemampuan mereka, dan mereka tinggal menyelesaikan dance yang dibuat oleh Hoseok dan V. Kenapa begitu cepat? Karena masing – masing member memiliki jadwal latihan intensif sendiri di rumah mereka. Dan ketika weekend, mereka tidak melewatkan satu waktu pun untuk latihan. Mereka memanfaatkan waktu yang ada untuk berlatih meningkatkan kemampuan mereka.

“Namjoon-ah, temani aku ke mini market. Kurasa anak – anak ini kelaparan dan kelelahan.”, kata Jin kepada Namjoon. Sejenak, Namjoon memperhatikan anggota yang lain, yang semuanya dalam kondisi terkapar kelelahan. “Baiklah.”, ucap Namjoon. Dan mereka berdua pergi ke super market yang terletak beberapa meter dari sekolah mereka. Sepanjang jalan mereka bercanda dan tertawa. Ketika pulang, tangan mereka berdua membawa kantung yang berisi beberapa makanan ringan dan minuman. Mereka berada di persimpangan jalan yang berada di dekat sekolah mereka. “Hyung, chamkaman!”, ujar Namjoon karena tali sepatunya yang longgar. ‘Aishh, menyusahkan saja!’ batin Namjoon. Dia menaruh kantung belanja yang berisi beberapa botol minuman dan berjongkok untuk mengencangkan tali sepatunya. Dan rupanya….

….BRAK!!

Dia tidak sadar dia berhenti tepat di tengah jalan ketika lampu sedang hijau, sementara Jin memang berjalan mendahuluinya. Semua orang menoleh ke asal suara, termasuk Jin. Sebuah mobil baru saja melaju dengan cepat meninggalkan tempat itu sementara sosok tubuh terkapar di atas aspal. Namjoon, tergeletak bergelimang darah, beberapa meter jauhnya dari tempat penyeberangan. Kantung belanjaan itu berserakan. Botol – botol itu pecah sementara isinya berhamburan keluar. Detik berikutnya, semua yang ada di situ berlari mendekat, kecuali Jin. Dia masih berdiri diam di tempat, tanpa ekspresi apapun di wajahnya. Hanya memandang kosong pada apa yang dia lihat. Sampai seorang ahjussi menarik lengannya dan berkata, “Kajja! Dia itu temanmu, kan?”, barulah dia beranjak dari tempatnya berdiri.

Jin sudah berdiri di barisan paling depan kerumunan itu. Tidak salah lagi, Kim Namjoon, sang leader, tergeletak dengan pucatnya. Bibirnya membiru. Kepalanya banyak mengucurkan darah, menggenangi jalan beraspal itu. Jin terduduk terpaku, sementara orang – orang itu sibuk memanggil ambulance dan polisi. Tangan Jin tergerak untuk menyentuh tangan Namjoon. Tangannya mulai dingin. Mata itu terpejam. Ketika itu, barulah Jin sadar bahwa ini semua nyata.

“Namjoon-ah!! Jangan pergi!! Jangan pergi, Namjoon-ah!!”, teriak Jin. Dirinya mendekap erat tubuh Namjoon. Hujan mulai turun, menyapu darah yang menggenangi jalan. “Namjoon-ah! Adikku…. Jangan pergi…. Kami tidak bisa apa – apa tanpa kamu bersama kami, Namjoon-ah! Kumohon, bertahanlah… Adikku…. Bertahanlah…”, tangis Jin menyumbat kerongkongannya. Detik selanjutnya yang terjadi adalah dia memeluk tubuh itu erat, membiarkan tangis menguasai dirinya. Hujan terus mengguyur tempat itu. Semua orang memandang pilu. Darah itu hanyut terbawa air.

Kim Namjoon, seorang leader yang bertanggung jawab, seorang yang bisa diandalkan, yang selalu memasang posisi paling depan ketika dia dan teman – temannya berada dalam suatu masalah. Seorang yang sudah dianggap adik sendiri oleh Jin. Seorang yang disayangi, sekaligus dihormati oleh sahabat – sahabatnya. Kini tengah meregang nyawa, dengan kematian sebagai taruhannya.

*****

Lorong rumah sakit itu sepi. Hanya satu – dua orang suster yang berlalu lalang. Waktu menunjukkan jam 8 malam. Mereka berenam dan terdiam di lorong remang itu. Mereka berenam belum mau pulang. Mengingat apa yang dibicarakan dokter tepat satu jam yang lalu.

‘Saudara Namjoon mengalami gegar otak berat. Dapat dipastikan dia mengalami koma. Kita hanya bisa berdoa yang terbaik untuk dia’

Koma? Itu berarti…. antara hidup dan mati? Pikiran – pikiran khawatir seperti itu terus menggelayut di otak mereka. Dan Jin hanya terdiam. Kalimat terakhirnya adalah berita yang dia sampaikan kepada member yang lain bahwa Namjoon ditabrak. Selebihnya, dia mengunci bibirnya rapat – rapat.

Suga berjalan ke arah pintu kamar Namjoon dan mengintip melalui kaca. Tampak Namjoon yang dipasangi selang – selang dan dikelilingi peralatan dokter lainnya. Di samping tempat tidurnya, tampak alat pendeteksi denyut jantung yang masih berbunyi. Alat bantu pernapasan itu dipasangkan di wajah Namjoon. Tampak orang tua Namjoon yang menangis berpelukan melihat kondisi putra mereka. Ruangan serba putih itu sama sekali tidak membantu menenangkan hati siapapun di sana. Suga ingin menangis melihat itu. Leader mereka yang selalu tampil kuat dan semangat, pada akhirnya harus berbaring di tempat tidur, diperparah kondisinya tidak sadarkan diri. Dia ingat perjuangan Namjoon dulu, untuk memperjuangkan club yang sempat tidak diakui keberadaannya oleh sekolah, hingga menjadi club paling bergengsi. Dia ingat bagaimana Namjoon berusaha mencairkan suasana, saat Namjoon berusaha memberi semangat, saat Namjoon berlatih rap. Namjoon adalah pribadi yang bisa diandalkan. Dia adalah pemimpin yang hebat.

…. Dan akhirnya tangis itu keluar.

“Chingudeul, kalian ingat apa yang pernah Namjoon ucapkan pada kita? Ketika kita merasa pesimis terhadap lomba ini? 9 hari yang lalu?”, tanya Suga kepada member yang lain. Jungkook mengangguk. “ ‘Apapun yang terjadi, pertandingan ini harus kita ikuti. Kita tidak bisa, dan tidak akan menyerah begitu saja’ begitu katanya.”, ucap Jungkook. Sontak, semua yang ada di situ mengerti apa maksud Suga.

“Kita harus melanjutkan ini. Untuk Namjoon.”

*****

‘Welcome to Japan’

Kalimat sapaan itu berasal dari sebuah spanduk yang dipasang di dinding Bandara International Narita, Tokyo, Jepang. Ya, mereka berlima telah menginjakkan kaki mereka di Jepang, bersiap untuk perlombaan yang telah mereka perjuangkan selama 3 bulan ini. Mereka hanya berlima, karena Jimin harus menjalani perawatan lanjutan di rumah sakit karena patah kakinya. Jadi, dia tinggal di rumah sakit sementara sahabat – sahabatnya berangkat ke Jepang.

‘Kalian tidak perlu memenangkan perlombaan ini. Aku sudah sangat bersyukur karena kita sudah sampai di tahap ini. Kalian berusahalah, dan semangatlah! Doaku dan orang tuaku menyertai kalian.’ Itulah pesan Jimin ketika mereka ingin berangkat ke Jepang.

‘Namjoon-ah, kami akan berangkat ke Jepang. Itu… salah satu negeri impianmu, kan? Kami akan mengunjunginya dan menaklukan pertandingan itu. Ah… aku berharap kau bisa bergabung dengan kami, Namjoon-ah. Kamu… cepat sadar, ne. Kami… kami selalu menunggumu…’ Itulah yang Hoseok ucapkan kepada Namjoon sebelum keberangkatan mereka ke Jepang.

Dan kini, mereka berlima telah memantapkan kaki dan hati mereka untuk menaklukan apa yang selama ini telah mereka perjuangkan. Mereka tidak peduli menang atau kalah. Mereka sudah berusaha sekuat tenaga mereka, dan mereka percaya setiap usaha tidak ada yang sia – sia. Lagipula, mereka ingin merasakan menang atau kalah bersama – sama.

*****

Hari yang dinanti sekaligus ditakuti pun tiba. Mereka telah sampai di Tokyo Dome, tempat perlombaan itu akan diselenggarakan. Mereka tidak pernah menyangka perlombaan ini akan jadi begini besar. Ribuan penonton memenuhi ruangan itu, panggung yang disediakan pun luas, lengkap dengan puluhan lampu sorot dan big-screen di belakang mereka. Juri – juri yang duduk di depan panggung adalah orang – orang yang memang ahli, beberapa di antaranya pernah menjadi koreografer untuk artis Internasional. Dan juga puluhan stasiun TV dan reporter media massa International hadir untuk meliput perlombaan itu. Untuk pertama kalinya, mereka merasa gugup.

“Ah, aku tidak pernah menyangka pertandingan ini akan sebegini besar. Aku gugup.”, ujar Hoseok pelan namun dapat didengar oleh member yang lain. Dan tanpa bersuara, semua member setuju dengan perkataan Hoseok. Meskipun telah memenangkan banyak perlombaan, namun yang akan mereka hadapi berbeda. Perlombaan skala International, ribuan penonton di luar sana, panggung yang besar, puluhan lampu sorot dan sebuah big-screen, juri international yang sangat ahli. Ditambah, mereka hanya punya persiapan selama 2 minggu. Hal itu sukses menciutkan nyali mereka. Jin hanya diam saja, semenjak kedatangan mereka di Jepang dia tidak begitu banyak bicara. ‘Andaikan kau ada di sini, Namjoon.’ batin Jin. Dan tanpa Jin sadari, semua member membatin hal yang sama.

Perlombaan itu diikuti oleh 30 negara di dunia. Kebanyakan dari mereka adalah negara – negara yang sudah memenangkan perlombaan ini sebelumnya. Dan karena Divine adalah pendatang baru, maka mereka mendapat nomor urut 30. Perlombaan itu memiliki juara bertahan selama 5 tahun ini yang berasal dari China. Sebuah tantangan yang harus Divine hadapi adalah mengalahkan juara bertahan itu, kalau mereka ingin diri mereka diakui.

Perlombaan yang berlangsung selama 4 jam itu telah mencapai puncak acara. Mereka yang tampil di panggung adalah mereka yang memiliki nomor urut 29. Sementara itu, Divine sudah bersiap – siap di samping panggung. Jungkook memperhatikan hyung nya. Tidak ada canda tawa sejak tadi mereka menunggu. Wajah mereka bagaikan pahatan batu. Jungkook tidak suka itu.

“Hyung, kenapa kalian diam saja sejak tadi?”, tanya Jungkook. Tidak ada yang langsung menjawab. Sampai pada akhirnya Jungkook mengulangi pertanyaan itu sekali lagi. “Hyung, kenapa kalian diam saja??”, ulang Jungkook. Dan karena pertanyaan itu, semua member menoleh ke arah Jungkook. “Ah, mianhae Jungkook-ah. Kami… kami gugup.”, jawab V. “Ah, arraseo. Kita pasti bisa melakukannya, hyung.”, ucap Jungkook, meskipun dia sendiri tidak yakin. “Tapi, mereka semua hebat, Jungkook-ah. Mereka semua pernah mengikuti lomba ini sebelumnya, sementara kita? Hanya pendatang baru dengan persiapan minim.”, ucap Suga. Pesimisme merasuki diri mereka. Mereka merasa tidak siap. Mereka ingin mundur saat itu juga.

“Tapi kita tidak bisa mundur begitu saja.”, ucap seseorang di belakang mereka. Jin, yang paling diam di antara mereka, akhirnya angkat bicara. “Tapi…” “Kalau kita berpikiran untuk memenangkan perlombaan ini, kita mundur sekarang juga. Tapi apakah itu tujuan kita mengikuti perlombaan ini?”, tanya Jin. V yang tadi buka mulut langsung terdiam. “Tujuan kita mengikuti perlombaan ini adalah untuk menguji kekuatan kita. Tidak apa – apa kalau kita tidak menang, mencapai tahap ini saja kita seharusnya bersyukur. Kita sudah berusaha, dan tidak ada usaha yang sia – sia. Kita tidak bisa mundur begitu saja.”, ucap Jin. Semua member setuju kalau mereka melihat kilatan semangat di mata Jin. Kilatan itu menyambar hati mereka. Dan hati mereka menjadi kuat.

“Aku tidak ingin kita menyerah, hyung. Ini adalah perlombaan pertamaku. Kita harus semangat, kita pasti bisa.”, ucap Jungkook kepada yang lain. Mereka mengangguk mantap. “And next, a new contestant come from South Korea. Our last contestant! Please welcome….”

*****

“….Please welcome, Divine!”, ucap sang MC. Jimin melihat acara itu di TV ruang rawat inapnya. Orang tuanya sedang membeli makanan tambahan, sementara dia sedang menanti penampilan sahabat – sahabatnya itu. Jimin dapat melihat wajah mereka yang gugup, namun langkah kaki mereka yang mantap. Pandangan mata mereka yang kuat, seolah menantang juri dan ingin mengatakan, “Kami akan berusaha sekuat tenaga.”. Mendadak Jimin merasa tegang.

‘Aku berharap semoga kalian bisa.’

Sementara itu, di rumah sakit lain yang berjarak beberapa kilometer, sepasang suami istri sedang menonton acara perlombaan itu di dalam ruang inap anaknya. Mereka adalah pasangan Tuan dan Nyonya Kim. Seharusnya anak mereka, Kim Namjoon, bergabung dengan grup yang akan tampil itu. Namun ternyata keadaan berkata lain.

‘Kami berharap semoga kalian berhasil.’

Sementara itu, di saat yang bersamaan, sepasang suami – istri Tuan dan Nyonya Jeon menonton acara itu di ruang keluarga rumah mereka yang besar. Secangkir kopi baru saja terhidang di depan mereka, namun mereka abaikan karena anak mereka dan teman – temannya baru saja melangkah naik ke atas panggung.

‘Semoga kalian semua sukses.’

Dan kiriman doa itu sampai pada mereka. Terbang terbawa angin dan merasuki hati mereka. Menguatkan hati mereka.

‘Kita pasti bisa!’

*****

Dan mereka pun mulai….

Dengan music Intro yang powerfull, dan dance yang juga powerfull, mereka memulai pertarungan mereka. Dengan kaki yang kuat mereka menapak, dengan tangan yang kuat mereka merentang. Dengan tekad yang sekeras baja mereka berjuang. Mereka tidak peduli kalau mereka adalah new comer di perlombaan ini. Yang mereka pedulikan adalah, mereka hanya ingin melakukan yang terbaik.

Dan sampailah mereka pada lagu inti, lagu yang mereka beri judul N.O. Mereka melakukan semua gerakan dengan baik, sebaik yang bisa mereka lakukan. Mereka menyanyi dengan, meskipun sedikit nafas yang terengah – engah, namun mereka tetap melanjutkan tanpa berhenti, karena mereka tidak bisa dan tidak mau berhenti. Hoseok dan Suga akan mengisi bagian rap, V akan menggantikan posisi Namjoon, dan Jungkook dan Jin akan menjadi vocal utama. Melalui lagu itu, mereka ingin menunjukkan pada dunia bahwa Divine adalah kuat. Divine adalah keteguhan hati. Divine adalah satu. Divine adalah mereka.

Sampailah pada bagian akhir lagu, yang mengharuskan mereka melakukan dance yang lebih daripada sebelumnya. Back dancer yang telah mereka siapkan pun muncul, seolah ingin mengepung dan menyerang mereka. Mereka semua tertangkap, kecuali Jungkook yang terus berjalan mundur, menatapi para back dancer yang seolah ingin menangkapnya. Seharusnya, bagian ini dilakukan oleh Jimin, karena hanya Jimin yang dapat melakukan gerakan salto dengan baik.

‘Apa aku bisa melakukannya?’ batin Jungkook sesaat sebelum melakukan gerakan salto itu. Puluhan lampu sorot, penilaian para juri, dan ribuan penonton sukses membuatnya gugup. ‘Oke, akan aku coba.’

Dan Jungkook berlari, melompat, menendang menggunakan kaki kanannya, melakukan perputaran di udara, dan menendang menggunakan kaki kirinya. Semua back dancer tersungkur jatuh. Jungkook menatap tajam ke arah juri yang duduk di seberang sana. ‘Aku sudah melakukannya, terserah kalian mau menilai bagaimana.’

Lalu, semua teman – temannya bangkit. Mereka berkumpul dan melakukan gerakan terakhir mereka.

“Everybody say NO!”

*****

30 menit telah berlalu. Ruang tunggu itu penuh dengan peserta yang sedang gugup. Divine salah satu di antara mereka. Meskipun sudah melakukan yang terbaik, dan tidak mengharap sebuah kemenangan, tetap saja situasi seperti ini akan membuat mereka semua gugup. Sebentar lagi, pengumuman pemenang akan segera diumumkan.

“Okay, to all contestants, please come in!”, ujar si pembawa acara. Dan mereka semua melangkah naik ke atas panggung lagi. Wajah mereka semua kaku, seolah terpahat dari batu. Kegugupan menyelimuti suasana hati mereka.

“Okay, now I will announce who are the winners of this year competition. For those who win the 1st until 3rd place will get a chance to compete again next year. Are you ready?”, tanya MC itu kepada seluruh peserta, yang dijawab dengan beberapa suara “Ready”. MC itu menanyakan hal yang sama kepada para penonton, yang dijawab dengan jawaban “Ready” yang lebih antusias. “Okay, now I will announce the winner at 3rd place….”

*****

Ruangan rumah sakit itu diliputi ketegangan. Jimin terbaring di ranjang itu, sementara kedua orang tuanya menemani di sampingnya. Meskipun anak mereka tidak ada di sana, mereka juga mengharapkan grup itu setidaknya memenangkan juara ketiga di perlombaan itu. Sementara bagi Jimin, dia tahu setelah apa yang mereka alami, piagam perunggu sekalipun akan sangat membuat mereka bahagia.

‘Tuhan, berikanlah hadiah terbaikMu untuk kami semua.’

*****

Suara mesin pendeteksi detak jantung it uterus berbunyi. Tiit. Tiit. Tiit. Pasien bernama Kim Namjoon itu masih memejamkan matanya. Orang tua nya duduk di salah satu sofa sambil memperhatikan kotak kecil di atas lemari yang menayangkan acara perlombaan dance tingkat Internasional. Pandangan mata mereka diselimuti ketegangan.

‘Tuhan, berikanlah yang terbaik untuk mereka.’

*****

Ruang keluarga yang mewah itu diliputi ketegangan yang sama. Sedari tadi, Tuan dan Nyonya Jeon tidak banyak bicara. Melihat penampilan anaknya itu dapat memukau mereka, menampar batin mereka karena sudah memendam bakat luar biasa milik anak mereka. Kini baru mereka sadar, anak mereka luar biasa.

‘Kami mengharapkan yang terbaik untuk kalian.’

*****

Suasana gedung itu semakin tegang. Seluruh peserta, bahkan seluruh penonton merasakan tensi ketegangan yang sama tingginya. Juara ketiga dan kedua sudah diumumkan. Mereka grup dance berasal dari Inggris dan USA. Mereka adalah juara bertahan yang selama beberapa tahun memenangkan pertandingan ini. Semua yang ada di ruangan itu penasaran, siapakah yang mampu menggeser posisi juara bertahan dan menduduki peringkat pertama.

“The one who win the first place and will receive the gold medal is….”

*****

8 tempat yang berbeda, memanjatkan doa yang sama. Mereka yang berada di rumah dan di rumah sakit mendoakan keberhasilan mereka yang berada di Jepang. Sementara, bagi mereka yang berada di Jepang, meskipun tidak akan kecewa kalau kalah, tetap memanjatkan doa agar hasil yang paling baik yang mereka dapatkan. Jimin berdoa dalam hati, semoga teman – temannya diberi kekuatan di sana. Namjoon, meskipun tidak sadarkan diri, namun telinganya dapat menangkap suara apapun, termasuk suara speaker TV itu.

*****

“The one who win the first place and will receive the gold medal is…. A new comer from South Korea! Divine! Congratulations!”

Kalimat itu meluncur keluar dari mulut MC. Ketegangan mencair, digantikan dengan suasana sukacita. Mereka berlima shock. Mereka tidak bisa berkata apa – apa, bahkan masih belum menyadari ketika para Juri memberi mereka penghargaan berupa medali emas, piala, dan sejumlah uang. Dan ketika MC menyodorkan microphone, Jin yang merupakan ketua pengganti Namjoon, menerima microphone itu dengan tangan yang sedikit bergetar.

*****

“The one who win the first place and will receive the gold medal is…. A new comer from South Korea! Divine! Congratulations!”

Teriakan sukacita itu berasal dari sepasang suami istri di kamar rawat Jimin. Sementara mereka bangkit dan menatap TV itu dengan haru, Jimin hanya terdiam. Lidahnya kelu tidak bisa berbicara sementara matanya mulai menangis. Dia teringat perjuangannya dan teman – temannya yang tidak menyerah karena keadaan.

“Ah, okay… first of all, I would like to say thanks to God. Without God’s help, we will never feel this… feeling. Then… i… I want to say thank you, to our family, our friends who always support us…. Thank you so much and…. to my member, my bestfriend”, pidato terima kasih Jin yang Jimin dengar di TV terhenti. Jin akan segera dikuasai tangis yang sedari tadi dia tahan. “thanks…. for your hardwork…. To Jungkook, who had….tried his best…”, dan ketika disebut namanya, tangis Jungkook semakin deras. “To Suga…. who had made a great song…. To Hoseok and V…. who always be our mood-maker…. and for the great cho…choreography…”, dan tangis sukses menguasai Jin. Suga, Hoseok, dan V pun tidak kuasa menahan air mata mereka lagi.

“And, for our friends who can’t join us tonight. Ji..jim..in and Nam..joon. To Jimin…. Thank you… thank you so much for your sacrifice. We… are nothing without you…”, ucap Jin. Jimin tersenyum di sela tangisnya. “Aku bukan apa – apa tanpa kalian.”, balas Jimin. “And… for our leader… Namjoon. Best leader ever. Thanks, you… are…. A great…. Leader and…. bestfriend…. And…. please… wake… up…”, dan tangis tidak tertahankan lagi. Kalimat terakhir sukses membuat mereka semua yang menonton menangis haru. Orang tua mereka menangis haru sekaligus bangga. Haru akan perjuangan berat mereka dan bangga akan apa yang mereka telah buktikan.

“And last… for Divine… let’s stay together… because, our feeling is one… and….”

“…. We can be divine.”, ucap seluruh member, baik yang ada di Korea maupun yang ada di Jepang sana. Dan mereka berpelukan hangat. Berbagi tangis bahagia bersama. Meskipun Jimin tidak berada di sana, namun dia dapat merasakan kebahagiaan dan kehangatan yang sama. Merasakan energi yang sama dengan yang mereka berempat rasakan.

‘Tuhan, terima kasih telah mengirimkan saudara yang baik hati.’

Dan getaran energi itu juga sampai ke kamar rawat inap Namjoon. Merasuki tubuh Namjoon. Memasuki alam bawah sadarnya. Dan tanpa disadari oleh siapapun, baik dirinya sendiri maupun orang tuanya, cairan bening itu mengalir keluar melalui celah kelopak mata Namjoon yang tertutup rapat. Dan seiring dengan keluarnya cairan itu, Namjoon membuka matanya.

 

END
Fiuhh kelar juga ff ini^^
Bagaimana pendapat kalian? Maafkan author kalo ini kepanjangan dan ngebosenin L entah kenapa ini jadi lebih panjang daripada perkiraan author L Oleh karena itu, dibutuhkan dengan sangat comment dari readers semua ^^Oh ya, pada mau tebak – tebakkan lagi gak? Author punya ide mau bikin songfic lagi, tapi entah kapan akan selesai hehe. Coba tebak dulu ya chingu^^
Judul   : Lagu ini release di tahun 2013. Member girlband ft. rapper
Cast     :

  • Namja : Vocal, Visual
  • Yeoja : Member girlband yang jadi penyanyi lagu ini

Jawaban akan kalian ketahui ketika ff ini di release dan semoga bisa secepatnya hehe^^

Last, mind to RnR? 😀

25 pemikiran pada “[BTS FF Freelance] Divine (Threeshoot 3-3)

  1. Waaah daebak ceritanya!!! udah lama dipost tapi baru kebaca.. mian, hhe.. Ceritanya sumpah keren bgt ,Tanggung jawab thor aku sampe nangis bacanya.. huwaa intinya top abis lah..

    Suka

  2. gabisa ngomong apa-apa lagi… ini… daebak… bener-bener daebak… tapi ayang jimin kesian amat gabisa ikut. sedih-_- bikin lagi author-nim! hehehe

    Suka

  3. Aku nungguin ff ini udah lama huwaaaaaa:””’ salam kenal author keceeeehh, yang ff nya pun kece. wkwk
    aku adalah istrinya Suga :* Yoongi ku sayang mwahmwaah:* /sudahlah/
    pokok nya ini ff kerrrrreeeeeeennn, friendshipnya, moral value nya, adoooh full of DAEBAK JJANG!!! ^0^)9
    aku nangis gila bacanyaaa apalagi pas Jin ngmong kata2 sambutan itu huhuuuu. tapi lalu setelah baca tulisan END akupun tertawa. “emg bisa Seokjin ngmong english selancar itu? hahaha” /ditabokJin/ Thor,ditunggu ff slanjutnya yaww mwahmwah

    Suka

  4. KAK TANGGUNG JAWAB LOH :”” GUE NANGIS DI SEMUA PART ! OK SIP. APALAGI WAKTU NAMJOON KETABRAK ASTAGAAA GABISA NGEBAYANGIN BANGTAN CUMA BER5 ASTAGAAAA NANGIS KEJER GUE KAK :”( HIKSS

    NICE POKOKNYA. GATAU MAU BILANG APALAGI ! :””

    Suka

  5. Huaaaaaaaa….asli ending partnya keren bgt bagas.huaaaa…
    Ini beneran aku bacanya sampe merinding. Ahhh…asli gx bisa ngomong apa2. Beneran keren ceritanya….sukaaaaa bgt 😍😍😍😍😍
    Pesan2 moralnya beneran nyampe dan kisah persahabatannya beneran menyentuh…..Daebak!!! Pokoknya endingnya Noona suka bgt.hehehe

    Soal tebak2annya Noona gx tau masa…mian.hehehe..
    Yg jelas…ff kamu ttp di tunggu….Fighting!!! 😊

    Suka

  6. Kyaaa. Akhirnya di post juga setelah menunggu ini selama berminggu dan berbulan/? Lah *alaymaap😝
    Thor.. aku boleh minta sesuatu ga?
    Ini ending nya masih gantung plis, aku mau sequel aja thor. Sekali lagi aja thor.. plisss, aku mau tau kelanjutan nya.. ya ya.. boleh ya.. aku tunggu sequel nya yha thor^^ fighting!!

    Suka

  7. Huwaaaaa author-nim!!! FF-nya bagus bangettttt T^T Keren sumpahh >..<

    Bkin FF yg genre-nya kek gini lagi dong author-nim… yayayaya /bbuing bbuing *-*
    KEEP WRITING, AUTHOR-NIM!!!!

    Suka

  8. KAK! Kenapa ceritanya jadi banyak plot twist begini. Belom selesai yg Jimin udah ditambah Namjoon. Kasian mereka. Terenyuh banget pas baca speech Jin pas mereka menang, kepingin ikut nangis tapi besok ujian/?. Kalo dibuat sequelnya mungkin bagus nih kak haha, gak deng. Tapi seneng juga mereka akhirnya menang setelah melewati cobaa hidup yg berat ini horaaay

    Suka

  9. Setiap apa yang kita inginkan pasti selalu ada halangan yang kita jumpai, tapi fanfiction ini membuat kita sadar, jika kita ingin mencapai apa yang kita inginkan, kita harus menghadapi dan menyelesaikan masalah ini dengan tenang. Good Ending thor^^ I like this fanfiction^^ And about your Question i don’t know the tittle but i feel the main cast of male is Jin^^
    Gomawoo^^ and keep FIGHTING!^^

    Disukai oleh 1 orang

  10. Hahahah aku nangis bacanyaaaaa !!!! Ini knp keren bgt ??!! Knp namjoon segala pake koma ?? Bikin tambah sesegukan… :”(
    huwaaaa…
    Tp ini keren bgt sumpah !! Cocok d baca sama yg pd mau ikut kompetisi ato bahkan ujian akhir.. nyemangatain bgt !!!

    Suka

Leave a Review